Suasana pagi hari yang cukup mendung dengan udara dingin yang berkabut enggan membuat seorang gadis kecil beranjak dari tempat duduknya. Sebaliknya, ia malah semakin senang ketika rintikan salju turun untuk pertama kali. Mendapati salju pertama dipagi hari, Allyssha yang ditemani Joanne begitu antusias dan tidak bisa menahan diri untuk memberitahukannya pada Edward yang masih berada didalam rumah.
"Uncle Tree! Lihatlah aku mendapatkan salju pertama turun dipagi hari," ucapnya antusias.
Bersamaan dengan kalimat penuh semangat yang terlontar dari mulut Allysha, Edward keluar dari balik pintu rumahnya yang besar. "Kau senang?" Tanyanya sembari berjalan mendekati Allysha.
"Ya. Aku sangat senang." Jawab Allysha menyunggingkan senyum penuh keceriaannya.
"Baguslah. Aku juga senang melihatmu begitu antusias." Tutur Edward mengambil posisi duduk disamping Allysha. Pandangannya mulai mengedar, memperhatikan rintikan salju yang turun perlahan. Sampai akhirnya ia menyadari kehadiran sebuah mobil yang melaju memasuki pintu gerbang rumahnya tanpa sepengetahuan Edward terlebih dahulu.
"Bawa Allysha masuk kekamarnya. Saya khawatir suhu udara akan membuatnya sakit." Perintah Edward pada Joanne yang terlihat canggung namun tetap menurut. Meski tidak mengetahui siapa sosok dibalik pengemudi mobil berdesain elegan tersebut, namun Edward merasa saat ini Allysha tidak boleh bertemu dengan siapapun juga. Karena itu ia meminta pengasuh Allysha untuk membawanya memasuki rumah meskipun ia tahu kalau Allysha masih ingin berada diantara rintik salju yang menambah suhu udara menjadi semakin dingin.
"Aku masih ingin bermain disini." Tolak Allysha yang tengah membuka kedua telapak tangannya guna merasakan dinginnya salju yang mengenai tangan mungilnya.
"Kalau begitu bersihkan tubuhmu dan kita akan bermain ketempat yang menyenangkan." Bujuknya lagi membuat Allysha menurut seketika.
"Benarkah?"
"Ya. Tentu saja. Kemarin kita belum sempat bermain karena terlalu lama berada dirumah sakit. Dan hari ini aku akan menepati janjiku padamu." Jawabnya lagi sekilas menatap pada Joanne seolah menyalahkan waktunya bersama Allysha yang terbuang hanya karena Joanne terlalu lama menemani neneknya sampai tanpa sadar membuat Edward dan Allysha menunggunya cukup lama. Meski begitu,Edward sadar kalau Joanne adalah umpan yang harus ia manfaatkan dengan baik mengingat Allysha harus tetap bersamanya tanpa merasa takut karena ada pengasuh yang ia kenal dengan baik sehingga ia memaafkan kesalahannya dan tetap meminta Joanne untuk mengikutinya sampai ke London. Edward juga tahu kalau Joanne merasa tertekan karena ia terus memaksanya bahkan memintanya untuk tetap bungkam pada Mirella dan Ryan. Tapi untuk saat ini Edward enggan peduli asal ia bisa bersama Allysha, apapun akan ia lakukan sekalipun membuat orang lain merasa bersalah dan tertekan untuk waktu yang lama.
"Horeeee! Kalau begitu aku akan mandi dulu. Ayo Joanne!" Serunya menarik tangan Joanne yang kaku dan mengajaknya pergi.
"Ya. Ayo Ally..." balas Joanne canggung.
"Sudah aku bilang jangan memanggilku seperti itu lagi. Harus berapa kali aku mengingatkanmu?" Protes Allysha yang terdengar samar oleh Edward mengingat kini, keduanya berjalan menjauh dan memasuki rumahnya. Tanpa sadar mulutnya tersenyum simpul mendengar Allysha yang memprotes pengasuhnya dengan nada yang sangat menggemaskan. Namun senyumnya tidak bertahan lama ketika ia kembali disadarkan oleh kehadiran mobil yang mengitari taman depan rumahnya.
"Siapa yang membukakan pintu gerbang dan membiarkan mobil masuk tanpa ijin?" Tanyanya dengan raut wajah yang berubah tegang dan begitu serius. Tidak ada lagi senyum ramah penuh kebahagiaan seperti saat bersama Allysha. Pikirannya kembali dipenuhi polemik tak berkesudahan bersamaan dengan menghilangnya Allysha dari pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...