part22

4.6K 280 28
                                    

Mirella tengah terduduk dikursi tunggu saat Darel menyuguhkan air mineral kearahnya. Meski ia tidak selera sekedar untuk meneguk air putih, tapi tatapan Darel membuatnya dengan terpaksa meminum cairan bening tersebut dalam sekali tegukan.

"Kau yakin akan pulang sendiri?" Tanya Darel meragukan.

"Ya."Jawab Mirella dengan suara serak.

"Tapi ini sudah tengah malam dan kondisimu tidak memungkinkan untuk berkendara sendirian." Mirella menangkap jelas raut wajah khawatir dari balik wajah tampannya.

"Aku tidak apa apa,"ucap Mirella menenangkan dengan tangan me

"Menginap saja disini. Ruanganku cukup luas untuk kau jadikan tempat istirahat sementara." Saran Darel penuh perhatian.

"Tidak Darel, aku takut bangun kesiangan dan tidak sempat menemui Allysha dipagi hari. Dia akan marah saat tidak mendapati aku tidur disampingnya."

"Kalau begitu aku yang akan mengantarmu."

"Kau masih bekerja dan harus memeriksa keadaan Brie secara berkala. Jangan khawatir, aku akan pulang sendiri dan menghubungimu setelah sampai dirumah."

"Kau benar. Tapi sebaiknya kau minta Ryan untuk menjemputmu. Aku akan lebih tenang kau bersamanya."

"Seperti yang kau bilang, ini sudah tengah malam dan aku tidak mau mengganggu waktu istirahatnya. Bagaimanapun juga dia sudah sangat kelelahan dengan pekerjaannya dan aku tidak tega mengganggu waktu istirahatnya hanya untuk menjemput dan mengantarku pulang."

"Tapi sepertinya Adeline belum pulang. Aku akan memintanya untuk mengantarmu," ucap Darel ketika mengingat sahabatnya yang memang bertugas di jam malam.

"Sebaiknya kau tetap disini dan menjaga Brie. Biar aku saja yang menemui Adeline dan memintanya untuk mengantarku pulang." Balas Mirella dengan seulas senyum terpaksanya.

"Baiklah, hati hati." Jawab Darel pasrah.

"Ya, terimakasih Darel."

Mirella berjalan dikoridor rumah sakit dengan tas yang ia sampirkan dibahu kanannya. Setelah mendapat kabar kalau Adeline sudah pulang, dengan terpaksa Mirella memutuskan untuk pulang seorang diri. Darel benar tentang kondisi Mirella yang masih lemas dan tidak memungkinkan untuk pulang kerumah sendirian terlebih jarak tempuh menuju rumahnya bisa memakan waktu sampai tiga puluh menit lamanya. Dan sekarabg tubuhnya terasa sangat lemas dan tidak bertenaga.Namun, bagaimanapun juga Mirella memiliki tanggung jawab selain kepada Brianna. Allysha, entah malaikat kecilnya sudah terlelap atau masih terjaga dan menangis seperti kemarin malam, Mirella mulai mengkhawatirkan keadaannya.

Mirella berjalan pelan saat melewati ruangan obat obatan. Ia seperti melupakan sesuatu sampai langkahnya terhenti dan memikirkan tentang suatu hal yang mengganjal hatinya. Cukup lama Mirella terdiam dengan kedua tangan memegangi tas slempang dan tatapan terarah pada titik yang sama. Ia baru ingat kalau sebelum Daisy memberitahu kabar buruk tentang Brianna, tujuannya berada dilantai pertama rumah sakit adalah untuk mengambil obat milik Edward yang tertinggal.

'Sebaiknya aku berikan besok saja. Lagipula ini sudah tengah malam, dia pasti sudah tidur.' Gumamnya kembali mengambil langkah melewati ruangan bercahaya terang tersebut.

"Perutku mual."

"Aku belum muntah. Hanya mual saja. Lagipula kalaupun aku merasa ingin muntah, aku akan menahannya sampai kau kembali kesini."

"Sudah sana! Ambil obat yang kau bilang tertinggal. Jangan terlalu lama karena aku mulai mengantuk."

Seolah suara Edward kembali menyapa dan membuat Mirella meragu untuk tetap berjalan, ia kembali mengingat keluhan pria yang ditinggalkan tanpa diberi makan terlebih dahulu. Katakan Mirella terlalu cemas dan khawatir sampai meninggalkan Edward dalam keadaan belum makan dan minum obat. Ditambah lagi ia mengalami mual akibat dari pemeriksaan yang Mirella lakukan padanya tadi pagi. Kecil kemungkinan kalau Edward memaksakan diri untuk makan dan meminum obat yang Mirella simpan diatas nakas.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang