Setelah berhasil mencegah Adeline agar tidak menemui Edward, Mirella kembali keruangannya. Cukup lama ia terdiam dikursi yang sesekali berputar pelan. Matanya tertutup seolah berharap ia akan terlelap dan menikmati istirahat singkatnya. Namun, otaknya seolah enggan berhenti berpikir dan berpendapat.
'Sepertinya dokter Frans benar, orang yang membencimu tidak akan sudi berlama lama denganmu.' Gumamnya setelah beberapa saat ia tidak juga mendapati nurse callnya berbunyi. Itu pertanda Edward memang tidak membutuhkan bantuannya jadi Mirella berencana untuk pulang.
Setelah berkemas, Mirella meraih tasnya lalu beranjak dari tempat duduk yang sedari tadi sudah terasa memanas. Namun, langkah kakinya terhenti ketika suara dari nurse call berbunyi.Setelah tersambung, suara pria terdengar memerintah tanpa menunggu Mirella bertanya lebih dulu. "Kakiku sakit, cepatlah kemari dan ganti perbannya."
"Bai....klah. Aku belum selesai dan dia memutus panggilannya. Dasar pria sialan!" Makinya lalu beranjak pergi dari ruangan bernuansa serba putih tersebut.
Biasanya butuh sekitar lima sampai enam menit untuk bisa sampai dengan cepat keruangan Edward. Tapi, karena harus mengambil perban dan yang lainnya, Mirella baru sampai didepan pintu ruangan VVIP tepat sepuluh menit setelah Edward memerintahnya. "Yang benar saja. Kenapa dia tidak menginap diruangan VIP biasa yang mudah dijangkau?" Protesnya pelan sebelum membuka pintu ruangan.
"Kenapa lama sekali? Apa kau harus membuka laman translate bahasa untuk bisa mengerti maksud dari pembicaraanku padamu?" Baru saja Mirella sampai diambang pintu, Edward sudah lebih dulu menginterogasinya seperti pembantu yang terlambat menjalankan perintah majikannya.
"Persediaanku habis jadi aku harus mengambil perban dan bidainya dulu diruangan...." jawab Mirella sambil berjalan mendekat
"Terserah. Cepatlah kakiku sakit." Tanpa berniat menanggapi perintah Edward yang seenaknya, Mirella langsung beralih pada kaki Edward dan melepas perbannya dengan hati hati.
"Sejak kapan pembalut yang terpasang ini menjadi terlalu ketat?"
"Aku tidak memintamu untuk bertanya. Jadi, lakukan saja tugasmu dan diamlah." Perintah Edward tanpa melirik kearah Mirella yang memandang heran kearah kaki Edward yang terlihat sedikit bengkak.
"Aku perlu tahu. Kalau terjadi sesuatu yang buruk, kau akan semakin membuatku berada dalam masalah."
"Lalu apa peduliku?"
"Kau tidak perlu peduli tentang masalah yang akan menimpaku karena keegoisanmu yang tidak mau bekerjasama denganku. Tapi kau harus peduli tentang kakimu. Semakin cepat kau sembuh, semakin cepat juga kau keluar dari rumah sakit ini dan kau tidak perlu lagi mengalihkan pandanganmu setiap kali bertemu denganku. Apa kau paham sekarang Mr.Williams yang terhormat?" Tekan Mirella yang merasa direndahkan oleh tatapan Edward padanya.
"Baiklah. Aku berusaha menggerakkan kakiku dan mungkin sekarang kakiku membengkak. Karena itu perbannya terasa menjadi lebih ketat." Balas Edward mengakui.
"Kau bilang apa? Dengarkan aku baik baik. Dislokasi yang kau alami cukup parah. Sampai saat ini kakimu masih dalam tahap imobilisasi dan kau tidak boleh menggerakkan kakimu sembarangan. Kalau seperti ini, itu artinya kau lebih senang pulih dalam waktu yang lebih lama lagi!" Jelas Mirella setengah membentak. Sementara Edward, ia hanya menelan ludah tidak percaya mendapati akibat dari keisengannya yang mencoba berdiri disaat kakinya bahkan masih belum bisa digerakkan.
"Bisa bisanya kau mencoba berdiri bahkan disaat untuk duduk saja kau masih butuh bantuan orang lain." Gumamnya sambil membuka bungkusan pembalut berwarna coklat.
"Aku hanya ingin pulih lebih cepat. Lagipula darimana kau tahu kalau aku mencoba untuk berdiri dan berjalan sendiri?" Bela Edward tidak mau kalah.
"Tapi tindakanmu membuat proses pemulihannya menjadi lebih lama lagi. Dan asal kau tahu, aku sudah menangani banyak pasien yang membangkang sepertimu dan hampir semuanya mengakui kalau mereka mencoba menggerakkan kakinya setelah mengalami pembengkakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
Любовные романыSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...