part11

5.2K 245 3
                                    

Allysha terlihat berlarian dengan Joanne yang mengikutinya dari belakang. Sesekali tawanya terdengar ditengah luasnya kebun bunga berwarna merah muda. Sementara Mirella masih berdiri disamping Jane yang sedang berbincang dengan Ryan tentang kebun sahabatnya. Meskipun tatapannya berulangkali memperhatikan Allysha, namun Mirella masih menahan diri untuk tidak menyusul Allysha dan Joanne. Seharusnya Ryan bertemu langsung dengan pemilik kebun. Namun, karena alasan lain Jane mulai memainkan perannya sebagai pemandu wisata dadakan hanya untuk Ryan.

Senyum Jane mengembang, mata birunya bersinar bahagia setiap kali Ryan membuka percakapan dengannya. Meski pembahasan yang mereka bicarakan hanya seputar kebun bunga milik sahabatnya, namun tidak bisa dipungkiri kalau Jane merasa senang karena baru kali ini seorang Ryan bertanya padanya lebih dari satu kali. Mengingat biasanya pria yang memiliki warna bola mata sama dengannya tersebut cenderung lebih cuek dan terkesan dingin pada Jane ataupun wanita lain kecuali karyawan diperusahaannya. Sesekali Mirella menanggapi percakapan diantara keduanya namun selebihnya, Mirella lebih banyak diam tapi tetap memperhatikan.

"Sebenarnya ide Mirella sangat bagus. Tentang memadukan bunga Rose dengan bunga lain adalah hal yang menurutku cukup menarik. Apalagi saat kalian mengajakku kesini. Aku langsung terpikirkan beberapa ide baru lagi. Tapi... untuk saat ini aku tidak akan mengambil keputusan mengingat beberapa produk baruku sudah mendapat persetujuan dan ijin edar secara resmi dan aku tidak mungkin menciptakan produk yang lebih baru untuk saat ini. Jadi aku harus fokus pada produk produk yang akan diluncurkan dalam waktu dekat. Kau tahu ini tentang bisnis." Jelas Ryan ditengah tengah perbincangannya dengan Jane.

"Ya, aku mengerti. Jika kau perlu sesuatu atau kau ingin bertemu langsung dengan sahabatku, aku siap membantu." Balas Jane ramah.

"Jangan katakan apapun dulu pada sahabatmu tentang rencanaku untuk bekerjasama dengannya. Ini baru rencana yang bisa berubah kapan saja. Aku tidak mau dia berharap." Saran Ryan mengingatkan lawan bicaranya.

"Baiklah. Aku tidak akan mengatakan apapun padanya." Balas Jane mengangguk paham.

"Ya, terimakasih."

"Sama sama." Tukas Jane tanpa menghilangkan senyumnya.

"Mirella, aku harus pergi sekarang. Apa kau tidak keberatan kalau pulang sendiri?" Tanya Ryan beralih pada Mirella yang kini malah terlihat sedang mencari sesuatu ditengah luasnya kebun bunga yang bermekaran. Allysha, gadis kecil berusia tiga tahun lebih tersebut tidak lagi terdengar dan terlihat oleh kedua mata coklat yang sedari tadi memang memperhatikannya dari kejauhan. Entah kemana perginya tapi hati Mirella sudah mulai dibuat tidak tenang karena ketiadaannya.

"Mirella?" Panggil Ryan mengalihkan fokus Mirella sejenak.

"Ya, tidak. Aku akan pulang dengan Jane." Beruntung Mirella masih bisa mendengar pertanyaan Ryan meski kini fokusnya tidak bisa lepas dari memikirkan keberadaan Allysha saat ini.

"Kau kenapa?" Selidik Ryan memperhatikan raut wajah Mirella yang terlihat gusar.

"Tidak apa apa." Jujur saja Mirella mungkin akan kesulitan jika mencari Allysha tanpa bantuan Ryan yang selalu bisa menemukan gadis kecil lincah dan tidak kenal lelah tersebut. Dimanapun, kapanpun, Ryan selalu berhasil menemukan puteri kecilnya dengan cepat. Tapi kini Mirella teringat dengan kesibukan Ryan yang akan terganggu jika dirinya mengatakan kalau Allysha lepas dari pantauannya. Bukan tidak mungkin Ryan akan membatalkan rapat pentingnya dan lebih memilih untuk membantu Mirella mencari Allysha.

"Baiklah, hati hati." Pesan Ryan ragu.

"Ya." Tukasnya pelan.

"Biar aku antar." ujar Jane menawarkan diri.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri."

"Aku tidak menerima penolakan. Lagipula tempat ini sangat luas dan kau bisa tersesat." Tanpa permisi Jane sudah lebih dulu meraih lengan Ryan untuk digandeng.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang