Warning : 🔞
Based on the anime and manga with the same title
***
Lee Minho merupakan seorang komandan tentara di negara Korea Selatan. Ia merupakan komandan yang sangat baik kepada semua anak buahnya. Sehingga ia disukai oleh semua orang yang menjadi anak buahnya. Termasuk Kapten Christopher Bang yang diam-diam menyukai sang komandan. Maksudku, tubuh sang komandan.
Kali ini Minho tengah berjalan menghampiri ruang kesehatan yang berada di gerbong kereta yang sudah tidak dipakai itu. Tanpa Minho ketahui, sang kapten mengikutinya dari belakang.
"Minho-ssi, anda seharusnya tidak di sini," ujar salah seorang anak buahnya yang sedang membantu para tenaga medis.
"Mereka adalah anak buahku, jadi aku harus melihat keadaan mereka," tegas Minho sebelum berjalan masuk ke dalam ruangan kesehatan itu.
"Minho-ssi?"
"Komandan!"
"Kalian melakukan yang terbaik hari ini," ujar Minho. "Aku senang karena kalian melakukannya di bawah komando ku," tambahnya.
Anak buah Minho tersenyum karena sang komandan memuji kinerja mereka hari itu. Bahkan banyak dari mereka yang terkejut akibat apa yang di lontarkan oleh Minho.
Minho membawa tungkainya mendekati salah satu anak buahnya yang bertugas membuat pedang dan ikut berperang hari itu. Sebenarnya ia bukan anak buahnya, karena dirinya lebih berpengalaman daripada Minho.
"Kita sudah tidak lama berjumpa, Minho-ssi," ujarnya sembari tersenyum. "Terakhir kali aku melihatmu setelah Gwan Rye* Ceremony," katanya masih tetap mempertahankan senyumannya. "Ah, pedang panjang itu," ujarnya saat melihat pedang panjang yang terpasang di ikat pinggang Minho.
"Ya, ini yang kamu buat untuk Gwan Rye waktu itu," ujar Minho sembari melihat pedangnya. "Master Choi," ujar Minho sembari menatap lelaki di depannya sendu.
"Aku terkejut saat melihat namamu di daftar orang yang terluka," kata Minho menahan tangisnya.
"Aku mengacaukannya," ujar Master Choi sembari tertawa pelan. "Dibandingkan yang lain, ini bukanlah masalah yang besar," katanya pelan. "... namun, kamu tidak perlu mengkhawatirkan satu tentara segitunya," kata Master Choi sembari menyentuh wajah Minho supaya tidak menangis.
"Namun, bagi pembuat pedang, tangan adalah segalanya bagi dia," ujar Minho sembari memejamkan matanya, menahan tangis yang sebentar lagi akan terjatuh.
"Ini adalah perang," kata Master Choi pelan. "Lebih baik terluka dibandingkan melihat negara kita lenyap," tambahnya.
Tanpa Minho ataupun Master Choi ketahui, Chris mendengar perbincangan mereka dari luar ruang kesehatan. Bahkan saat seorang perawat menyapa Chris, Minho ataupun Master Choi tidak sadar.
"Kamu tidak boleh menangis, Minho-ssi," ujar Master Choi sembari mengelus pipi Minho lembut. "Kau harus menjaga perasaan itu tetap tersembunyi, tak terlihat," tambahnya. "Karena kamu adalah pemimpin dari anak buahmu, seorang komandan."
Minho menahan tangisnya sembari mencium tangan Master Choi. Berharap ada keajaiban saat ia mencium tangan pembuat pedang itu.
"Kamu tidak seharusnya menangis."
Setelah menyelesaikan pembicaraan singkat dengan Master Choi, Minho keluar dari ruang kesehatan itu dan mendapati Chris berdiri bersandar pada sisi luar gerbong kereta itu. Hal itu membuat Minho terkejut bukan main.