😍😍😍Mobil yang kunaiki melaju tersendat-sendat. Makin lama, makin lamban. Dan akhirnya berhenti total. Kulihat di depan sana kerumunan orang-orang tampak menghalangi jalan. Seperti ada sesuatu yang memancing mereka untuk berkumpul.
"Pak, ada apaan sih?" tanyaku pada Pak Jamal.
"Enggak tau, Non. Ada kecelakaan mungkin."
Aku kembali mengangkat kepalaku. Agak penasaran juga dengan apa yang terjadi di depan sana.
"Pak, coba Bapak liat deh. Ada apa di depan," kataku kemudian.
Pak Jamal mengiyakan. Lelaki itu segera turun dari mobil. Aku memperhatikan dari tempatku di kursi belakang. Kulihat Pak Jamal mulai menyelipkan tubuhnya di antara orang-orang yang berkerumun.
Tak berapa lama, diapun kembali masuk ke dalam mobil.
"Ada apa Pak?" tanyaku.
"Ada anak sekolah dikeroyok. Luka parah."
Deg!
Jantungku langsung melompat mendengar jawaban Pak Jamal. Tubuhku seketika terasa gemetar.
"Anak sekolah mana Pak?" tanyaku dengan ketakutan sudah menguasai.
"Enggak tau, Non. Seragam putih abu. Katanya sih anak STM."
Oh, tidak! Aku harus turun. Aku harus melihat anak sekolah mana yang jadi korban pengeroyokan itu. Bagaimana kalau salah satu kawan Eno. Atau bahkan, bagaimana kalau dia adalah Eno.
Tidak! Kumohon!
Tanpa pikir panjang, aku segera turun dari mobil.
"Non, mau kemana? Jangan ke sana!" Kudengar teriakan Pak Jamal tapi aku tak menggubrisnya.
Dengan kecemasan sudah menjalari pikiranku, aku segera menyelipkan tubuhku menerobos kerumunan massa. Meski karnanya aku harus berdesakkan dengan banyaknya orang yang berada di sana.
Aku sudah sangat ketakutan. Berbagai macam bayangan buruk sudah mulai menyergap perasaanku.
Astagaaa... mataku terbelalak saat aku sudah berhasil menerobos kerumunan massa. Menyaksikan tubuh seorang siswa laki-laki yang tergolek tak bergerak. Seragamnya berlumur darah dengan luka bacokan di mana-mana.
Aku sampai merinding luar biasa. Karna apa yang kulihat saat ini benar-benar mengerikan. Tapi, aku cukup lega, karna aku tak mengenali siswa itu. Dia bukan kawan Eno atau anak basis Awank sepertinya.
Aku meneliti wajahnya sekali lagi. Ingin memastikan kalau aku benar-benar-benar tak mengenalinya. Walaupun untuk melakukan itu aku harus mengumpulkan segenap nyali dan keberanian yang kumilikki.
Ok. Aku yakin. Aku tak kenal dia. Aku segera mundur, menarik diri dari kerumunan. Dari kejauhan, kudengar suara sirine mobil Polisi kian mendekat. Membuat massa yang berkerumun perlahan membuyarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Novela JuvenilTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...