Restoran itu tutup saat matahari sudah tergelincir ke ufuk barat. Seorang wanita muda, pemilik restoran, tengah memutar sign board dari tulisan 'open' menjadi 'close'. Restoran ini akan kembali buka saat jam sembilan malam, untuk menyajikan menu-menu istimewa dan menggoda.
"Jam berapa sekarang?" Tanya seorang gadis berambut sebahu kepada sang pemilik restoran.
"Jam tujuh. Memangnya ada apa Rein?" Tanya sang pemilik restoran kepada sahabatnya, Im Arein yang sekaligus co-owner di restoran itu.
"Mereka belum datang?" Arein menghampiri sang pemilik restoran dan berdiri dihadapannya.
"Belum."
"Kau tidak dibohongi oleh mereka kan, Jin? Jangan bilang mereka hanya menandatangani perjanjian dan pergi begitu saja membawa uang yang sudah kau berikan sebagian kepada mereka."
Kang Hyejin, sang pemilik restoran, hanya tertawa renyah, menanggapi kekhawatiran sang sahabat akan perjanjian yang mereka buat dengan keempat orang yang ingin 'bekerja' disana.
"Tentu saja mereka tidak akan bisa kabur, Rein." Hyejin menepuk kedua bahu Arein sebelum tersenyum misterius. "Karena, jika satu dari mereka ada yang berhasil kabur, aku akan menarik semua uang yang aku berikan kepadanya dan mungkin membunuhnya?" Tambahnya.
Arein bergidik ngeri, sahabatnya memang tidak akan pernah main-main jika ada yang mengambil uangnya tanpa menyelesaikan perjanjian yang mereka buat.
"Yasudah." Kata Arein singkat. "Apa kau tidak mau mengubah restoran ini menjadi restoran malam yang kau bilang itu?"
Hyejin berjalan meninggalkan Arein menuju ke belakang meja kasir, dan menekan sebuah tombol disana.
Seketika, ruangan mereka berubah menjadi sebuah restoran baru yang sudah dimodifikasi oleh Hyejin sendiri.
"Bagaimana? Bagus kan?" Tanya Hyejin saat perubahan restoran mereka telah selesai.
"Kuakui kau memang berbakat." Kata Arein singkat. "Tapi bagaimana mereka mengetahui kalau ini restoran milikmu, Jin?"
"Aku hanya memodifikasi bagian dalam nya saja, luarnya tetap sama. Jadi mereka tidak akan kesulitan untuk mencari tempat ini." Kata Hyejin sembari melepas apron yang melekat di pinggangnya itu.
Tring!
Bertepatan dengan itu, seseorang memasuki restoran dengan keadaan yang berkeringat dan terengah-engah. Dapat disimpulkan bahwa orang itu habis berlari.
"Pas sekali, aku baru saja akan menanyakan langsung kepadamu 'kenapa belum datang juga?' Tapi kau sudah menampakkan wujudmu disini." Kata Hyejin sembari menguncir kuda rambutnya yang panjang itu.
"Maaf, aku terlambat. Soalnya Jisung, Felix dan Seungmin sangat sulit untuk diajak kesini." Kata orang itu sembari mengatur nafasnya.
"Baiklah, nanti aku akan berbicara kepada mereka." Kata Hyejin. "Sekarang lebih baik kau ganti baju dengan baju yang sudah kusiapkan dikamarmu, Minho. Arein antar dia." Perintah Hyejin yang langsung dituruti oleh Arein.
Sepeninggal Arein dan Minho, Hyejin mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi ketiga 'karyawan malam' nya yang masih belum datang juga.
Tring!
"Ah.. baru saja aku ingin menelpon kalian." Kata Hyejin saat melihat ketiga orang itu memasuki restorannya. "Sekarang kalian kuantar ke kamar kalian yah. Nanti kalian tunggu 'pelanggan' kalian disana. Dan juga pakai, pakaian yang sudah kusiapkan disana."
Mereka bertiga mengangguk sebelum mengikuti Hyejin ke kamar mereka masing-masing.
"Ini kamarnya Felix. Kau harus ingat bahwa kau menggunakan nama 'Pizza Royale' saat bekerja disini." Hyejin memberi tahu Felix ruangannya dan juga nama karyawannya. "Silahkan masuk dan bersiap." Felix mengangguk dan segera memasuki ruangan miliknya.