Pair : Hyunknow
Request by : IkenPrastiwi
Tittle : Hyunknow, Hyunjin possessive, aggressive and selfish (Hyunjin posesif, agresif dan egois)
Warning : Nda tau - __ -
Note : Ini itu request, jadi saya hanya menulis apa yang diminta ~ ∇ ~ . Cerita ini juga ditulis berdasarkan bagaimana otak saya memerintahkan jari saya untuk ngetik kata apa saja. Gaje ih, ya intinya gitu dah!!
=============================
Our Mistake That Day
=============================
"Ibu!"
"Ibu tidak terima protesan Minho! Kamu harus menerima perjodohan ini apapun yang terjadi!!"
"Ayolah ibu! Harus berapa kali Minho bilang?! Minho tidak butuh pasangan! Minho sudah cukup memiliki Lihyun di sisi Minho! Apa ada yang mau menerima Minho dengan kondisi seperti ini?!"
"Makanya ibu bilang juga apa?! Serahkan saja anakmu itu ke panti asuhan! Biarkan orang lain mengadopsi anakmu itu!"
"IBU!! MINHO KE MARI SUDAH BERNIAT BAIK UNTUK BERKUNJUNG!! TAPI MALAH INI BALASAN IBU?! LIHYUN ANAK KANDUNG MINHO! BAGAIMANA BISA MINHO MELAKUKAN HAL KEJI SEPERTI ITU?!"
"IBU MELAKUKAN INI JUGA DEMI DIRIMU MINHO!! SAMPAI KAPAN KAMU MAU BERTAHAN DENGAN ANAK YANG TIDAK JELAS SIAPA AYAHNYA?!"
"IBU!!"
Pasangan ibu dan anak itu terus berdebat tanpa henti, keduanya terlihat begitu emosi sekarang. Perdebatan terus berlanjut sampai akhirnya sang anak memutuskan untuk mengambil semua barang bawaannya dan putranya yang masih berusia 1 tahun 6 bulan.
Semua barang-barang bawaannya dia masukkan asal ke dalam mobil sakin kesalnya dengan sang ibu, sementara sang anak langsung dia tempatkan di kursi khusus untuk bayi yang sudah terpasang.
Minho menghiraukan sang ibu yang berteriak-teriak memanggil namanya dari ambang pintu. Bukannya dia bertingkah seperti anak durhaka, dia sama sekali tidak ada niat untuk menajldi annak durhaka.
Dia hanya muak, muak dengan segalanya. Sejak kecil dia tidak pernah bisa mendapatkan hidupnya sendiri, sejak kecil hidupnya selalu terkekang oleh ibunya. Semuanya serba penuh aturan. Minho tidak pernah bisa bebas, dia tidak pernah bisa bernafas dengan bebas.
Semakin beranjak dewasa usianya, semakin sesak rasanya. Jika digambarkan, ibunya seolah-olah memasangkan kalung rantai padanya sejak kecil. Seiring dia bertumbuh, kalung itu tidak pernah berubah. Terasa semakin kecil, semakin sesak sampai rasanya Minho tidak bisa bernafas.
Tak lama kemudian Minho sampai di rumahnya, memang sederhana. Tapi lebih dari cukup untuk merasakan kehangatan hidup bersama dengan putranya, Lihyun. Minho memutuskan untuk melupakan apa yang terjadi hari ini.
Dia memutuskan untuk mengalihkan perhadian dan pikirannya dengan memasak. Sementara Lihyun dia biarkan tidur dengan tenang di dalam kamar. Sedang asik memasak, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya.
'Siapa?'
Tangannya tergerak mematikan kompor lalu mencuci kedua tangannya dengan bersih. Seingat Minho sih dia tidak ada membeli apapun secara daring ataupun ada seseorang untuk datang ke rumahnya. Ibunya? Tidak, tidak mungkin Minho tidak pernah memberi tahukan alamatnya.