Sebelum baca author mau ngasih tahu kalau dipart ini mungkin akan sedikit melankolis dan terkesan sadness. Dan akan ada misteri baru yang bikin kalian bertanya tanya(tapi tenang aja, semua akan terbongkar pada waktunya :v). Buat yang gak suka sisi lemah Mirella silahkan pikir ulang untuk baca part ini. Oh ya, misteri dibalik komanya Brianna masih tanda tanya dan jujur belum ditentuin secara pasti, masih nimbang nimbang beberapa pilihan yang muncul dalam pikiran(duh bahasa gue yampun wkwk). Jadi buat yang punya saran monggo dishare dikolom komentar. Udah ya segitu dulu, Happy reading and enjoy the story.
Mirella memasuki ruangan Edward dengan mendorong medicine trolley berisi obat obatan dan juga makan malam untuk pria yang terlihat memperhatikan langkahnya.
"Untuk apa kau datang? Aku tidak memanggilmu." Tanya Edward pada Mirella yang masih berjalan.
"Ada obat yang harus kau minum. Tapi sebelum itu kau harus makan dulu." Jawab Mirella setelah membenarkan posisi medicine trolley yang ia dorong.
"Aku tidak mau." Tolak Edward menatap malas pada makanan yang tidak menggugah selera. Sup panas dengan sedikit nasi yang hambar dimalam hari, mulutnya sudah bosan memakan makanan rumah sakit tersebut, ditambah kondisinya yang sedang mual membuat Edward semakin ingin muntah.
"Kenapa?"
"Perutku mual." Jawab Edward datar.
"Oh benarkah? Kenapa bisa?" Tanya Mirella heran.
"Sudah aku bilang ini pasti karena pemeriksaan tadi." Edward terlihat menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.
"Oh ya..." Ia baru mengingat tentang suatu hal. Efek samping yang bisa menimpa seseorang setelah menjalani pemeriksaan radiologi seperti foto rontgen dan MRI yang tadi Edward jalani.
"Oh ya... benarkah? Apa hanya itu yang bisa kau ucapkan? Kau ini dokter atau bukan? Hal sekecil itu saja kau tidak tahu." Protes Edward memotong ucapan Mirella
"Tentu saja aku dokter. Apa setelah pemeriksaan pertama kau juga mengalami mual?" Mirella kembali bertanya mengingat setelah pemeriksaan pertama dan operasi Edward, Mirella sempat meminta Adeline untuk menanganinya dan ia tidak tahu apakah pasiennya tersebut mengalami mual atau bahkan muntah setelah pemeriksaan pertama kali.
"Ya." Singkat, terlalu singkat sampai membuat Mirella bergumam pelan.
"Biasa saja jawabnya." Gumam Mirella yang tengah mengambil beberapa obat dari medicine trolley.
"Heh dengar ya! Aku tidak akan lagi mempermasalahkan yang pertama. Tapi untuk yang sekarang aku mau kau tanggung jawab sepenuhnya." Lanjut Edward dengan penekanan.
"Yang benar saja. Dimana mana lelaki yang dimintai pertanggung jawaban bukan malah sebaliknya. Sekarang aku jadi sanksi kalau kau benar benar seorang pria sejati." Protes Mirella meletakkan beberapa obat diatas nakas dengan perasaan kesal.
"Tidak akan ada wanita yang mendesah dibawahku jika aku bukan seorang pria sejati. Termasuk kau." Balas Edward memalingkan wajahnya dari Mirella yang terlihat melotot kaget mendapati tanggapan Edward dan ucapannya yang diluar dugaan.
"Dan tidak ada pria sejati yang meminta pertanggung jawaban pada seorang wanita." Sindir Mirella sambil berbalik, berniat untuk pergi.
"Heh kau mau kemana?" Mendengar nada pertanyaan yang tidak menyenangkan, Mirella kembali berbalik dan mendekat pada Edward.
"Ada obat yang tertinggal. Aku mau mengambilnya dulu," ucap Mirella ketus.
"Jangan coba coba pulang sebelum aku berhenti mual. Kalau perlu tanganmu harus menengadah tepat didepan wajahku setiap kali aku mau muntah." Perintah Edward membuat Mirella menatap jijik kearahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/199400124-288-k571832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...