Ryan menutup pintu mobil dan memberikan kuncinya pada seorang petugas jaga yang berdiri didepan bangunan luas bernuansa putih. Ya, meski hari mulai gelap, tapi bangunan tinggi dihadapannya enggan turut meredup dan malah terlihat terang dengan pencahayaan lampu disetiap sudut dan tempat yang ia jangkau. Dengan buket bunga rose berwarna merah menyala, Ryan melangkahkan kakinya menuju tempat yang belakangan begitu jarang ia kunjungi. Butuh waktu sampai lima belas menit untuk bisa sampai ditempat yang ingin ia tuju andai seseorang tidak menabraknya tepat saat ia hendak berbelok arah.
Bughhh...
Ryan berjalan mundur saat tubuhnya bertabrakan dengan seseorang sampai buket bunga yang dibawanya jatuh kelantai membuat kedua matanya turut memperhatikan disertai ringisan pelan pertanda ia tidak menyukai pemandangan yang dilihatnya. Sementara orang yang menabraknya turut memperhatikan bunga yang jatuh dan berinisiatif untuk mengambilnya andai kedua bola mata coklat tersebut tidak melihat sosok yang ditabraknya lebih dulu. Sebisa mungkin ia terlihat tenang meski matanya melotot tajam pada Ryan yang kini juga beralih melihat kearahnya. Keduanya saling diam dan memperhatikan satu sama lain untuk beberapa saat sampai akhirnya Ryan memutus pandangan dan mengambil buket bunga yang sedikit berantakan sebelum akhirnya ia mengambil langkah melewati pria yang masih berdiri dihadapannya.
"Lama tidak bertemu." Suara pertama yang Ryan dengar membuatnya berhenti melangkah dan membalikkan badan. Sementara lawan bicaranya tersenyum sinis dengan tatapan merendahkan.
"Sangat lama sampai aku tidak lagi mengenalmu." Balas Ryan dengan nada dinginnya yang khas.
"Benarkah? Tapi bahumu menyapaku lebih dulu." Sindir pria dengan setelan kemeja putih tersebut.
"Andai mataku melihatmu lebih dulu, mungkin tanganku juga akan turut menyapa wajahmu." Telak Ryan membuat kedua tangan lawan bicaranya mengepal tanpa sadar.
"Tentu saja. Kau sudah mendapatkan semuanya dan sekarang kau masih ingin mengusik hidupku dengan pertemuan tidak menyenangkan ini?" Tanyanya dengan tatapan tajam dan syarat akan kebencian membuat Ryan melangkah maju dan berbalas melontarkan tanya dengan nada sarkastik.
"Katakan siapa yang benar benar mengusik hidup siapa?" Balas Ryan balik bertanya dengan seulas senyum penuh arti.
"Tentu saja kau!" Ryan membuang muka dan tersenyum sinis mendengar jawaban lawan bicaranya. Ia mulai geram tapi masih bisa berusaha terlihat santai. Hal itu terbukti dengan raut wajahnya yang terlihat menahan diri.
"Apa yang kau lakukan disini?" Selidik Ryan kembali mencari celah dibalik bola mata berwarna coklat yang menatap tajam kearahnya.
"Hanya berkunjung." Jawab pria tersebut dengan santainya.
"Aku serius." Ujar Ryan mulai menarik segala pertahanannya untuk tetap diam dan tidak emosi.
"Bermain dengan bekasku. Kau puas sekarang?" Santai dan tanpa dosa. Seperti itu caranya memberi jawaban atas tanya yang terdengar mengerikan ditelinganya.
"Apa maksudmu? Kau menemuinya?" Ryan mulai menaruh cemas pada jawaban tanpa dosa dari sahabat karibnya dimasa lalu.
"Tentu saja. Kau keberatan?"
"Kau tidak perlu khawatir. Aku hanya bermain sedikit saja dengannya." Lanjutnya dengan kibasan puas dari tangannya.
"KURANG AJAR!" Seketika Ryan kehilangan kesabaran dan langsung mendaratkan pukulan pada wajah pria dihadapannya. Seolah tempat umum dan kerumunan bukan alasan untuknya menahan diri dan meluapkan emosi, Ryan tidak mempedulikan kalau lawan bicaranya cukup terkejut dan belum siap menerima serangannya, ia terus menyerang dan memukul hampir seluruh wajahnya tanpa henti. Diam meski terjatuh, itulah yang dilakukan pria berkemeja putih tersebut meski Ryan memukulinya sampai darah segar keluar dari sudut bibirnya. Tidak, andai suara seseorang tidak menghentikan pukulannya, mungkin Ryan akan lebih mudah melukis wajah pria tersebut dengan bekas bekas luka yang disebabkan oleh pukulan kasarnya. Sayang,Tuhan masih berbaik hati pada pria jahat yang kini tergeletak tak berdaya diatas lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...