Hallo, ini aku Arein dari akun AreinIm. Aku harap kalian suka sama ceritaku ini 😊
Pair: HyunKnow
Genre: Angst
Warn: Jangan percaya, nanti kamu nyesel:vSuara gebrakan keras memenuhi ruangan lenggang berukuran sedang tersebut. Mata mengantuk seorang pemuda manis yang tertidur di sofa tampak mengerjap pelan. Dia mengucek matanya, sambil memandang pemuda tampan yang memasuki ruangan itu dengan ekspresi kesal dan marah. Sontak saja, pemuda manis yang belum hitungan bulan merubah marganya menjadi 'Hwang' itu bangun dari sofa.
"K-kamu sudah pulang? Aku menunggumu," tanyanya lembut dengan sorot ketakutan tercetak jelas.
"Aku tidak menyuruhmu menunggumu!" serunya kasar. Dia mendorong pemuda manis itu, kemudian menjauhinya.
Air mata dibalut senyuman terukir jelas di pemuda manis yang resmi menyandang marga Hwang di depan namanya. Lee Minho--ah, bukan, Hwang Minho. Pernikahan paksa yang tidak pernah ia harapkan terjadi. Demi menolong Bundanya dan nama baik almarhum ayahnya, dia terpaksa menikah dengan anak dari sahabat almarhum ayahnya. Awalnya, Minho menerimanya, namun dia menyesal.
Bahkan, Minho terpaksa memutus hubungan dengan kekasihnya Han Jisung demi menikah dengan Hwang Hyunjin. Minho tahu, itu melukainya perlahan, tapi dia tahu kalau ini semua adalah jalannya.
Minho berjalan menuju kamar Hyunjin--ah, bukan, kamar mereka dengan gontai. Dia memandangi Hyunjin yang sudah terbaring di kasur tanpa melepas pakaiannya. Pakaian kerjanya masih melekat di tubuhnya. Minho mendekati Hyunjin, untuk mengganti pakaiannya. Sebenarnya, Minho sangat dilarang oleh Hyunjin untuk menyentuhnya. Namun, kalau dibiarkan, badan Hyunjin bisa sakit kalau masih memakai pakaian seperti itu.
Dengan telaten, Minho membuka semua pakaiannya dan menggantinya. Tepat, ketika ia hendak membuka celana Hyunjin, sang empunya terbangun dan membelalak kaget. Minho juga sama. Aura Hyunjin menggelap dan matanya memerah.
Plak!
"Akh! Sakit!" Minho memegangi pipinya yang mengucurkan darah segar.
Hyunjin menarik kerah bajunya dan menatap Minho tajam. Dari tatapannya, Minho bisa menebak, Hyunjin sangat marah.
Brak!
"Siapa yang menyurumu, untuk menyentuhku, hah?!" tanya Hyunjin. Dia menghempas Minho ke dinding, membuat pemuda itu meringis.
"A-aku minta maaf. K-kalau kamu tidak ganti baju, badanmu bisa sakit, Jin." lirih Minho. Dia merasakan perih di pipi dan punggungnya.
"Kamu benar-benar membuatku kesal! Kamu pembawa sial! Kalau saja, aku tidak bertemu denganmu, dia tidak akan pergi jauh dariku!" seru Hyunjin.
"Hyunjin," lirihnya.
"Pergi dari kamarku! Aku tidak mau melihat wajahmu!" Hyunjin mendorong Minho keluar kamar sampai pemuda manis itu tersungkur. Hyunjin membanting pintu tepat di depan Minho.
Minho menangis, namun senyuman tetap terukir diwajahnya. Dengan air mata mengalir, dia menatap pintu yang tertutup dihadapannya dengan senyuman tulus.
"Aku senang Jin, kamu mau bicara denganku meskipun seperti ini. Aku selalu bersyukur atas perlakuan kamu. Terima kasih."
*
Keesokkan harinya, Minho merasakan tubuhnya lemas luar biasa. Dia mual sekali rasa-rasanya. Berkali-kali, ia mondar-mandir ke kamar mandi hanya untuk muntah. Namun, berkali-kali juga, yang keluar hanyalah cairan bening. Kepalanya juga pusing dan badannya lemas luar biasa."Ugh, apakah aku terlalu kelelahan akibat tidur di sofa?" tanyanya pada diri sendiri.
"Minho, kamu kenapa?" suara familier yang selama ini Minho dengar, mengusik telinganya. Dia tidak perlu menoleh, karena dia sudah tahu itu milik siapa.