Tempat yang Minho jajaki nampak sepi. Kumuh dan gelap menyelimuti. Bau sampah yang busuk ikut merayapi. Namun kakinya enggan untuk kembali. Sebuah lampu terlihat begitu lelah menyinari. Bekerlap-kerlip seolah sebentar lagi akan selesai dari tugas suci. Sekali lagi pemuda manis menghela nafas. Enggan kembali memang, tapi bukan berarti Minho mau melanjutkan langkahnya. Apalagi ketika tawa samar yang terasa dekat namun teredam deret dinding menggelitik gendang telinga. Terpikir pula olehnya, jalanan ini hanya berjalur 1, jelas saja dia bakal bertemu mulut yang menjadi sumber bunyi. Dan jujur saja Minho tak mau itu terjadi.
Diruntukinya nasib baik yang membuatnya pulang selarut ini. Sepuluh malam, dan perjalanan pun masih tersisa separuh. Badannya yang kurus kering tak mau mendukung dirinya. Apalagi fakta bahwa Minho sama sekali tidak menguasai teknik bela diri, atau yang paling parah dia sering disangka perempuan karena rupanya. Bisa bahaya jika ia jadi incaran para pemabuk jalanan.
Rasa-rasanya Minho ingin sekali menghela nafas tuk kesekian kalinya. Harusnya tadi ia terima saja ajakan pulang bersama Chan tadi. Walaupun temannya itu bermental TK, setidaknya badan, dan tampang sangarnya bakal membuat para pemabuk pikir ulang.
Tapi apalah daya. Nasi telah menjadi bubur. Karena alasan menyempurnakan tarian, Minho terpaksa pulang sendirian. Tersisalah dia yang pusing tidak karuan. Mau lewat jalan yang lebih aman, mutarnya bakal menghabiskan waktu 2 jam. Bisa habis Minho kalau sampai pulang tengah malam.
Minho mengutuk dalam hati, ketika dengan cepat ia telah mencapai para berandal jalanan. Suasana yang temaram membuat Minho berharap mereka tak melihat dia lewat. Tapi nasib buruk mana yang tak menempel padanya?
"Hei kau!"
Salah seorang memanggilnya, tapi Minho hanya merapatkan tas yang dibawa dan melanjutkan langkahnya. Bukan berarti dia pengecut, tapi melawan 5 orang dengan nafas berbau alkohol jelas tidak mungkin.
Satu orang yang Minho kenali namun tak diingat menjegal langkahnya. "Kenapa buru-buru?" tanyanya, bahkan cegukannya pun belum usai. Dia tinggi, jelas Minho perlu agak mendongak guna menatap si pemuda.
Oh Minho ingat, dia salah satu trainee YG yang dia temui tempo hari, saat Stray Kids berkunjung untuk latihan bersama, ah atau lebih tepat disebut battel trainee antar agensi besar.
Tapi Minho heran bagaimana pemuda ini mabuk saat masih menjalani masa trainee? Lagipula mukanya tampak masih seperti bocah SMA. Memangnya boleh?
"Kau masih dibawah umur sudah berani mabuk-mabukan. Harusnya kau keluar saja dari YG. Mempermalukan agensi saja" cerca Minho. Suaranya dibuat berat. Enggan pula dia mundur untuk menjaga jarak.
Si pemuda berdecih, "Mau aku keluar agensi atau tidak, yang jelas itu bukan urusanmu"
Berandal yang lain ikut andil, "Kenalanmu?" tanya pemuda lain yang tak diketahuinya. Minho tidak ingin membagi kewaspadaan hanya untuk menoleh. Tapi langkah kaki dibelakangnya membuat ketakutannya bersarang.
Pemuda didepannya menjawab singkat, "Trainee JYP"
"Wah, tangkapan bagus"
Minho itu menyerngit, "apa maumu?"
Sementara gelak tawa menjadi respons dari kelima berandal jalanan.
"Hanya berkenalan," sahut pemuda yang sejak tadi masih duduk ditempatnya, dan dengan mengangkat botol berisi liquid memabukkan dia berkata, "kau mau bergabung?"
"Tidak terimakasih," jawab Minho, tak ingin terjerumus, sekaligus tak ingin mendapat masalah. "Bisa biarkan aku lewat?"
"Bisi biirkan iki liwit," cicit pemuda dibelakangnya dengan gelak tawa yang coba diredam, "lucu sekali."