Mirella tengah duduk dibawah pohon rindang yang teduh. Matanya sesekali memicing saat mengarah pada sinar matahari yang terik. Berulangkali helaan napasnya tampak terdengar risau dan kacau. Ia mulai lelah berpikir mencari jalan keluar agar secepat mungkin Edward enyah dari hidupnya. Namun, semua yang ia pikirkan tidak menghasilkan apapun. Mirella tidak juga menemukan jalan keluar meski ia kembali mempelajari seluk beluk ilmu kedokteran spesialis yang jelas jelas sudah ia kuasai sepenuhnya. Mirella seolah merasa gagal membuktikan kalau pasiennya sudah baik baik saja dan seharusnya juga sudah bisa berjalan normal kembali. Namun, sampai saat ini apa yang ia usahakan belum cukup menjadi bukti atas pengakuan Edward yang dirasa palsu baginya. Jaimee tetap tidak mempercayai hasil pemeriksaan yang Mirella berikan sebagai bukti kalau Edward sudah membaik dan bisa dipulangkan. Dan sesuai dengan kesepakatan Mirella masih harus berlapang dada menjadi perawat sekaligus dokter yang kehilangan harga diri dihadapan banyak orang yang melihat dirinya diperintah sesuka hati oleh pasien sekaligus suaminya dimasa lalu.
Sementara ditempat yang berbeda, seseorang dengan setelan jas serba hitam tengah berdiri menghadap jendela luas dihadapannya. Tatapannya begitu tajam seiring dengan rahangnya yang mengeras seolah menahan emosi dan kemarahan pada pria lain yang tengah duduk santai dikursi kebesarannya. Entah apa dan sejauh mana pembicaraan keduanya berlangsung karena yang pasti, sebelum berpamitan, pria yang usianya diperkirakan sudah melebihi setengah abad tersebut kembali bersuara dengan nada tegas dan langkah penuh wibawa khas seorang petinggi yang angkuh.
"Aku tidak membantumu untuk hal yang sia sia. Jadi pastikan jaga baik baik apa yang sudah kau dan aku usahakan selama ini,"ucapnya mendekati meja kerja pria muda dihadapannya.
"Kau tidak perlu khawatir. Bukankah misimu sudah selesai?" Balas pria yang terlihat sedang memeriksa beberapa berkas ditangannya.
"Mengusik jiwanya dan membuatnya merasa kehilangan. Semuanya sudah selesai dan impas. Jadi berhentilah memperingatkanku." Lanjutnya masih dengan nada yang santai dan tenang.
"Kau tidak benar benar selesai dengan tugasmu." Pria dengan rambut yang sudah memutih tersebut menggeprak meja dihadapannya dan sontak membuat pria yang tengah duduk tersebut mendongak kaget dengan tatapan tidak terima atas perlakuan lawan bicaranya.
"Apa maksudmu?" Tanyanya meletakkan berkas yang sedari tadi mengambil alih fokusnya dari ucapan pria yang ia anggap hanya omong kosong.
"Jangan berpikir kalau aku tidak mengetahui pertemuanmu dengan pria itu."
"Ryan Miller?" Tanyanya setengah menebak.
"Ya." Jawabnya singkat dan tajam.
"Dia bukan lagi ancaman selama kita tidak kembali mengusiknya."
"Apa kau bisa memastikan semuanya?"
"Tentu saja."
"Dia bergelut dalam bidang yang tidak disukainya. Menurutmu dia tidak memiliki rencana buruk untukmu?"
"Glamourose jelas tidak sebanding dengan industri kita."
"Kau terlalu sombong sampai tidak menyadari kalau glamourose mulai naik daun dan diterima diberbagai negara belahan Eropa. Cepat atau lambat semua orang akan tertarik dengan brand baru yang ia ciptakan."
"Terlebih saat keluarga Kennedy turut terlibat. Ryan akan semakin mudah mengalahkanmu." Lanjutnya dengan kedua lengan dilipat kedepan.
"Kau benar. Tapi apapun yang terjadi aku tidak akan berusaha terlalu keras hanya untuk sebuah perusahaan tandingan yang hanya mampu aku lihat menggunakan kaca pembesar." Balasnyq beranjak bangkit dari tempat duduk dan mensejajarkan tubuhnya dihadapan pria tua dengan penuh percaya diri.
![](https://img.wattpad.com/cover/199400124-288-k571832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...