Minsung
Minho termenung. Ia sedang memikirkan bagaimana untuk menyudahi hubungannya dengan Jisung. Hal itu sangat sulit karena mereka saling mencintai.
Padahal keadaan didalam kelas sangat bising namun Minho sangat menikmati lamunannya hingga tanpa sadar Jisung sudah berada tepat didepannya.
"HAI!???."
"Astaga!!!."
Minho sangat terkejut ketika ia menolah dan mendapat Jisung sudah berada satu jengkal didepan wajahnya. Setiap melihat Jisung membuatnya semakin terluka membayangkan bagaimana jika ia pergi meninggalkan Jisung?
"Nih gue bawain cakwe kesukaan lu. Katanya kemaren gaenak badan jadi gak gue pakein saos." Ucapnya seraya memberikan satu keresek makanan dan botol minum kepada Minho.
Minho dengan senang hati menerima pemberian Jisung.
"Totalnya lima belas ribu," ucap Jisung diiringi senyuman manis yang membuat jantung Minho semakin berdetak kencang.
"Oh lo ngutang ya sama tukang cakwe nya?,"
"Sembarangan!! Duit gue banyak ga perlu ngutang-ngutang. Udah cepet dimakan!," titah Jisung.
Jisung memandangi cara makan Minho yang terlihat menggemaskan dengan bibir tebal dan pipi chubby. Membuatnya selalu bersyukur memiliki Minho. Sosok yang ceria dan baik hati dan mau menemani serta menerima keadaannya sendiri.
"Lu mau?," Tanya Minho.
"Engga. Liat kamu makan aja aku udah kenyang."
Seketika Minho langsung memasang wajah jijik. Tangannya terulur menarik pipi Jisung dan memasukkan cakwe kedalamnya.
"Kardus!!"
Inilah keseharian mereka yang penuh warna. Tapi tak jarang juga mereka bertengkar karena hal-hal kecil seperti saat akan memilih tempat makan atau satu diantara mereka yang lupa memberi kabar.
...
Sepulang sekolah Minho dan Jisung berdua menaiki mobil milik Jisung. Memang sudah sepatutnya Jisung dijadikan senagai supir, pikir Minho.
"Mau main dulu gak?." Tanya Jisung.
Sementara Minho hanya focus dengan pemandangan dibalik jendela mobil.
"Aku mau pulang aja," ucap Minho lemas.
"Kenapa kok lu jadi lemes gitu? Biasanya juga hayuk aja kalo diajak main."
Sungguh Minho bingung bagaimana ia menolak Jisung. Dalam lubuk hatinya ia sangat ingin bersama Jisung dengan waktu yang lama bahkan selamanya. Namun Minho tidak akan mampu mewujudkan itu semua.
"Males ah capek mau tiduran."
Jisung yang peka dengan perubahan sikap Minho mulai memasang wajah yang serius. Ia berhenti ditepi jalan membuat Minho terheran dan spontan menegakkan tubuhnya.
"Ada apaan Ji?."
Jisung berbalik menghadap Minho dan mendekatkan wajahnya dengan sang kekasih.
"Kamu kenapa?," Tanya Jisung.
Minho langsung membuang muka untuk menghindari Jisung yang sedam dalam mode serius.
"Kamu jujur sama aku. jangan ada yang ditutupin, kita udah lama sama-sama. Kamu kenapa tiba-tiba berubah?."
Minho kalut ia bingung harus berkata apalagi. Jisung tidak bodoh dia akan sadar dengan perubahan Minho. Minho rasa ini saatnya untuk dia mengatakannya.