Salah (1/1)

2.2K 178 12
                                    

Jisung menatap Minho geram. Seolah olah pemuda dihadapannya ini telah melakukan sebuah dosa besar. Matanya seperti melahap Minho hidup hidup dalam kilat amukannya.

Maka sebelum si ketua OSIS mengamuk Minho bersuara, "Jadi ada urusan apa sehingga ketua osis terhormat ini datang ke sini?" ucap Minho tenang. Mulutnya kembali menghisap batang rokok di tangannya dan menghembuskan tepat di wajah Jisung.

"Lee Minho!" Jisung mengambil paksa rokok yang terselip di bibir Minhi sebelum menginjak injak hingga apinya mati, "Sudah ku bilang hentikan kebiasaan buruk mu itu! Pulanglah! Kau akan sakit jika menggunakan pakaian basah di cuaca seperti ini"

Minho merogoh kantong celana nya, mengeluarkan kotak putih penuh gulungan tembakau yang selalu ia bawa kemana mana. Menyulut rokok yang terselip di mulutnya, "Oh. Kau khawatir?" Minho kembali menyesap gulungan tembakau. Merasakan rasa mint di mulutnya dan kembali berucap "Khawatirkan saja wanita manismu itu"

"Lia tidak ada hubungannya dengan ini. Pulanglah Minho! Aku akan memberimu point lagi kalau kau tidak pulang sekara-"

"Kau saja yang pulang" Minho menyelipkan earphone di telinganya "Aku takut Lia mu itu akan cemburu melihat orang yang dia sayangi berduaan dengan pembuat onar. Bedebah pula. Namun sayang cantiknya bukan main"

Jisung menghela nafas kasar. Minho bisa mendengarnya dengan jelas namun berpura pura seperti menikmati musik dari earphone yang tidak berbunyi. Menatap sendu punggung Jisung yang semakin lama semakin hilang di balik gelapnya malam.

Sebenarnya untuk apa dia rela duduk sendirian di taman sekolah sampai harus mendapatkan amukan dari sang ketua OSIS. Minho hanya ingin mengucapkan salam perpisahan kepada Jisung. Orang yang sangat dia cintai.

Dibalik kaos hitam yang ia pakai, Minho menyembunyikan banyak luka tusuk di perutnya. Dari tadi Minho berusaha menahan rasa sakit dan tangisannya. Tapi sekarang dia tidak bisa menahannya lagi.

Tragisnya orang yang menjadi pelaku adalah Choi Lia. Kekasih Jisung. Sosok yang paling dicintai oleh seorang Han Jisung.

dan. Satu satunya orang yang sangat berambisi untuk membunuh Minho yang sebenarnya merupakan korban dari semua ini.

---

Flashback

Minho berlari tergesa saat melihat sosok wanita cantik yang dikelilingi pria-pria berbadan besar dengan pakaian serba hitam di sekelilingnya. Sial, pikirnya, masih ada saja orang yang memanfaatkan kelemahan perempuan sebagai pemuas nafsu.

"Bajingan!" Minho memukul rahang salah satu dari mereka. "Beraninya hanya dengan wanita!" Minho melayangkan pukulannya lagi. Namun kini tangannya dicengkram ke belakang, rambutnya dijambak, dan lehernya dicekik oleh seseorang.

Wanita yang berusaha dia tolong kini mencekiknya tanpa ampun.

Ini jebakan

Minho hanya bisa memberikan tatapan tajam ke wanita yang sedang menyeringai di depannya, sambil meronta. Dadanya terasa sangat sesak dan kepalanya seperti mau pecah.

"K-kau" suara Minho tercekat. Nafasnya semakin menipis seiring dengan cekikan wanita di depannya yang semakin kuat "Jalang kkhh"

"Kau jalang yang sesungguhnya" Wanita itu mengambil belati dari kantongnya.

Jleb

Lalu menghunuskannya ke perut Minho "Karena berani mendekati tunangan orang"

"Argh"

Jleb

"Kau hanya menjadi hama diantara hubunganku dengan Jisung"

Minho tersentak saat Lia menusukan belati semakin dalam. Dibarengi dengan darah yang mengalir dari mulutnya.

Jleb

Lia menepuk-nepuk pipi Minho, "Han Jisung hanya milikku.  Kau dengar itu Lee Minho?! "

Lia kembali menusukan belatinya ke perut Minho. Memberikan sayatan melintang di perutnya.

"Akan kubiarkan kau hidup. Aku masih punya rasa simpati dengan manusia rendahan sepertimu" Lia membersihkan belatinya dengan tissu,  memberi jeda pada kalimat selanjutnya, "Tapi jika kau mendekati Minho lagi. Ku pastikan kau akan mati. Mengerti?"

Lia mencengkram kuat rahang Minho, "Kau mengerti tidak bodoh!". Minho menangguk lemah sebagai jawaban.

"Bagus. Kalian lepaskan dia"

Pria-pria berbadan besar itu melepaskan tubuh Minho yang langsung ambruk nenghantam aspal. Mereka semua pergi, meninggalkan Minho tergeletak begitu saja di bawah guyuran hujan.

Minho meringkuk setelah kepergian Lia. Nafasnya terengah-engah. Kepalanya terasa sangat berat saat mulutnya terus mengeluarkan darah.

Kenapa harus dirinya yang merasakan semua kepedihan ini.

Perjodohan laknat Jisung dengan Lia terpaksa membuat Minho pergi dengan membawa serpihan hatinya.

Selama ini Minho menjadi berandal agar Jisung sekali saja melihat kearahnya.

Minho sangat mencintai Jisung. Apakah Jisung tidak merasakannya?

Apakah Lia masih tega melakukan ini jika dia tau bahwa di dalam perut Minho juga ada jiwa lain yang merasa kedinginan?

Ah tidak. Wanita itu mungkin malah membunuh Minho jika tau dia membawa janin sang tunangan dalam perutnya.

Lagipula wanita manja seperti itu mana sanggup merasakan beban yang Minho bawa selama ini. Lia mana mengerti seberapa hancur dirinya saat si tunangan  memperkosanya dulu. Bahkan setiap malam Minho menangis ketika mengingat ingat kejadian itu.

Dan penderitaannya bertambah lengkap saat ada kehidupan lain di tubuhnya. Minho frustasi. Dia menangis di kamar dan tidak makan selama berhari hari, biarkan saja janin itu mati. Untuk apa ia susah payah mempertahankan anak dari si bangsat Han Jisung. Tidak ada gunanya. Minho ingin menyingkirkan parasit kecil yang ada dalam dirinya.

Namun saat melihat foto dirinya dan sang ibu, Minho mengurungkan niatnya. Dia bisa lahir dan hidup sampai sekarang berkat ibunya. Sang ibu lah yang mengajarkannya berbagai hal dan memberikan banyak pengalaman yang menyenangkan dalam hidup Minho.

Membayangkan kelak ia merawat anak dalam kandungannya, mengajarinya berbagai hal, bermain dengannya. Itu semua sudah cukup untuk memberikan secercah cahaya bagi Minho.

Minho ingin merawat kandungannya hingga lahir di dunia. Minho ingin menjadi ibu yang terbaik untuk anaknya kelak. Minho ingin mendampingi anaknya hingga dewasa. Hanya kehidupan yang sedang tertidur dalam perutnya lah satu satunya penyemangat bagi Minho untuk terus hidup.

Namun si bengis Choi Lia telah merusak semua harapannya. Membunuh bayinya sama dengan membunuh diri Minho sendiri.

Apakah ini saatnya dia meninggalkan kisah suramnya di dunia dan berbahagia dengan buah hati nya di alam sana?

Dan di sisa tenaganya. Minho merangkak menuju bangku taman sekolahnya. Menyalakan rokok dan mulai menghisap nya dengan putus asa.

-Tbc-

Story by watasiwasu

Softie Minho CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang