'Aku tetap bersalah karena tidak bisa menjagamu lebih baik darinya. Aku hanya ingin meminta maaf padamu. Selebihnya, aku tidak berhak memintamu untuk kembali padaku meskipun kenyataannya sampai detik ini kau masih menjadi pemilik tetap atas hatiku.'
Kalimat Edward membali mengisi ingatan Mirella yang tengah berdiri tegak dibawah shower. Air yang mengalir membuat Mirella lebih mudah mencerna dan berpikir tentang banyak hal terutama kejadian sore tadi dibutik Jane. Kini ia benar benar meyakini kalau semua permintaan maaf Edward padanya hanyalah omong kosong yang tidak perlu ia tanggapi secara baik baik. Ia juga sadar kalau dirinya hanya bagian dari permainan Edward yang tak pernah usai. Segala omong kosong Edward padanya dengan mudah Mirella pahami terutama sejak pertemuannya bersama Edward dan kekasihnya sore tadi.
Hampir saja Mirella terbuai dengan omong kosong yang Edward utarakan disekitaran sungai dan keheningan kala itu. Cukup bagi Mirella untuk kembali menutup diri dan pintu maafnya andai Edward kembali membujuknya dikemudian hari.
Sambil mengusap wajahnya yang basah, Mirella tersenyum miris saat berpikir Edward akan meminta maaf padanya dikemudian hari. 'Yang benar saja Mirella. Dia akan menikah dengan wanita lain. Lalu apa untungnya mendapat maaf dariku disaat semua yang ia butuhkan tidak lagi ada pada diriku?' Tanya Mirella dalam hati.
Bibir Mirella boleh saja tersungging sinis saat mengingat kebersamaan Edward dengan kekasihnya, namun perasaannya tetap saja bergejolak menyuarakan kecemburuan yang tidak seharusnya ada pada dirinya. Mirella menyadari kalau perasaannya saat ini sangat tidak pantas terlebih setelah semua hal yang ia alami, derita yang terus menghantui semenjak mengenal Edward jelas bukanlah hal yang pantas ia jadikan alasan untuk tetap membiarkan perasaan cintanya bersemayam dengan tenang dilubuk hati terdalamnya.
Bersamaan dengan selesainya kegiatan Mirella dikamar mandi, ia berusaha membuang berbagai pikiran dan nasib buruk yang menimpanya. Namun, batinnya seolah ingin berteriak dan menyalahkan takdir yang membuatnya selalu berada dalam kesulitan. Ia bahkan kerap kali membandingkan kehidupan orang lain yang dirasa lebih baik darinya meski disaat ia sendiri menyadari kalau setiap manusia yang bernapas memiliki masalah sesuai porsinya masing masing.
Selesai mengenakan handuk, Mirella berjalan keluar dari kamar mandi dan melangkahkan kakinya menuju walk in closet untuk mengenakan pakaian. Memilih piyama berwarna merah muda, Mirella langsung melepas handuk dan berganti pakaian lalu bersiap untuk tidur.
***
Kaca yang mengembun dipertengahan malam, udara dingin yang mencekam diantara gelapnya ruangan tanpa cahaya dan embusan napas yang terdengar gusar berulang kali keluar dari mulut pria yang tengah duduk diatas sofa yang menghadap jendela besar dihadapannya. Edward Williams... berpikir keras tentang suatu hal. Entah masa depan atau masa lalu yang masih mengusik jiwanya. Namun yang pasti untuk saat ini ingatannya seolah bertabrakan mencari kepastian atas berbagai tanya yang seringkali muncul dalam ingatan.
Pertemuannya dengan Mirella dan juga Ryan semakin menambah beban pikiran yang kini menuntut untuk kembali tenang menjelang waktu istirahat malamnya. Edward cemburu melihat kebersamaan mereka ditambah lagi ia melihat keduanya tengah bersama buah hati hasil dari perselingkuhan yang membuat pernikahannya bersama Mirella hancur dengan sangat mudah. Berbanding terbalik dengan dirinya yang menghabiskan waktu sendirian dengan rutinitas yang sengaja ia buat hanya untuk membuat dirinya sibuk dan melupakan keluarga kecilnya dimasa lalu.
Namun, ada perasaan yang lebih mengganggu pikirannya dan sulit ia ungkapkan melebihi kecemburuannya pada keluarga kecil Mirella dan juga Ryan, yakni tentang buah hati keduanya. Edward mulai menaruh curiga dengan keluarga kecil tersebut. Terlebih setelah melihat kembali pria pemilik mata biru yang menggendong puteri kecilnya yang terlelap.
![](https://img.wattpad.com/cover/199400124-288-k571832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...