part37

5.8K 320 118
                                    

Hai guys....

Dengan rahang mengeras dan tatapan tajam penuh emosi, Ryan menatap pantulan dirinya didepan cermin besar walk in closet. Keringatnya mulai bercampur dengan air yang masih membasahi tubuhnya setelah mandi. Emosi begitu mudah menguasai jiwanya yang sudah lama tidak terusik. Empat tahun berlalu tanpa kehadiran pria yang sudah menjatuhkan harga dirinya kedalam jurang paling curam. Empat tahun lalu ia dipermalukan didepan keluarga, teman teman, rekan kerja juga semua orang yang melihat dan membaca skandal palsunya dimedia massa. Dan kini, haruskah ia merasa terusik? Haruskah ia merasa terganggu dan terancam? Mungkin iya, Hanya jika keadaannya masih sama seperti empat tahun.

"Siapa kau kembali mengancamku? Aku bisa membuatmu hancur sebelum matahari kembali terbit. Hanya jika aku tidak mempedulikan keselamatan mereka!" Serunya dengan nada tajam dan kilatan biru dikedua bola matanya.

***

Mirella berjalan dengan senyuman penuh arti. Bukan tanpa alasan mengingat ini adalah hari terakhirnya bersama Edward Williams. Pria yang ia pikir sudah baik baik saja. Pria yang ia pastikan akan segera pulang setelah pulih dari perawatan panjangnya bersama Mirella. Katakan untuk saat ini perasaan lega mulai menyelimuti hati seorang Mirella. Setelah beberapa hari lalu ia selalu dibuat takut oleh pertemuan Allysha dengan Edward yang bisa saja kembali terulang tanpa sepengetahuannya, kini hanya tinggal menunggu waktu beberapa menit saja untuk membuat ketakutannya hilang bersama dengan kepergian Edward dari lingkungan hidupnya.

Menarik napas dalam dalam, kemudian mengembuskannya secara perlahan, Mirella membuka pintu dan berjalan dengan mendorong medicine trolley miliknya. Sebiasa mungkin ia bersikap dan memberi kesan yang baik untuk terakhir kali. Senyumnya mengembang sebagai bentuk profesionalitas seorang dokter. Langkahnya yang santai tidak membuat Edward mengabaikan kehadirannya. Begitu anggun namun tetap berwibawa. Seperti itu biasanya Mirella bersikap pada setiap pasien yang ia tangani. Dan kini, Mirella memberlakukan sikap ramahnya pada Edward Williams, pasien yang berulangkali membuatnya berada dalam masalah, terancam dan dipandang rendah dengan dorongan obat yang seharusnya menjadi bagian dari tugas asistennya yakni Caroline Leonore. Lupakan! Ini hanya untuk sesaat dan Mirella hanya perlu bersabar sedikit saja dimasa masa terakhirnya bersama Edward. Satu sampai tiga langkah terakhir senyum Mirella enggan memudar. Sengaja ia berhenti didepan ranjang Edward yang menatap heran kearahnya. Mirella memaklumi tanggapan Edward yang terlihat kebingungan dengan sikapnya yang terlihat begitu manis dan bersahaja. Bagaimana Edward bisa bersikap biasa saja setelah semua yang dilakukannya selalu membuat Mirella kesal? Terutama beberapa hari yang lalu sejak Edward meminta Mirella untuk bersikap baik padanya. Ya, beberapa hari lalu Edward memang sangat menguji kesabaran hati seorang Mirella sampai berulangkali umpatan kasar keluar dari mulut wanita kelahiran Brooklyn New York tersebut. Meski begitu, pada akhirnya Mirella berhasil mengikuti kemauan Edward dan mengendalikan diri sesuai saran Frans. Sejauh ini, Mirella merasa mampu melawan sikap emosional yang baru ia sadari memang sudah berkurang semenjak pertemuannya dengan Edward. Mirella menyadari kalau kini dirinya mulai pulih dari trauma masa lalunya bersama Edward. Ia tidak lagi terpuruk seperti empat tahun yang lalu, tidak lagi menangis histeris dan memaki nasibnya yang buruk setiap kali mengingat tentang Edward bahkan bertemu dengannya, dan itu adalah kabar baik yang tentunya harus ia ceritakan pada Frans setelah kepergian Edward dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Anggap ini adalah sikap baik sebagai balas budi pada Edward yang secara tidak sengaja menjadi objek percobaan Mirella dalam pengujian psikologisnya. Mirella jahat? Tentu saja tidak, salahkan Edward yang kembali datang dalam hidupnya dan membuat masalah sampai menarik perhatian Frans untuk membuatnya semakin terlibat dengan Mirella. Mungkin jika Edward tahu kalau beberapa hari lalu Mirella memanfaatkan dirinya untuk menjadi bagian dalam pengujian psikologisnya yang kini dirasa sudah benar benar pulih, pria bermata coklat tersebut akan sangat marah dan tidak terima. Tapi, disisi lain Edward lah yang memang seharusnya bertanggung jawab atas trauma masa lalu yang dialami Mirella. Edward yang menyebabkan Mirella berulangkali menyerah sampai menginginkan kematian. Dan kini, biar Edward yang menjadi bagian dari penentuan kesembuhan psikis Mirella.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang