France International HospitalDengan tergesa gesa dua orang wanita keluar dari sebuah mobil mewah secara bersamaan. Mengenakan mantel yang sama sama berwarna hitam, keduanya berjalan cepat menyusuri lobi rumah sakit menuju lift yang baru saja terbuka. Tanpa ragu seorang wanita bermantel hitam dengan rambut kecoklatan memencet tombol untuk menuju lantai paling atas gedung. Meski kepalanya terasa berat dan badannya begitu lemas, namun Mirella enggan peduli dan memilih mengambil langkah secepat yang ia bisa. Terbukti begitu lift membawanya benar benar kelantai atas tempat dimana Brie menjalani perawatan,Mirella segera melangkah pergi dan mengabaikan wanita yang turut bersamanya.
"Mirella pelan pelan. Kau belum benar benar pulih," ucap Karen memperingatkan Mirella yang melenggang keluar dari pintu lift yang baru saja terbuka.
"Aku tidak peduli." Jawabnya enggan berhenti dan tetap berjalan cepat sembari memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Kau harus peduli. Memangnya dokter mana yang akan mengijinkan wanita sakit untuk mendonorkan darahnya?"
"Kau tidak tahu apa apa jadi diamlah."
"Ya. Kau hanya menceritakan keadaan puterimu yang sedang sakit saat kita dipesawat. Hanya itu yang aku tahu tapi itu cukup untuk membuatku mengerti kalau kau terlalu cemas sampai kehilangan akal untuk berpikir jernih." Ya, setelah Mirella dengan terpaksa menerima tawaran Karen untuk pergi dengan jet pribadi yang memungkinkan dirinya lebih cepat sampai ke Paris, ia juga dengan terpaksa menjelaskan kepergiannya yang terburu buru. Entahlah, sampai saat ini Mirella enggan memikirkan kemungkinan kemungkinan buruk yang akan menimpanya setelah semua hal yang ia sembunyikan perlahan terbongkar. Saat ini hanya kedua puterinyalah yang menjadi prioritas Mirella untuk saat ini.
"Bisakah kau diam? Kenapa kau senang sekali bicara?" Tanya Mirella ditengah kepanikannya membuat Karen menatap polos kearahnya.
"Baiklah. Maafkan aku," ucapnya menunduk namun tetap berjalan mengikuti Mirella.
"Seharusnya aku berpikir ulang untuk membawamu kesini." Gumam Mirella pelan.
Tanpa menghiraukan rasa sakit yang kembali menyerang seisi kepalanya dan suara Karen yang terus saja berceloteh dengan suara pelan, Mirella berjalan cepat menuju ruang perawatan khusus untuk Brie. Masih mengenakan pakaian pasien rumah sakit berbalut mantel milik Karen dengan rambut yang dicepol berantakan, Mirella menghampiri pintu yang terbuka bersamaan dengan kehadirannya disekitaran ruang perawatan khusus Brie.
"Maaf aku datang terlambat," ucap Mirella dengan nada penuh sesal. Sementara Karen,wanita berambut pirang tersebut enggan mengikuti Mirella dan memilih duduk dibangku yang letaknya berada sedikit lebih jauh dari tempat Mirella saat ini.
"Tidak apa. Kami baru saja menyelesaikan pendonoran darah untuk pasien dan sekarang kondisi Brie sudah berangsur membaik." Balas seorang dokter bertubuh tegap tersebut.
"Huuuh syukurlah. Terimakasih untuk kesekian kalinya menyelamatkan hidup Brie," ucapnya lagi diiringi embusan napas lega.
"Sama sama." Jawab dokter bernametag Darel tersebut.
"Aku pikir rumah sakit sudah benar benar kehabisan stok darah untuk pasien." Gumam Mirella pelan dengan kepala tertunduk.
"Memang benar. Tapi seseorang datang dengan sukarela dan mendonorkan darahnya pada Brie." Balas Darel yang masih bisa menangkap suara Mirella dengan jelas.
"Seseorang?" Mirella mengernyit, berpikir keras mendengar penjelasan dari dokter yang merawat Brie sejak setahun lalu itu.
"Ya." Jawab Darel diiringi anggukan pelan.
"Siapa?" Tanya Mirella ragu.
"Edward Williams." Jawab dokter bernametag Darel seketika membuat Mirella terkulai lemas dan hampir jatuh andai Darel tidak menahannya dengan pelukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/199400124-288-k571832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...