part40

4.7K 369 100
                                    

Ketukan heels perlahan menghilang. Sunyi mulai kembali menghiasi suasana malam yang dingin itu. Langkah yang semula terhenti perlahan mulai kembali mengambil alih kendali. Dalam kesunyian dan keheningan malam ia berjalan dengan penuh wibawa. Tujuannya hanya satu, yakni mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya. Hampir saja ia melewatkan benda yang tak pernah ia lepas selama kurang lebih lima tahun. Meski akhir akhir ini ia tidak lagi mengenakannya karena suatu hal, tapi percayalah, Edward masih menginginkan benda itu bersamanya disetiap saat.

Edward melirik arloji keluaran terbarunya dengan pandangan mengedar memastikan tidak ada satu pasang matapun yang melihatnya memasuki ruangan rawat inap terutama wanita yang baru saja ia saksikan kepergiannya. Matanya mulai kembali menyalurkan kecemasan saat mengingat benda yang tertinggal diruangan berkelas VVIP tersebut. Ya, Edward meninggalkan harta paling berharganya disana. Ditempat yang sebenarnya mudah dijangkau siapapun saat bukan Edward lagi penghuninya.

Barulah setelah menutup pintu, pandangannya kembali mengedar dengan langkah kaki yang turut berjalan mendekati sebuah nakas disudut ruangan. Seingatnya, Edward menyimpan benda berbentuk lingkaran tersebut disana, setelah menjalani operasi dan dengan bantuan seorang perawat mengingat ia tidak bisa menyimpannya sendiri disaat keadaannya belum benar benar pulih. Tentang Mirella, entah wanita itu menyadari atau tidak tapi yang pasti Edward menganggap kalau Mirella tidak memperhatikan benda itu sama sekali. Edward mulai membuka laci dan mengambil barang yang menurutnya sangat berharga tersebut. Meski kini keadaannya sudah berubah, tapi Edward enggan membuangnya. Entah karena ia masih berat untuk melepas, atau mungkin karena Edward sudah terbiasa dengan barang yang sudah dia klaim sebagai milik pribadinya.

"Dasar pria bodoh! Kenapa kau masih saja menginginkan cincin sialan ini?" Maki Edward pada dirinya sendiri.

Diperhatikannya cincin berukir nama wanita yang dulu ia nikahi. Mirella, tertera dengan jelas namanya dibalik cincin yang ia jadikan sebagai pendulum dari kalung berwarna silver yang berkilauan. Meski kini ia sudah berpisah dengan Mirella, meski masa lalu keduanya terlalu pahit untuk dikenang, namun Edward masih enggan membuang segala hal yang berhubungan dengan wanita masa lalu yang menyembuhkannya dari trauma namun kembali membuatnya tenggelam dalam trauma dan merasakan luka lebih dalam lagi. Biar saja ia dihadiahi panggilan sebagai pria pengecut oleh setiap orang yang mengetahui kisahnya dimasa lalu atas tindakannya meninggalkan Mirella namun tidak dengan segala kenangan saat bersamanya. Bagaimanapun juga kebencian tidak cukup untuk membuat Edward melepaskan benda yang kini ia genggam kuat seiring dengan langkah kakinya yang mulai beranjak pergi meningalkan ruangan rawat inap yang menjadi saksi bisu berakhirnya kisah singkat bersama Mirella setelah perpisahan keduanya empat tahun silam.

Sementara ditempat yang berbeda, Mirella tengah berjalan menuju ruangan kerjanya. Baru saja ia memberikan data medis pada dokter Frans dan sekarang ia memutuskan untuk pulang mengingat malam sudah mulai larut. Tangan kanannya memijit lembut kening yang terasa berat dan pusing. Jalannya mulai beralih pelan dan sempoyongan. Hampir saja ia ambruk dan terjatuh andai pemandangan didepannya tidak membuat Mirella mengerjap kaget secara mendadak. Ryan Miller berjalan dari arah berlawanan dengan membawa buket bunga berwarna merah menyala. Beruntung pria bermata biru tersebut berjalan sambil menunduk dan terlihat sibuk merapihkan buket bunga sehingga Mirella memiliki kesempatan untuk berbalik arah dan bersembunyi dibalik tembok dan memperhatikannya dari kejauhan.

"Huuuuh... kenapa dia sudah pulang?" Tanya Mirella membalikkan tubuh dan bersandar pada dinding putih dibelakangnya. Jelas ia bertanya tanya tentang keberadaan Ryan mengingat yang ia tahu, Ryan masih berada di London untuk urusan pekerjaan dan baru akan pulang besok sore.

"Bagaimana kalau dia bertemu dengan Edward? Atau mungki...." bertepatan dengan berbagai tanya yang hendak ia lontarkan pada dirinya sendiri, ponsel Mirella berbunyi dan ia langsung mengambilnya dibalik saku jas putih yang ia kenakan.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang