Mul-med tersedia ☝☝☝
___________________________________"No, nanti malam, kita jalan-jalan yuk!" Ajakku sabtu sore, saat kami nongkrong di Halte bis sambil makan rujak petis yang kami beli di Abang rujak keliling.
"Enggak. Malam ini gue ada janji," jawab Eno yang sedang menikmati rokoknya.
"Sama siapa?"
"Kepo, lu!" sahut Eno cuek.
"Sama Reva? Hm?" Aku menyengol lengannya.
Eno tertawa. "Ada' lah ...!"
"Emang dia masih mau gitu, sama lo?" Aku jadi penasaran.
"Ngeremehin gue, lo!" sanggahnya.
Aku tertawa saja. "Ya ... siapa tau dia udah ga mau, kan?"
"Lo aja masih mau sama gue, apa lagi dia."
Aku melengoskan wajah. Malas meladeni selorohan Eno itu.
"Ga mau coba pacaran sama gue, Ayy? Mumpung gue masih buka pendaftaran." Eno menyambung.
"Ga usah kepedan jadi orang! Realistis aja!" bantahku sengit.
Eno tersenyum samar seraya menundukkan wajahnya. "Iya. Gue sadar diri, kok."
Aku tersentak. Eh? Kenapa dia jadi kelihatan srius begitu? Aku kan cuma bercanda.
"No. Maksud gue ...."
"Iya, gue tau ...." Eno menukas kalimatku.
Aku begitu khawatir menatapnya.
"Gue ada janji nanti malam. Tapi bukan sama Reva." Eno mengalihkan pembicaraan kami. Memutus waktu yang sempat diselimuti kecanggungan.
"Gebetan baru?" sambungku bertanya lagi.
Eno tak menyahut. Menatap jauh ke depan seraya memetikan puntung rokoknya.
"Gue jadi penasaran." Aku menyeletuk.
"Apaan?" Eno menoleh.
"Lo bilang udah jatuh cinta sama Reva. Kenapa sekarang malah ngejar cewek lain?"
Eno terkesiap menatapku. Sesaat dia tertegun. Tapi kemudian pemuda itu tersenyum lebar sambil geleng-geleng kepala, mengalihkan pandangannya dariku. Aku tak faham ekspresinya itu.
"Cewek model kayak gimana sih, yang lo kejar-kejar?" tanyaku lagi.
Eno makin terkekeh.
"Kenapa? Malah ketawa-ketawa?" Aku jadi jengkel.
Eno menghisap rokoknya dalam-dalam. "Gue demen cewek yang bohay, seksi, toketnya gede, enggak tepos kayak lo!"
Aku tersentak. Segera kuraih tas sekolahku dan kuhantamkan padanya. "Makan tu!"
Eno menghindar sambil terbahak. "Kenapa lo jadi marah?"
"Lo ngatain gue tepos, Brengsek!" Aku merutuk.
"Emang kenyataannya begitu?" Dia masih terkekeh.
"Enggak usah lo katain juga, gue sadar diri kalo gue tepos!" Aku masih kesal.
Eno makin tergelak. Dia menatapku seolah sangat meremehkan. Kurang ajar!
"Makanya, cepetan upgrade biar ga tepos. Mau gue bantu enggak?" Eno menunjukkan satu telapak tangannya yang seolah tengah meremas sesuatu.
"Najis!" Kali ini aku melemparnya dengan sepatuku yang tergeletak di bawah bangku Halte. Membuat benda itu melayang jauh ke samping kanan Eno.
Pemuda itu beranjak dari bangku. Menghindari lemparanku yang berikutnya sambil masih terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Teen FictionTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...