part 61

1.4K 134 14
                                    

Hingar bingar kota global terdepan diAmerika serikat yakni New york, membuat siapapun terlena untuk menetap dan menghabiskan waktu berlibur atau sekedar melepas penat. Orang orang berlalu lalang dijalanan New York dengan tujuan yang berbeda beda. Ada yang berjalan menyusuri tempat bekerjanya dipagi hari, menghabiskan waktu liburan dengan mencari lokasi lokasi yang menarik, dan ada juga yang bertujuan untuk menuntut ilmu pengetahuan disekolah sekolah terbaik diNew York ini. Namun, berbeda dengan kebanyakan orang yang memiliki tujuan hidup pasti dalam hidup mereka, jalan cerita seorang pria setengah abad terlihat tak menemui titik terang. Diusianya yang semakin bertambah, ia hidup tanpa keluarga dan pekerjaan pasti yang dapat menjamin kehidupannya sampai akhir hayat kelak. Ia hidup sendiri, mengais rezeki hanya dengan berpangku tangan dan mengharap belas kasih dari orang orang yang tidak mengenalnya.

Namun, hari ini ia merasa enggan untuk pergi dan duduk dipinggiran trotoar seperti biasanya. Ia mulai kembali merasakan kecemasan mendalam setelah menyaksikan siaran berita beberapa hari lalu melalui media layar besar yang terpampang dipusat kota tempatnya tinggal. Langkahnya begitu gontai seolah ia tidak memiliki semangat hidup kecuali menghabiskan sisa waktunya dengan cara yang baik. Masa mudanya ia habiskan dengan banyak kesalahan dan penghianatan dan ia sudah sangat merasa bersalah akan hal itu. Baginya, menghabiskan sisa hidup dengan cara yang buruk hanya akan menambah keburukannya sehingga ia memutuskan untuk tetap bertahan meski tanpa keluarga dan kekurangan harta diusia senja.

Meski hatinya berkata ingin berdiam diri digubuk tuanya, namun ia tetap melangkah pergi dan duduk ditempat biasa ia duduk. Menurunkan topi kebesarannya, ia mulai mengharapkan belas kasih pada setiap orang orang yang berlalu lalang dihadapannya. Hari ini cukup ramai orang orang yang melewatinya sehingga topi yang ia gunakan untuk menampung uang mulai terisi penuh. Ia cukup senang mendapati hal itu sampai akhirnya wajahnya berubah masam saat mendapati seseorang memberinya beberapa baud tepat kedalam topinya.

"Apa maksud anda memberikan ini pada saya?" Tanyanya dengan nada yang tidak bersahabat.

"Tawaran makan siang." Jawab seorang pria yang baru saja memasukkan beberapa baud kedalam topinya

"Saya mau pulang." Tanpa berpikir lama, pria tua tersebut bangkit dari duduknya sembari mengambil topinya.

"Satu langkah lagi kau maju, semuanya selesai dengan cara yang tidak menyenangkan!" Ancamnya tanpa mempedulikan gerik pria yang memang sengaja berniat menghindarinya.

Memilih patuh, pria setengah abad tersebut menurut saja saat seorang pria muda menuntunnya untuk pergi menjauh dari keramaian. Dengan berjalan kaki keduanya menyusuri jalanan sepi sampai akhirnya keduanya memasuki sebuah rumah tak berpenghuni.

Seorang pria tua yang malang. Begitu ia dituntun masuk, hatinya dibuat goncang saat melihat sekeliling ruangan. Empat pria dengan seragam berwarna hitam memperhatikannya dengan seksama. Namun, bukan hanya kehadiran pria pria asing saja yang membuat hatinya goncang melainkan sebuah bangkai mobil yang ia kenal meski beberapa tahun telah berlalu.

"Kau mengenal mobil ini dengan baik?" Tanyanya tanpa basa basi.

"Tidak!" Serunya dengan nada gemetar.

"Tidak salah maksudmu?" Selidik pria berkebangsaan Inggris tersebut.

"Aku tidak mengenal bangkai mobil yang rusak ini." Jelasnya lebih lanjut.

"Kau yakin?"

"Tentu saja. Bagaimana mungkin aku mengenali mobil yang sudah tenggelam ini." Lanjutnya tanpa berpikir kalau kalimatnya begitu mudah membuatnya terjebak.

"Benarkah? Lalu darimana kau tahu kalau mobil ini pernah tenggelam?" Selidiknya lagi seolah mendapat celah yang bagus untuk menyudutkn lawan bicaranya.

"Aku tidak tahu. Aku hanya asal bicara." Jawabnya gugup.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang