42. JANJI ENO

8.4K 598 38
                                    


Aku masih bersembunyi dalam selimutku. Perasaanku sungguh remuk dan meradang. Perbuatan Glen di sekolah tadi sore sungguh menghancurkan harga diriku. Bahkan gara-gara perbuatan laknatnya, aku harus menghindari Eno yang sudah berlama-lama menungguku.

Terpaksa aku lewat jalan belakang sekolah. Menaiki pagar seperti seorang maling. Dengan pakaian terkoyak seperti korban pemerkosaan. Ya, aku nyaris saja diperkosa oleh si keparat itu, kan?

Setan! Aku benar-benar ingin membunuhnya. Memutilasi dia bila perlu. Oh... Tuhan. Bagaimana aku harus menghadapi Eno sekarang? Mengingat kissmark buatan Glen di leherku tidak mungkin aku sembunyikan. Selain jumlahnya yang kembar, warnanya juga tidak hanya merah, bahkan hingga keunguan dan aku yakin, tidak akan cukup waktu tiga hari hingga bekasnya hilang.

Ya, aku sadar, saat pacaran dengan Glen dulu, aku sudah sering bermesraan dengannya. Tapi saat ini, rasanya jelas berbeda. Dia bukan pacarku lagi, dia melakukannya dengan memaksaku sangat kasar. Ini lebih tepat disebut sebagai pelecehan seksual. Karna aku sungguh tak rela tubuhku dijamah oleh si brengsek itu karna dia bukan siapa-siapa lagi bahkan aku sudah sangat membencinya.

Dia merasa terhina olehku yang malam itu mengakui Eno sebagai pacarku di hadapan semua orang. Tapi kenapa? Bukankah dia yang memancing masalah itu lebih dulu? Aku hanya membalas perbuatannya. Apa aku harus diam saja melihat dia merendahkan kehormatan Eno di hadapanku? Yang benar saja!

Laki-laki itu sepertinya sudah gila. Kalau saja tadi sore aku langsung menemui Eno dengan keadaanku yang terlecehkan itu, entah apa yang akan Eno perbuat padanya. Karna alasan itu juga aku memilih menghindari Eno. Bukan karna mengkhawatirkan keselamatan Glen, tapi karna aku tak mau Eno melakukan hal buruk yang akan menyeretnya dalam masalah.

Entah apa yang dipikirkan Eno sekarang. Dia pasti mencemaskan aku. Eno pasti curiga karna aku tiba-tiba menghindarinya setelah sempat berbalas chat dengannya sebelum Glen datang mengacaukan semuanya.

Ahh.. Eno... Air mataku selalu tak bisa kutahan tiap kali aku mengingat kekasihku itu. Membayangkan wajah cemasnya menantiku di depan gerbang.

Aku melirik ponselku yang sejak sore tadi aku matikan. Apa aku hubungi Eno saja, ya? Ah... tidak. Aku belum siap ditanyai macam-macam oleh dia.

"Non..." Panggilan Bi Nur di luar kamar mengejutkanku.

"Non Ayaa...! Ada Mas Eno di luar, Non!"

"Apa?" Aku tersentak. Langsung bangun dari posisiku.

"Tidak! Bagaimana ini?" Aku langsung panik.

"Mas Eno nungguin!" seru Bi Nur lagi.

"Emm... bilang aja, Aya udah tidur Bii...!" seruku. Apa? Itu alasan yang sangat konyol. Ini baru jam tujuh malam. Eno pasti tau aku berbohong.

"Beneran, Non?"

"I-iya! Eh, enggak!" Ahh... aku jadi kelabakan sendiri. Bagaimana ini? Eno pasti penasaran sebelum bisa menemuiku. Tapi aku takut, bagaimana kalau dia berbuat yang tidak-tidak lagi seperti pada Heri?

"Jadi gimana, Non?" seru Bi Nur lagi.

Kurasa, aku memang tidak akan bisa menghindari Eno kali ini. Cepat atau lambat aku harus menemuinya. Tidak mungkin terus bersembunyi seperti ini.

"Bilang sama Eno. Aya turun bentar lagi," kataku akhirnya.

****

Aku memeriksa penampilanku sebelum membuka pintu depan untuk bertemu Eno. Merapikan jaketku, terutama bagian kerahnya yang menutupi leher. Lalu rambutku, yang sengaja kugerai agar ikut meyembunyikan leherku berikut bekas terkaman si iblis Glen.

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang