Edward terdiam menyaksikan kepergian Mirella yang melangkah semakin jauh dan menghilang dari pandangan. Mengusap wajahnya kasar, ingatannya dipaksa kembali pada kejadian satu minggu lalu yang membuat dirinya berakhir dengan penyesalan mendalam.
London, Inggris
Malam itu Edward baru saja selesai mandi dan berniat untuk langsung tidur diatas ranjang berukuran king size andai ia tidak menjatuhkan ponselnya tepat dibawah ranjang tidur. Berpikir ia mendapatkan ponselnya kembali, namun malah sebuah notes yang berhasil ia ambil dari bawah ranjang tersebut. Terlihat kusam dan dipenuhi debu namun begitu bersih dibagian dalam. Ya, tanpa berlama lama, setelah ia berhasil mengambil ponsel dan buku kecilnya bersamaan, Edward memeriksa bagian dalam buku tersebut dan menyimpan ponselnya. Tulisan tulisan yang tidak asing baginya, begitu mudah dibaca meski terlihat berantakan. Ia teringat dengan sesuatu yang pernah ia baca sebelumnya dan itu adalah empat tahun lalu saat lembaran lembaran dengan kertas bertekstur sama terselip rapih bersama lembaran lembaran foto isterinya dimasa lalu. Sontak ingatan tersebut membuat Edward berpikir kalau notes yang kini ada dalam genggamannya adalah milik Mirella. Wanita yang seringkali mencurahkan isi hati pada lembaran lembaran kertas berukuran kecil seperti ini.
Mengambil posisi duduk disisi ranjang, Edward mulai mengikuti rasa penasarannya dengan membaca isi dari notes yang terlihat kusam tersebut.
Selamat datang dinotes baruku yang terlihat seperti catatan catatan manusia jaman dahulu kala. Aku tidak terlalu pandai menulis tapi aku yakin seseorang yang membacanya dengan hati, ia akan mudah untuk mengerti. Buku lamaku tertinggal diNewYork dan aku yakin seseorang tidak akan menemukannya dimanapun juga mengingat aku sendiripun lupa meletakkannya entah dimana. Baiklah lupakan hal tidak penting ini karena aku sedang tertarik untuk berkeluh kesah tentang suatu hal.
Aku sudah menikah dan aku merasa menjadi orang paling bodoh didunia. Kenapa? Karena aku menikah dengan pria asing yang menyebalkan. Dia tampan. Aku akui itu, tapi asal tahu saja, aku terlalu cantik untuk pria seperti dia. Frustasi dan egois, cerminan diri yang aku tangkap setelah beberapa hari tinggal dengannya. Tidak ada perasaan iba atau kasihan sedikitpun darinya. Sebaliknya, dia memperlakukanku seperti pembantu rumah tangga bahkan itu lebih baik saat aku tidak mendapat bayaran atas keringatku. Dia lebih mendekati kata kejam karena terus memerintahku seperti budak lebih tepatnya dan mengurungku seperti burung peliharaan.
Lembaran demi lembaran begitu cepat tergantikan. Edward sesekali menyunggingkan senyumnya saat membaca keluh kesah Mirella yang terkesan menjelekkan dirinya. Sampai pada bagian akhir ia tersentak ketika membaca tulisan tentang curahan hati Mirella padanya.
Tuhan... aku mencintai pria yang mencintaiku. Salahnya, saat bersamaku dia juga mencintai wanita lain dalam diamnya. Seharusnya, satu kesalahan saja cukup untuk membuatku mundur dan pergi dari kehidupannya . Namun dengan mudahnya dia menarikku kembali dan membuatku memaafkan kesalahan yang sangat fatal. Perselingkuhan... itu kesalahan paling besar yang tidak seharusnya aku maafkan.
Kita menjadi bodoh karena cinta. Awalnya aku tidak menyukai kalimat seperti itu mengingat logikaku dimasalalu berjalan dengan baik. Aku enggan menganggap diriku bodoh namun saat mencintainya, aku benar benar kehilangan akal. Dia membuatku jatuh dan merasakan cinta dalam balutan luka yang ia anggap sebagai pengobat rasa.
Katanya semua dilakukan semata hanya untuk melindungiku. Tanpa ia sadari kalau caranya malah semakin menyakitiku. Yang aku tahu, dia menikmati kebersamaannya dengan Karen bahkan dihadapanku, dia mencumbunya seperti manusia tidak berperasaan. Aku ingin pergi tapi sekali lagi, cinta berhasil membuatku menjadi manusia bodoh yang kehilangan logika.Saat satu kesalahan dimaafkan, banyak celah yang ia jadikan sebagai alasan. Kalimat itu begitu sempurna disematkan pada sosok suamiku. Dia memintaku untuk membicarakan berbagai hal sebelum mengambil keputusan untuk pergi. tapi yang terjadi, dia pergi dan menghindariku sebelum aku memberi penjelasan atau sekedar melakukan pembelaan diri. Aku membaca berita harian dikoran dan aku rasa suamiku sudah mengetahuinya lebih dulu. Karena itu dia menghindariku selama kurang lebih dua pekan ini. Bahkan dia tidak menghadiri resepsi pernikahan yang sudah kami rencanakan. Harusnya ia lebih dulu membatalkan acara megah tersebut jauh sebelum hari H, tapi nyatanya ia seolah sengaja dan tetap mengadakan acara tersebut hanya untuk membuatku semakin malu dihadapan banyak orang. Dia melakukannya. Pria yang berjanji untuk sehidup semati denganku, ingin melindungiku dari bahaya, benar benar melakukan semuanya dengan sempurna. Ia mempermalukanku sebagai ucapan perpisahan untuk hubungan pernikahan kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/199400124-288-k571832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...