part12

4.8K 285 14
                                    

Mirella sedang mengenakan jas kebanggaannya saat Allysha memanggilnya dari balik pintu kamar. Setelah selesai, Mirella membuka pintu dan menyapa Allysha yang sudah berdiri dengan mata yang berbinar menahan tangis.

"Kenapa Allysha menangis?" Tanya Mirella sembari berjongkok

"Daddy... Daddy dimana? Kenapa kita pulang kesini dan meninggalkan Daddy sendirian?" Sambil menangis Allysha bertanya tanpa henti.

"Kita kan memang tinggal disini. Kita sudah menginap dirumah Daddy lebih dari satu minggu. Jadi untuk satu minggu ini kita tinggal disini." Jelas Mirella memberi pengertian.

"Tapi Daddy juga akan pulang kesini?"

"Nanti Mommy suruh Daddy pulang kesini. Bagaimana?"

"Sekarang?" Tanya Allysha namun lebih terdengar seperti permohonan ditelinga Mirella.

"Ya. Kita sarapan dulu ya." Ajak Mirella meraih tangan Allysha.

"Gendong." Pinta gadis kecil berbalut piyama tidur berwarna merah muda tersebut.

"Dengan senang hati." Balas Mirella meraih tubuh mungil Allysha dan membawanya menuju ruang makan dimana Joanne dan Jane sudah bersiap dimejanya masing masing.

Mobil mewah berwarna hitam melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan halaman rumah yang cukup luas. Dari kaca spion, Mirella masih memperhatikan Allysha yang masih saja melambaikan tangannya. Sampai akhirnya mobil keluaran terbaru yang ia naiki bersama Jane memasuki jalanan yang cukup lengang dan membuat bayangan Allysha menghilang.

"Apa Ryan akan menjemputnya?" Tanya Jane mengalihkan perhatian Mirella.

"Aku tidak tahu. Tapi kau tahu seperti apa Ryan." Jawab Mirella melirik sekilas kearah Jane yang tengah mengendarai mobilnya.

"Sampai kapan kau akan membiarkan Allysha memanggilnya dengan sebutan Daddy?" Tanya Jane kembali menarik perhatian Mirella.

"Aku tidak tahu."

"Kau tidak berniat memberitahu keberadaan..."

"Aku tidak tahu Jane, berhentilah bertanya tentang hal itu." Potong Mirella dengan sekali tarikan napas. Jane bahkan sampai menginjak rem karena terlalu terkejut dengan jawaban Mirella yang setengah membentak.

"Ya Tuhaaann..." ucap Mirella mengusap wajahnya kasar. Ia bahkan seolah tidak sadar dengan ucapannya yang menarik perhatian lebih dari Jane.

"Maafkan..."

"Tidak Jane, aku yang minta maaf. Aku hanya terbawa suasana setiap membicarakan hal ini. Tapi yang pasti, suatu saat nanti aku akan mengatakan semuanya." Potong Mirella dengan nada yang lebih tenang.

"Baiklah. Aku hanya tidak tega dengan Allysha yang terus berpikir kalau ayahnya adalah Ryan."

"Jika itu bisa membuatnya bahagia, aku tidak keberatan." Balas Mirella dengan tatapan menghadap jendela.

"Andai aku bisa bertemu langsung dengan mantan suamimu aku akan dengan senang hati memukul kepalanya agar dia bisa berpikir panjang sebelum pergi meninggalkanmu." Gerutu Jane yang kembali melajukan mobilnya.

'Dia ada disekitarku Jane, dia bahkan sudah kembali mengganggu hidupku. Lagi,'ucapnya dalam hati.

Sepanjang koridor rumah sakit, Mirella berjalan dengan pikiran yang mulai kacau. Andai Jane tidak memulai pembahasan tentang hal yang sangat sensitif baginya, mungkin pikirannya akan sedikit lebih tenang walaupun kenyataannya Mirella harus berhadapan dengan masalahnya dirumah sakit. Setidaknya permasalahan tentang Allysha tidak akan terlalu membebani pikirannya saat ini.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang