part56

2.1K 223 39
                                    

Ryan mengedarkan pandangan diruangan kosong berukuran luas yang baru saja ia masuki. Ketukan sepatunya terdengar jelas ditengah tengah suasana yang cukup sepi dan pencahayaan yang minim. Tanpa menaruh perasaan curiga pada sosok yang membawanya kesini, Ryan langsung menuju kearah sudut ruangan dan duduk diatas kursi hitam yang terlihat elegan.

Perlu beberapa menit untuk Ryan menantikan kehadiran seseorang yang berniat menemuinya ditengah malam yang sunyi ini. Sampai akhirnya suara pintu dari ruangan lain terbuka membuatnya menoleh dan terdiam namun tetap memperhatikan.

Steven Kennedy, sahabat karibnya dimasalalu dan rekan bisnisnya saat ini. Ya, setelah beberapa kali pertemuan yang dibumbui dengan pembicaraan bersifat pribadi, kini keduanya memang menjadwalkan pertemuan pribadi untuk kesekian kalinya. Bukan untuk membahas pekerjaan melainkan untuk meluruskan berbagai masalah dimasalalu Ryan yang tentunya melibatkan Steven juga.

Mengambil posisi duduk berhadapan,keduanya berjabat tangan sebelum memulai percakapan yang dirasa sangat penting untuk dibahas oleh keduanya.

"Aku sudah mengumpulkan beberapa bukti yang bisa menjerat Samuel Robinson dan anak buahnya termasuk Andrew Kingsley Smith yang mendapatkan dana gelap dari bisnis curang yang dilakukan oleh pria tua itu." Ucapnya serius.

"Kau sudah memastikan semuanya?" Tanya Ryan memastikan.

"Ya. Aku pastikan semuanya sesuai dengan yang benar benar terjadi dimasalalumu dan juga kedua orangtuamu."

"Untuk lebih jelasnya informanku yang akan memberitahumu." Lanjutnya dengan tangan mengambil ponsel guna menghubungi seseorang yang dimaksud.

"Berapa lama?" Tanyanya lagi diiringi gerak gerik yang terlihat cemas.

"Maksudmu?"

"Aku tidak memiliki banyak waktu. Brie masih sakit dan aku khawatir seseorang akan memanfaatkan situasi ini." Jelasnya diiringi anggukan kepala Steve pertanda ia paham sosok yang dibicarakan oleh Ryan.

"Kalau begitu aku hubungi informanku sekarang juga."

"Baiklah." Turutnya diiringi anggukan kepala.

Sementara ditempat yang berbeda, Mirella terlihat tengah berdebat dengan seseorang yang menghampirinya beberapa saat lalu. Diruangan terbuka dan mengabaikan orang orang yang berlalu lalang melewatinya, Mirella terlihat acuh saat lawan bicaranya berulangkali memberi perintah untuk tetap diam dan tunduk pada keputusan sepihaknya.

"Sebaiknya kau diam dan ikuti keinginanku." Ucap pria bersetelan jas serba hitam tersebut.

"Bagaimana bisa aku tetap diam saat kau memperlakukanku seperti ini?" Ucap Mirella balas bertanya sembari mengibaskan lengannya dari genggaman pria yang memiliki postur tubuh sedikit lebih tinggi darinya.

"Seperti apa? Aku hanya melakukan yang terbaik untuk anak anakku. Apa itu salah?"

"Tidak ada yang salah saat seorang ayah melakukan berbagai hal untuk kebaikan puterinya kecuali kau. Kau bukan ayah yang baik untuk Allysha dan Brie jadi kau tidak berhak melakukan apapun pada mereka bahkan sampai mengambil keputusan yang bisa saja membahayakan nyawanya." Jelas Mirella panjang lebar.

"Kau benar. Aku bukan ayah yang baik untuk mereka. Tapi apa aku salah saat berusaha menjadi baik dan melakukan yang terbaik untuk mereka?" Tanyanya lagi enggan menyerah pada wanita yang bersikukuh menolak keputusannya.

"Dengan memisahkan seorang ibu dari kedua anaknya apa kau pikir itu adalah hal terbaik yang bisa kau lakukan? kau bahkan mengambil Allysha dariku tanpa mengucapkan apapun!" Seru Mirella memojokkan.

"Aku tidak mengambilnya darimu. Aku hanya ingin bersamanya meski sebagai seorang paman yang tidak ia kenali." Bela Edward enggan menyalahkan dirinya sendiri atas tindakan yang sebenarnya ia sadari letak salahnya.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang