Suara tangisan pilu terdengar di ujung ruangan. Seorang pemuda terduduk meringkuk ketakutan. Dirinya tidak mengenakan busana sehelai pun. Dihadapannya terdapat sang ayah, yang terlihat lapar saat melihat tubuh sang anak yang tidak menggunakan busana itu.
"Kemari sayang."
"TIDAK!! Hiks.." sang anak meringsut mendekati dinding. Walaupun itu tidak akan membuat ia selamat, tapi setidaknya ia merasa sedikit lebih aman.
Sang ayah menarik paksa lengan sang anak. Bahkan saat sang anak meringis menahan sakitpun, dirinya tidak peduli.
"Kalau ayah bilang kemari ya kemari, Minho!" Bentak sang ayah sembari menindih tubuh sang anak.
Minho hanya bisa memejamkan matanya saat tangan sang ayah mulai menggerayangi tubuhnya. Dia takut, kejadian beberapa hari lalu terulang lagi. Walaupun dia sudah tau jawabannya. Sang ayah akan menyetubuhinya lagi.
"Ayah.. tolong.." Minho hanya bisa memohon, tanpa bisa menepis tangan sang ayah dari tubuhnya.
Tapi sang ayah tak mengindahkan permintaan sang anak dan malah menyentuh tubuh sang anak lebih jauh.
Minho tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan memohon. Dirinya pasrah dibawah kuasa sang ayah.
*
Pagi itu Minho terbangun dengan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya.
"Hiks.. tolong bantu aku tuhan." Rapalnya pelan.
Dia bangkit dari tempat tidur penuh dosa itu dan berjalan, dengan pelan, menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhnya.
Selesai membersihkan tubuh, Minho merasa mual menyerangnya. Dia dengan cekatan langsung memuntahkan isi perutnya di wastafel kamar mandinya.
Setelah selesai, dirinya melihat kearah cermin yang ada disana, menatap miris wajahnya sendiri dan juga tubuh bagian atasnya yang banyak bercak merah keunguan itu.
"Andai aku menghasilkan uang sendiri, sudah dipastikan bahwa aku tidak tinggal disini lagi." Gumamnya pelan.
Minho keluar dari kamar mandi guna bersiap untuk sekolah. Ya, dia harus tetap bersekolah. Walaupun hatinya terluka, batinnya tersiksa dan fisiknya sakit luar biasa, dia harus mengerjakan kewajibannya sebagai seorang siswa.
Beberapa menit setelah bersiap, dirinya langsung keluar dari kamar dan berangkat menuju sekolah.
*
'Lihatlah dirinya! Bukankah dia menjadi bahan pemuas nafsu ayahnya?'
'Kasihan sekali. Kenapa dia tidak berontak dan kabur darisana?'
'Dengar-dengar dari tetangganya, dia tidak bisa kabur karena tidak memiliki uang!'
Cemoohan itu baru Minho dengar sekarang. Dulu saat pertama kali sang ayah memperkosa dirinya, tidak ada yang mengetahui tentang hal itu. Entah siapa yang berani menyebarkan aibnya.
Sesampainya Minho dikelas, teman sekelasnya juga tak kalah untuk melemparkan cemoohan untuk dirinya. Termasuk teman-teman segeng nya itu.
"Hey, lihatlah. Siapa yang baru saja datang?"
"Si pemuas nafsu itu baru saja menginjakkan kakinya di kelas kita." Kata Seungmin sembari tertawa mengejek.
"Hey, pelacur, apa kau bisa memuaskan nafsuku?" Hyunjin mengusak rambut Minho sebelum menjambaknya.
"L-Lepaskan. Kumohon.." Minho memejamkan matanya menahan sakit yang mendera hatinya dan juga fisiknya.
"Lihatlah! Dia memohon seperti memohon kepada kita untuk memasukan milik kita ke lubang lapar miliknya." Tambah Jisung yang tidak bisa berhenti tertawa senang.