Sebelumnya...
Mirella terlihat menimbang nimbang sebelum memasuki ruangan Edward. Dilihatnya kembali sosok pria yang sedang terduduk didalam ruangan melalui celah jendela yang tidak tertutup gorden. Ia menjadi ragu untuk memberikan obat dan juga makanan pada pria yang ternyata masih terjaga dari tidurnya. Terlebih saat melihat pantulan dirinya pada kaca besar yang menampilkan bayangan pucat dan kacau. Mirella semakin enggan dan berpikir Edward akan menghinanya seperti biasa. Bukan hanya pelayan tanpa bayaran, melainkan pelayan yang menyedihkan dengan wajah pucat dan mata sembab yang terlihat buruk.
Dihembuskannya napas berat yang sedari tadi membuatnya merasakan sesak sampai akhirnya ia mengambil posisi duduk dan meletakkan nampan berisi obat juga sup panas tepat disampingnya. Ia mulai memikirkan cara lain untuk memberikan semangkuk sup tanpa harus mendapatkan penghinaan dari pria yang terlihat tengah menunggu seseorang. Sampai akhirnya, sapaan dari rekan kerjanya membuat perhatian Mirella teralihkan.
"Dokter Mirella!" Panggil Anne setelah mengamati penampilan Mirella yang terlihat kacau dengan rambut yang sudah tidak terikat rapi seperti biasanya.
"Hai Anne, kau belum pulang?" Tanya Mirella lesu namun matanya mengikuti arah pandang Anne yang mengambil posisi duduk disampingnya.
"Bukankah jam kerja anda sudah selesai sejak siang?" Tanya Anne mengalihkan perhatian Mirella dari lamunan.
"Seharusnya begitu."
"Lalu kenapa anda masih berada disini?"
"Aku... Brie kritis dan aku tidak bisa tenang sebelum memastikan sendiri kalau dia baik baik saja."
"Bukankah Brie berada diprivate room khusus lantai paling atas?" Tanya Anne heran.
"Darel bilang Brie sudah membaik. Tapi saat aku mau pulang, aku melupakan sesuatu hal. Aku lupa memberikan obat pada pasienku."
"Lalu?" Tanya Anne membuat Mirella terdiam sesaat.
"Bisakah kau membantuku memberikan obat dan juga sup ini? Pasienku mengalami mual dan dia sulit untuk bisa makan. Aku yakin sup ini bisa membangkitkan selera makannya dan ini obat yang tambahan untuknya." Jelas Mirella dengan tatapan penuh harap.
"Kau mau?" Tanya Mirella memastikan lawan bicaranya yang terlihat sedang berpikir.
"A..."
"Kumohon. Sekali ini saja bantu aku dan lupakan larangan dokter Frans untuk membantuku." Potongnya membujuk Anne agar mau mengikuti permintaannya.
"Baiklah. Aku akan memberikannya." Jawab Anne tersenyum ramah.
"Satu lagi, berikan juga obat yang aku simpan diatas nakas dekat tempat tidur pasien dan sepertinya tangan pasien belum sembuh jadi kau bisa menyuapinya." Tambah Mirella dengan perasaan yang sedikit lebih lega. 'Setidaknya malam ini wajahku lolos dari hinaan dan aku bisa pulang lebih cepat.' Batinnya berucap.
"Ya, aku akan menyuapinya dan memberikannya obat."
"Terimakasih. Kalau begitu aku
pulang dulu," ucap Mirella kemudian bangkit dan menyampirkan tas slempangnya dibahu kanan."Sama sama." Anne menunduk hormat setelah Mirella berpamitan padanya.
Setelah meminta bantuan Anne, Mirella langsung beranjak pergi meninggalkan rumah sakit dipertengahan malam yang mulai sepi. Terlalu sepi sampai Mirella bisa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dan sampai di bougival kurang dari tiga puluh menit. Tubuhnya sudah tidak sabar untuk beristirahat dikasur empuk yang luas. Begitu juga dengan matanya yang sudah sangat ingin terlelap mengingat sedari tadi terasa memanas karena terus menangis. Karena itu, begitu ia sampai dipelataran rumah, Mirella langsung membuka pintu dan berjalan menuju kamar Allysha. Namun, sepertinya ia harus menahan diri untuk tidak langsung tidur dikamar puterinya sesuai rencana mengingat saat ia berjalan mendekati pintu kamar Allysha, suara langkah kaki yang menghentak lantai dengan alunan pelan membuat tubuhnya berbalik dan memaksa kedua matanya untuk melihat pria berbalut bayangan gelapnya malam dengan lampu temaram yang membuat ketampanannya masih terlihat dengan jelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/199400124-288-k571832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...