Ryan memperhatikan Mirella yang tengah duduk menghadap kaca besar apartemen dimana pemandangan kota manhattan terlihat indah dari ketinggian tempatnya berada saat ini. Perlahan Ryan mendekat sampai akhirnya duduk bersebelahan dengan wanita yang tengah menatap lurus dengan mulut terkatup rapat. Merasa ada pergerakan disekitarnya, Mirella menoleh sekilas kearah Ryan sebelum akhirnya ia membuka suara.
"Kapan kita akan menemui Aunty Ashlee? Aku sudah sangat merindukannya." Tanya Mirella enggan menatap Ryan yang memperhatikan dirinya.
"Maafkan aku tapi kita tidak akan pergi menemui bibimu." Jawab Ryan dengan penuh sesal.
"Kenapa?" Ryan terdiam, ia enggan memberitahu alasan dibalik rencananya untuk mengajak pulang Mirella ke Brooklyn, New York tempatnya tumbuh dan besar bersama saudarinya. Kemarin, Ryan memang berniat membawa Mirella kerumah bibinya. Namun, setelah keluar dari ruang administraai, ia mendapat kabar kalau Mirella sudah tidak dianggap sebagai bagian dari keluarga Ashlee setelah skandalnya menyebar luas bahkan dikota kota besar diAmerika. Entahlah, sampai saat ini Ryan masih sulit mempercayai kenyataan kalau bibi Mirella begitu mudah percaya dengan berita bohong sampai dengan mudahnya memutus persaudaraan dan menganggap Mirella bukan lagi bagian dari keluarganya. Memang bukan Ashlee sendiri yang menghubunginya melainkan seorang pria yang mengatakan kalau baik Ashlee maupun Alesha, keduanya tidak mau lagi bertemu dengan Mirella untuk alasan apapun.
"Karena pemberitaan buruk itu membuat mereka percaya dan membenciku sekarang?" Mirella kembali bertanya dengan nada datar namun begitu mengusik jiwa seorang Ryan Miller.
"Tidak seperti ..."
"Memang seperti itu kenyataannya. Jangan membuatku semakin terlihat bodoh karena kebohonganmu!" Seru Mirella memotong pembicaraan Ryan.
"Baiklah. Mereka menolak kedatanganmu." Jawab Ryan pasrah.
"Terimakasih sudah jujur padaku. Sekarang aku benar benar kehilangan semuanya. Termasuk keluarga yang memiliki ikatan darah denganku. Mereka bilang ikatan darah itu lebih kuat dari apapun tapi kenyataannya tidaklah seperti itu. Mereka sama saja dengan Edward. Berpendapat sesuai kemauannya sebelum mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Mereka membuangku, semua orang bahkan menatap jijik kearahku seolah aku adalah kotoran yang sangat mengganggu." Mirella tersenyum miris bersamaan dengan air matanya yang jatuh entah untuk keberapa kalinya. Terlalu sering Mirella menangis, bahkan selama berada dirumah sakit, ia selalu menanggapi ucapan Ryan dengan tangisan yang seolah tidak pernah habis.
"Sekalipun dunia membuangmu, aku akan tetap bersamamu. Bersabarlah karena suatu hari nanti semuanya akan baik baik saja. Kita akan menjalani kehidupan yang normal tanpa harus merasa malu dengan tatapan orang yang memperhatikan setiap langkah yang kita ambil."
"Kapan?" Mirella menoleh, mulai menatap Ryan dengan penuh harap. Namun ia sadar, bahkan Ryan sendiripun terlihat ragu dengan tatapan putus asa yang berusaha ia sembunyikan dari Mirella.
"Kau bahkan tidak berhasil meyakinkan dirimu sendiri,"ucap Mirella memalingkan wajahnya dan kembali mengangkat sudut bibirnya. Sementara Ryan enggan menanggapi dan berusaha mengalihkan topik pembicaraan yang hanya membuat dirinya terlihat semakin meragukan dan putus asa.
"Kemarin aku mendapatkan ini dari salah satu dokter yang menanganimu. Kau ingin bertemu dengannya?" Ryan memberikan kartu nama yang langsung Mirella ambil dari tangannya dan tanpa menunggu lama, Mirella merobek kartu nama tersebut setelah membaca identitasnya lebih dulu.
"Aku tidak gila. Jangan menghinaku." Seru Mirella membuang kertas yang sudah terbagi menjadi beberapa bagian.
"Aku tidak berpikir seperti itu. Aku hanya..."
"Hanya apa?" Tanya Mirella penuh penekanan. Katakan saat ini ia begitu kacau namun ia tidak membutuhkan siapapun setelah kehilangan semua orang yang sangat ia inginkan berada disampingnya. Ayahnya, ibunya, kakaknya bahkan Aunty dan juga Alesha. Kini Mirella merasa tidak memiliki semangat hidup selain janin yang entah akan seperti apa lahir dan besar tanpa ayah kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...