Sejak kebohongannya sore itu, Mirella menjadi ragu untuk kembali menjalani rutinitasnya dengan bekerja dirumah sakit seperti biasa. Tidak, ia hampir lupa kalau semenjak kehadiran Edward, Mirella tidak bisa bekerja seperti biasanya ia bekerja. Kini Mirella hanya diperbolehkan merawat satu pasien sampai benar benar pulih dan dirinya diberhentikan secara tidak resmi untuk menjalani praktik atau bahkan operasi pada pasien pasien yang lain.Dengan langkah ragu, Mirella berjalan menuju ruangan perawatan pasien satu satunya. Siapa lagi kalau bukan Edward Wiliams. Pria yang kemarin sore sudah mengusirnya setelah ia memberitahu sosok Allysha dengan kebohongan tentunya.
"Huuuh... tenanglah Mirella, Edward tidak akan tahu dan tidak akan pernah mencari tahu. Dia masih sama seperti dulu, jika dia mencari tahu tentang Allysha, sudah pasti dia juga akan tahu kalau selama empat tahun, ia hidup dengan berbagai kebohongan yang selalu berusaha ia benarkan," ucapnya pelan sebelum akhirnya bunyi knop pintu menyadarkan dirinya dari berbagai pemikiran yang membuatnya kacau sejak kemarin.
"Mrs. Gilbert." Sapa perawat yang akhir akhir ini tidak pernah lagi menemaninya bekerja. Carol menunduk hormat pada Mirella sebelum akhirnya ia kembali bersuara.
"Mr.Williams tidak ada diruangannya."
"Maksudnya tidak ada?" Mirella mengernyit tidak mengerti dengan ucapan lawan bicaranya.
"Beliau masih belum kembali sejak semalam saya mengantarnya keruang terapi." Hampir saja Mirella berpikir kalau Edward sudah tidak ada dalam arti keluar dari rumah sakit. Ia bahkan sudah bersiap untuk mengembuskan napas lega andai penjelasan Carol sesuai dengan pemikirannya.
"Jadi sekarang dia masih disana?" Tanya Mirella dengan nada tidak percaya. Untuk apa Edward berada disana? Berlatih? Ayolah... rasanya tidak mungkin Edward mengulang latihan tambahan mengingat ia begitu keberatan saat Mirella memberitahu tambahan jadwal terapi untuknya.
"Kemungkinan seperti itu. Saya akan memeriksa ruangan terapi setelah dari sini." Lanjut Carol tanpa menghilangkan sifat bersahajanya pada Mirella.
"Itu bukan tugasmu lagi. Biar saya saja."
"Maafkan saya Mrs.Gilbert."
"Tidak masalah. Aku harap setelah dia keluar kau bisa kembali bekerja denganku lagi." Balas Mirella menyunggingkan senyumnya pada wanita yang kini menampakkan perasaan iba padanya.
"Dengan senang hati."
Tanpa menunggu lama, Mirella bergegas menuju ruang terapi yang berada dilantai atas tempat Edward dirawat. Theraphy room VVIP, dari namanya saja sudah jelas menggambarkan alasan dari tempat yang berada diketinggian dengan suasana cenderung lebih sunyi dan sepi. Sebenarnya, Edward bisa saja berpindah keruangan terapi yang dilengkapi dengan fasilitas berkelas seperti ranjang tidur berukuran besar, dan kamar mandi juga ruangan bersantai yang bisa membuatnya merasakan sensasi berada didalam rumah sendiri. Tapi entah kenapa pria bodoh itu malah terkesan membuat Mirella bekerja lebih keras dengan bersikukuh ingin tetap berada ditempat rawat inap yang berada tepat lima lantai dibawah room theraphy tempat yang sekarang Mirella tuju untuk mencari Edward.
Mirella baru saja keluar dari pintu lift dan berjalan dikoridor saat seseorang memanggilnya dengan nada setengah berteriak.
"Mirella!" Teriak Darel yang baru saja keluar dari lift dan langsung memanggil wanita yang ia kenali hanya dari tubuh bagian belakangnya saja. Mirella yang tengah berjalan menuju ruang terapi langsung menoleh dan menghentikan langkah kaki jenjangnya, menunggu Darel berjalan mendekat kearahnya.
"Ada kabar baik yang ingin aku sampaikan padamu,"ucap Darel dengan raut wajah bahagia.
"Tentang Brie?" Tebak Mirella diikuti anggukan Darel yang memberi penjelasan setelahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/199400124-288-k571832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...