Mirella menutup pintunya pelan saat ia memasuki ruangan kerjanya. Matanya memperhatikan dokter yang sedang duduk santai sambil memainkan bolpoin ditangannya.
"Adeline, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Mirella membuat pemilik nama meliriknya sekilas.
"Eh, Mirella. Ada berkas pasienmu yang masih tertinggal diruanganku. Mungkin Carol lupa membawanya." Jawab Adeline santai. 'Bahkan ruanganku sudah bebas dimasuki oleh siapapun tanpa permisi.' Keluh Mirella dalam hati. Dulu, saat masih ada Carol, ruangannya begitu steril dari siapapun yang ingin menemuinya. Termasuk untuk orang terdekat sekalipun, Carol akan meminta persetujuan pada Mirella lebih dulu. Tapi kini, semuanya berubah. siapapun bisa memasuki ruangannya dan Mirella tidak menyukai hal itu.
"Oh. Baiklah, terimakasih." Jawab Mirella melirik sekilas keatas meja lalu mengambil posisi duduk berhadapan dengan Adeline.
"Sama sama."
"Ada lagi yang ingin kau bicarakan?" Selidik Mirella saat tidak mendapati perasaan bersalah dari Adeline yang sudah memasuki ruangannya tanpa ijin.
"Tidak ada. Aku hanya ingin berada disini untuk beberapa saat saja. Apa kau merasa terganggu?" Balasnya cuek.
"Tidak. Aku hanya akan istirahat sebentar dan mungkin sebentar lagi aku akan pulang."
"Baiklah."
Mirella meraih berkas yang sudah Adeline letakkan diatas meja kerjanya. 'Oh, ternyata ini rekam medis Edward,'ucapnya dalam hati. Dengan punggung bersandar pada bagian belakang kursi, Mirella mulai memeriksanya dengan teliti. Lembaran lembaran kertas yang Adeline berikan ternyata adalah berkas baru yang belum pernah Mirella periksa sebelumnya dan kemungkinan Adeline mendapatkannya dipemeriksaan pertama setelah operasi.
Ditengah tengah konsenterasinya membaca hasil pemeriksaan Edward, Mirella dibuat kaget dengan keterangan pada bagian terakhir yang menyatakan kalau pasien harus mendapatkan perawatan intensif selama kurang lebih dua minggu dan itu belum termasuk jadwal untuk terapi pemulihan yang kemungkinan akan memakan waktu lebih lama lagi.
"Apa kau yakin Mrs. Ivanov?" Tanya Mirella pada wanita yang masih terlihat santai dengan posisi duduknya.
"Apa maksudmu?"Adeline balik bertanya dengan satu alis terangkat keatas.
"Yang benar saja. Dia bahkan bisa pulang dalam kurun waktu tiga hari. Tapi kenapa kau menyertakan keterangan seperti ini?" Tunjukknya pada lembaran terakhir yang ia baca.
"Melihat kondisinya yang cukup parah, memang selama itu proses penyembuhannya. Kenapa kau ini? Seperti tidak pernah menangani pasien saja." Jawab Adeline memutar bola matanya malas.
"Bukan seperti itu. Tapi kalian memang berlebihan."
"Apanya yang berlebihan? Aku hanya menjalankan tugasku dan sebagai dokter professional, keputusanku sudah sesuai dengan kode etik rumah sakit."
"Apa karena mereka mengancam rumah sakit ini jadi kau juga terlibat untuk melakukan negosiasi dengan pihak pasien?" Tanya Mirella menginterogasi.
"Tentu saja tidak. Kau mengenalku dengan baik dan tidak seharusnya kau menuduhku melakukan negosiasi curang hanya untuk citra sebuah rumah sakit. Lagipula jika aku bisa berkehendak sesuai keinginanku, aku mungkin sudah mengeluarkannya dari rumah sakit ini sejak kemarin." Elak Adeline kesal. Mirella menutup matanya sejenak, berusaha berpikir lebih tenang, lalu mengembuskan napasnya perlahan.
"Maafkan aku," ucapnya setelah beberapa saat. Adeline memang wanita yang independen dan tidak suka diperintah. Karena itu Mirella mulai berpikir kalau Adeline memang tidak ada kaitannya dengan negosiasi yang Frans lakukan dengan Elea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomansaSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...