⬆⬆⬆⬆⬆
Mulmed tersediaPeringatan keras!!
Konten dewasa!! (18+)
Mengandung adegan kekerasan!****
Awank dan empat anak buahnya tiba di lokasi. Pemuda itu turun dengan pipa besi di tangan. Keempat anak buahnya bersiap pula. Menunjukkan wajah-wajah tegang yang tak bisa disembunyikan.
"Maju semua!!" Awank memberi komando. Berlari sekuat yang ia bisa menyongsong Eno yang sudah terkepung.
"Bantaaaiii...!" Teriakan mereka sukses menarik perhatian kelompok musuh. Membuyarkan konsentrasi lawan yang tengah mengepung Eno. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Eno menyerang mereka yang lengah. Menyabetkan pedangnya ke beberapa tubuh lawan.
Crash!
Beberapa sabetannya mengenai tangan dan punggung musuh. Memuncratkan darah segar yang langsung mengalir membasahi pedangnya. Menyadari sudah ada anggota yang terluka, sebagian mereka mundur. Apalagi kedatangan Awank membuat Eno makin terlihat buas dan percaya diri.
Awank berusaha melindunginya dari belakang. Tapi dari arah musuh, bantuan mulai tiba. Pasukan mereka datang lebih banyak. Awank mulai khawatir. Ia lihat empat anak buahnya tadi juga nampak sibuk dengan lawan masing-masing.
"Si Beni kemana si tu, anak?" gumamnya mulai merasa cemas. Karna melihat jumlah yang tak seimbang dan membuat mereka makin terdesak.
Namun tak selang berapa lama, Awank sudah melihat kedatangan Beni dengan pasukan Eza. Bala bantuan tiba, Awank tersenyum sengit. Aroma kemenangan sudah tercium dengan sangat pekat. Pemuda itu mempererat pegangan di pipa besinya.
"Hari ini, gue enggak akan pulang, sebelum mengalirkan darah lo semua bangsaaaattt!" Awank menyerang tanpa ragu. Tanpa rasa gentar. Seperti Eno yang sudah lebih dulu terjun ke pusaran pertempuran.
"Maju lo semua!! Gue mampusin satu-satu!!" Awank menggertak. Menghentak ke arah musuh dengan wajah garang. Siap menantang kematian.
Lawanpun mundur dengan sikap waspada. Mereka mengenali Awank sebagai kepala salah satu basis SMK FA 07, yang terkenal bengis dan brutal.
"Datang juga lo, Anjing! Gue kirim lo nyusul sodara lo si Mastur!" teriak satu dari mereka.
Mendengar itu, Eno tersentak. Ingatan masa setahun silam, saat mendapati tubuh seorang kawan tergeletak berlumur darah tanpa nyawa di jalanan, melintasi benaknya.
Kawan yang sudah dianggap seperti saudaranya. Kawan satu basisnya. Kawan suka dukanya. Kawan yang sama dekatnya seperti Awank, Isam, maupun Beni. Nama sebenarnya adalah Arthur. Tapi lebih populer dengan nama bekennya, Mastur.Darah Eno mendidih. Solidaritasnya ditantang. Rasa setia kawannya dipertanyakan. Dendam yang masih tersimpan seperti api dalam sekam itu kini meledak. Seolah disiram bensin berliter-liter.
"Gua yang bakal ambil darah lo buat si Mastur!!" seru Eno lalu maju sambil menebas-nebaskan pedangnya. Mengincar salah satu orang dari pihak musuh. Wajahnya merah padam mengobarkan dendam. Targetnya seorang siswa bertubuh gempal dengan topi biru bersenjatakan clurit, yang biasa dipanggil Egar.
Awank menatapnya cemas. Ia tau, Eno tak akan bisa dihentikan. Dia sudah sangat hafal dengan bahasa tubuh yang ditunjukkan sahabatnya itu. Sebuah gestur yang menandakan jika Eno pasti akan menjatuhkan korban.
"No! Tahan!" Awank mencoba mengingatkan meski entah akan didengar atau tidak.
Dan benar saja, Eno sudah kembali menyerang musuh dengan beringas. Tak peduli meski lawan yang ia hadapi lebih dari satu. Siswa bertopi biru yang jadi target Eno bersiap dengan serangan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Novela JuvenilTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...