part24

5K 327 44
                                    

"I miss you," ucap keduanya bersamaan. Seulas senyum menghiasi wajah Mirella dan Edward saat menyadari kalau waktu tidak bisa mengubah apapun. Termasuk perasaan yang diucapkan keduanya dalam satu waktu dan satu helaan napas secara bersamaan. Edward melepaskan genggamannya dari Mirella dan beralih meraih tengkuk yang selalu menjadi candunya dimasa lalu. Menciumnya dengan alunan lembut yang membuat Mirella terbuai untuk membalasnya dengan irama yang sama dan tidak terburu buru. Seperti kisah romansa lainnya, ciuman lembut berubah memanas dan kasar seiring berjalannya waktu yang membuat keduanya lupa diri.
Dengan sekali hentak, Mirella mendorong Edward sampai tubuhnya leluasa mendarat diatas tubuh Edward yang sudah menegang karena gairah yang berhasil Mirella bangkitkan hanya dengan sentuhan sentuhan halus dari jemarinya.

"So bad to realize that i still falling for you even time changes like weather, But my love was not."Bisik Mirella tepat ditelinga Edward.

"And it feels like a thousand times ago,but i'm still falling for you too." Balas Edward meraih pinggang ramping Mirella, membalikkan posisi tubuhnya dan mulai mengambil alih kendali dengan mencium mesra bibir merahnya dan tangan yang sudah berkeliaran menelusup kedalam Dress yang Mirella kenakan. Begitu mesra, terlalu mesra sampai Edward meringis kesakitan. Tidak, ini bukan yang dia inginkan, rasanya lebih nyata dari ciuman Mirella yang seperti bayang bayang semu.

"Awww!!!" Edward meringis saat merasakan sakit pada bagian kakinya. Terlalu sakit sampai ia terbangun dari tidur dari mimpi liarnya. Dengan napas memburu, Edward membuka kedua mata yang langsung mengedar mengitari ruangan yang hanya berisi dirinya seorang diri. Tidak, mata Edward belum sepenuhnya memperhatikan seisi ruangan. Pandangannya kini jatuh pada wanita yang tengah duduk santai sambil menekan nekan kaki kiri Edward yang mengalami cedera. "Jadi kau yang mengganggu tidurku dan membuat kakiku sakit?" Tanya Edward setengah memprotes pada wanita yang memasang wajah polos tanpa dosa.

"Kau mengigau. Jadi aku berusaha membangunkanmu." Jawabnya dengan nada yang sama polosnya.

"Alasan." Gumam Edward memalingkan wajahnya kesal.

"Bukan alasan, aku mengatakan yang sebenarnya. Tidak hanya mengigau tapi kau juga mendesah seperti sedang bercinta." Elak wanita dengan penjelasan singkatnya.

"Apa kau mulai merindukan para jalang setelah empat tahun berusaha kau hindari?" Kini satu pertanyaan berhasil membuat perhatian Edward kembali teralihkan.

"Tidak! Aku mendesah kesakitan karena kau memainkan kakiku seperti tombol playstation." Kilah Edward berusaha menghilangkan rasa panas diwajahnya karena malu. Mungkin jika ia bercermin, sudah pasti matanya bisa melihat betapa memerahnya wajah yang kini berusaha ia hindarkan dari tatapan lawan bicara yang memperhatikannya dengan kedua tangan dilipat kedepan.

"Baiklah. Anggap saja aku percaya dan kau, anggap saja pengakuanmu itu benar adanya. Memangnya siapa yang bisa membedakan mana desahan yang haus akan sentuhan dan mana desahan akibat rasa sakit yang mendera." Balasnya dengan nada mencibir .

"Apa aku perlu memanggil cleaning service untuk membersihkan ruangan ini?" Sindirnya ketika perhatiannya beralih pada sekitaran ruangan yang berantakan. Pecahan piring dan gelas berceceran diatas lantai. Begitupun dengan obat obatan dan makanan kecil juga buah buahan yang sama berantakannya. Dan satu lagi, aroma tidak sedap mulai mengusik indera penciumannya.

"Tidak perlu. Dia akan datang sendiri dan membersihkannya." Jawab Edward ketika mengingat siapa yang menjadi pelayan pribadi yang akan sudi melakukan perintahnya.

"Kau terlalu berantakan Ed. Apa mimpimu yang membuatmu mengigau sampai seperti ini? Aku baru tahu kalau kau terlalu berlebihan jika bercinta didalam mimpi." Protesnya dengan nada mengejek.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang