Ryan menatap lurus pada jalanan yang ia lewati. Ia enggan membuka suara atau sekedar berbasa basi dengan Joanne. Katakan Ryan sedang marah pada wanita yang tengah duduk disamping kemudi dengan Allysha yang tertidur dipangkuannya. Ia marah karena menurutnya Joanne lengah dan ceroboh dalam menjaga Allysha sampai akhirnya ia terpisah dari Joanne dan berbicara dengan orang asing. Beruntung Mirella mengikuti saran Ryan untuk tidak mempedulikan sosok pria yang Allysha bicarakan. Meski begitu, tetap saja perasaan kesal menyelimuti hatinya yang sedikit khawatir pada Allysha. Terlebih saat Joanne memberitahukan padanya kalau Allysha hilang ditaman.
"Maafkan saya,"ucap Joanne memecah keheningan.
"Aku tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi." Balas Ryan tanpa menoleh kearah sumber suara.
"Saya tidak akan mengulanginya lagi."
"Aku tahu Allysha terlalu lincah. Tapi aku tahu kau bisa lebih baik menjaganya."
"Sekali lagi saya minta maaf."
"Jangan katakan apapun tentang yang terjadi dirumah sakit tadi pada Mirella. Tentang Allysha yang terpisah darimu dan hampir hilang ditaman. Jaga Allysha dengan baik atau Mirella tidak akan lagi mempercayaimu." Perintah Ryan diikuti anggukan pelan Joanne.
***
"Huuuuh..." dengan satu kali helaan napas panjang, Mirella mengempaskan tubuhnya pada kursi hitam dibalik meja kerjanya. Ia mulai menutup kedua matanya sambil sesekali menggerakkan tangannya dan memijit kedua lengannya secara bersilang. Pegal, itulah yang Mirella rasakan saat ini. Waktu masih sangat awal untuknya pulang dan beristirahat. Tapi rasanya Mirella sudah sangat ingin merebahkan tubuhnya diatas ranjang besar yang empuk. Tenaganya ia habiskan untuk melayani pria yang sudah ia tinggalkan diruangannya. Edward Williams, hari ini dia benar benar menyita tenaganya dengan meminta bantuan untuk mengangkat tubuhnya, memindahkannya dari satu tempat menuju tempat lainnya dan yang terakhir, memintanya untuk mendorong kursi dan mengelilingi sekitaran taman sebelum kembali keruangannya. Mungkin Mirella tidak akan terlalu keberatan dengan permintaan Edward andai pria itu memintanya saat masih berada ditaman. Namun, dengan pemikiran ajaibnya, Edward baru meminta Mirella untuk mengantarnya kembali ketaman setelah keduanya hampir memasuki ruangan rawat inap Edward.
Flashback...
"Tunggu!" Perintah Edward membuat langkah kaki Mirella terhenti.
"Ada apa?" Tanya Mirella malas.
"Aku mau kembali ketaman." Jawab Edward seringan kapas.
"Untuk apa?"
"Mengelilinginya."
"Kau bercanda?" Mirella kembali bertanya dengan suara yang terdengar lebih keras dari sebelumnya. Nada kesal, Edward mendengarnya tapi ia enggan peduli dan tetap ingin kembali ketaman.
"Tidak. Aku serius. Tadinya aku sengaja menunggumu kembali agar kau bisa mengantarku mengelilingi taman rumah sakit," ucap Edward menjelaskan.
"Lalu kenapa kau tidak memintanya saat kita masih berada disana?" Selidik Mirella berjalan menghadap pria yang kembali membuatnya kesal.
"Aku lupa." Jawabnya polos.
"Hanya itu alasannya?"
"Ya."
"Kau ingin mengerjaiku?" Tanya Mirella sinis.
"Tidak."
"Sudahlah. Kembali saja keruanganmu."
"Aku tidak mau."
"Cuaca diluar sangat panas. Yang ada kau bukan menikmati udara segar dan pemandangan yang indah melainkan matahari yang akan menikmati tubuhmu sampai warna kulitmu menghitam." Jelas Mirella mengingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomantizmSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...