part18

4.7K 297 47
                                    

Selesai pemeriksaan, Mirella mengantar Edward kembali keruangannya. Tangannya mulai pegal begitupun dengan kakinya yang mulai kelelahan karena terus berjalan sambil mendorong Edward dengan berat yang lumayan menguras tenaga. Ditambah lagi Edward terus saja meminta Mirella agar mengantarnya ke taman dengan alasan ingin mencari udara segar dan menghilangkan perasaan mual akibat pemeriksaan yang baru saja ia jalani. Namun, karena kondisi Edward belum memungkinkan untuk berada diluar ruangan, Mirella enggan mengabulkan permintaan Edward yang mulai bersikap biasa lagi padanya.

"Kau harus kembali keruanganmu dan beristirahat." Jelas Mirella tanpa menghentikan langkahnya mendorong Edward.

"Aku bosan. Setidaknya biarkan aku berada ditaman untuk beberapa saat dan kau bisa pergi untuk urusan yang lain." Bujuk Edward berharap Mirella mau mengalah.

"Aku tidak bisa." Tolaknya tak terbantah.

"Kalau kau tidak bisa, apa dokter Frans juga tidak bisa?" Senjata terakhir yang Edward miliki terpaksa ia gunakan. Fransisco Karson, pria setengah abad itu, kini menjadi senjata yang Edward rasa cukup bagus untuk membuat Mirella mengikuti kemauannya meski hanya dengan mendengar namanya saja.

"Kau akan mengadu padanya?" Tanya Mirella berubah sinis.

"Awalnya tidak. Tapi kau memberiku ide yang bagus." Jawab Edward dengan seringaian.

"Sialan! Kalau begitu kau bisa berada ditaman sampai aku selesai memeriksa pasien rawat inap dengan catatan, aku tidak akan bertanggung jawab jika sesuatu hal buruk menimpamu."

"Baiklah." Begitu mudah Mirella menyerah hanya dengan ancaman kecil yang Edward layangkan padanya. Bukan karena takut, tapi Mirella baru mengingat suatu hal yang lebih penting dari perdebatannya dengan pria keras kepala yang satu ini.

Dari bawah pohon besar yang teduh, Edward terlihat begitu menikmati udara segar dipagi hari yang cerah. Matanya mengedar mencari pemandangan yang bisa menyegarkan penglihatannya. Dan benar saja, taman rumah sakit berkelas internasional tersebut mampu memanjakan Edward yang kini begitu menikmati pemandangan serba hijau dengan beberapa tanaman bunga berwarna warni.

Sunyi sepi dan tenang. Begitulah suasana ditaman yang hanya dikunjungi oleh sebagian kecil pasien yang sesekali berlalu lalang dihadapannya. Edward tengah menghirup udara segar dan mengembuskannya secara perlahan. Beberapa kali ia melakukan hal yang sama sampai kegiatannya terhenti oleh kehadiran seorang anak kecil yang berlarian.

"Joanne kau terlalu lambat." Teriak seorang anak kecil sambil mendekat pada Edward.

"Mon uncle je peux me cacher derrière ta chaise? Ne dites pas à Joanne que je me cache ici." Belum mendapat jawaban, gadis kecil tersebut langsung berjongkok tepat dibelakang kursi roda yang Edward duduki. Tak berselang lama, seorang wanita muda berhenti didepan Edward sambil mengatur napasnya yang terengah engah karena kelelahan.

"Monsieur, avez-vous vu un enfant passer de cette façon?" Tanya Joanne dengan bahasa Perancis.

"What?" Edward mengernyit tidak mengerti. Sementara Joanne, ia terlihat berpikir dan mengamati Edward untuk sesaat.

"Sorry. Have you seen a child pass in this road?" Joanne mengulang pertanyaannya dengan bahasa inggris setelah memastikan kalau pria dihadapannya bukanlah orang Perancis yang menggunakan bahasa sama dengannya.

"She is going there." Barulah Edward menjawab dan menunjuk jalan didepannya. Meskipun ia tidak mengerti dengan bahasa gadis kecil yang bersembunyi dibelakang kursinya, namun nalurinya seolah mengerti dengan maksud dan tujuan Allysha. Tidak memberitahukan keberadaan Allysha pada wanita muda yang mencarinya, Edward merasa sudah melakukan hal yang benar meskipun ucapan Allysha tidak ia mengerti sepenuhnya.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang