namanya jeongin, lengkapnya yang jeongin. umur mereka terpaut lumayan jauh, karena status jeongin sebagai keponakannya sudah membuktikan bahwa umur mereka memang sejauh itu.
dulu, saat jeongin masih berumur sembilan bulan, minho yang berumur sebelas tahun baru saja diadopsi oleh keluarga bang sering kali diajak bermain dengan jeongin yang masih bayi.
dikali pertama minho menatap mata jeongin, dapat minho simpulkan bahwa jeongin adalah pihak yang seharusnya didominasi. melihat betapa cantik mata, bibir, hidung, segala hal yang ada didiri jeongin.
dan ibu angkat minho yang memang sering menghabiskan waktu di rumah jeongin membuat ia dengan senang hati mengikuti ibunya agar dapat melihat jeongin kembali.
ketika jeongin genap berumur sepuluh tahun, ia tumbuh dengan baik. gemuk dan lucu, adalah kalimat yang dapat minho ucapkan jikalau seseorang memintanya mendeskripsikan jeongin.
tampaknya jeongin yang berumur sepuluh tahun sudah mulai mengenal cinta. karena ia dengan berani mengatakan pada minho bahwa minho harus menjadi pasangannya kelak dan dijawab dengan tawa renyah minho karena menganggap itu hanya candaan belaka kemudian mengamini-nya.
tapi sepertinya minho keliru. karena, setelah sepuluh tahun berpisah dengan alasan minho yang memilih hidup mandiri di Indonesia tiba-tiba saja jeongin datang.
dengan koper ditangan kanannya dan sebuah parcel sebagai buah tangannya untuk minho.
minho intip orang yang mengetuk pintu rumah dari celah kecil yang ia buat sendiri, mendapati si keponakan tersayang berdiri di depan pintu.
tersenyum lebar, dengan cepat minho buka pintu lebar-lebar lalu peluk jeongin dengan erat.
"kangen adeek." seru minho.
"aku memang ngangenin sih kak." lepas pelukan, minho layangkan wajah merenggutnya pada jeongin kemudian berkata dengan pedas.
"heh! panggil aku paman ya! kamu keponakanku tau!"
jeongin terkekeh dan melangkah maju mendekati minho.
"tidak mau. bagaimana jika aku memanggilmu sayang?" dengan spontan minho geplak kepala jeongin.
"nakal! cepat masuk!" saking senangnya dengan kedatangan jeongin minho sampai lupa menyuruhnya masuk.
"siap sayang!" dengan nada mengejek jeongin melangkah memasuki rumah sederhana milik minho.
padahal keluarga bang memiliki harta yang tidak sedikit tapi minho lebih memilih rumah sederhana di tengah desa, ck ck ck.
•••
saat ini, keduanya sedang melakukan kegiatan bermalas-malasan dengan jeongin yang merebahkan kepalanya dipaha minho sementara minho fokus menonton sembari tangannya tak henti-henti mengusap surai legam yang lebih muda.
"jeongin kamu makin cantik saja ya." kata minho setelah beberapa saat memperhatikan wajah jeongin dengan seksama.
jeongin yang mendengar berdecak sebal setelahnya berkata, "lebih cantik kakak. lagi pula aku tampan ya!" ia tidak terima dikatai cantik, memangnya aura dominannya tidak terasa apa sampai minho belum juga menyadari posisi si rubah.
minho tertawa pelan, membalas dengan nada jail, "ah masa sih, kakak yakin kamu pipis aja belum bener terus mandi masih harus di anter."
secara tiba-tiba jeongin bangun, lalu memojokkan minho di sofa dengan jeongin yang mengukungnya. minho terkejut, dalam hati bertanya-tanya apakah si adek marah kepadanya karena diejek sebelumnya. sekarang minho benar-benar merasa merinding, merasakan aura yang sebelumnya tidak pernah jeongin keluarkan.