Empat tahun kemudian...
Edward Williams, wajahnya masih sangat tampan bahkan semakin tampan dan terlihat lebih dewasa dari empat tahun yang lalu. Banyak hal yang berubah darinya baik secara penampilan ataupun sifatnya yang kini semakin dingin dan tidak tersentuh. Namun sifat dinginnya tidak berlaku untuk wanita yang kini terlihat memasang wajah kesal disamping kemudinya.
"Kau memalukan Ed." Protes seorang wanita memecah keheningan didalam sebuah mobil mewah keluaran terbaru.
"Kita bisa mencari gaun lain ditempat yang lebih baik,"ucapnya tanpa menoleh dan tetap fokus pada jalanan yang cukup lengang.
"Aku tidak mau! Kau tahu? Aku sudah memesan gaun itu sejak delapan bulan yang lalu dan kau tidak mau membelikannya untukku hanya karena warnanya yang tidak kau sukai?"
"Tentu saja. Aku yang akan membayarnya jadi saat aku bilang kalau aku tidak menyukainya, kau tidak bisa menolak keputusanku jadi diamlah." Balasnya dengan santai.
"Sampai saat ini aku tidak tahu kenapa kau begitu membenci gaun yang indah itu? Maksudku kau...itu gaun yang terbaik dan sangat mewah bagaimana kau bisa dengan lantang menyebutkan kalau gaun itu jelek bahkan dihadapan pembuatnya secara langsung. Itu sangat memalukan Ed!" Wanita itu kembali memprotes dengan menggelengkan kepalanya tidak percaya atas tindakan pria disampingnya saat berada didalam butik tadi. Ya, keduanya memang sengaja mendatangi salah satu butik dipusat kota Paris untuk mengambil gaun pesanan sang wanita yang memang sudah dipesan sejak beberapa bulan yang lalu. Namun alih alih membawa pulang gaun impiannya, wanita berambut hitam tersebut malah dibuat kesal dengan penolakan Edward yang melarangnya untuk membawa gaun berwarna biru terang dengan kilauan berlian kecil yang membuat gaun itu terlihat elegan untuk pulang bersamanya.
"Itu tidak memalukan Elea, aku tetap membayar gaun itu dan setelah ini mereka hanya perlu membuatnya lagi dengan warna yang berbeda. Itu juga kalau mereka tidak akan lagi salah dalam memilih warna." Tanpa merasa bersalah, Edward mengelak jika tindakannya saat dibutik tadi bukanlah hal yang memalukan dan itu malah membuat wanita yang dipanggil dengan sebutan Elea tersebut menjadi semakin kesal padanya.
"Terserah kau saja! Sekarang berhenti disini aku mau turun!" Perintahnya dengan perasaan kesal.
"Dengan senang hati." Balas Edward dengan tersenyum dan langsung menurut lalu meminggirkan mobilnya dipinggir jalan.
Setelah menurunkan Elea dipinggir jalan, Edward kembali melajukan mobilnya membelah jalanan kota Paris. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ketika bayangan wanita yang tengah menatap kagum pada sebuah gaun indah berwarna terang kembali melintas dipikirannya.
Untuk sesaat Edward membiarkan bayangan itu berputar dipikirannya. Namun kemudian, bayangan lain membuatnya lepas kendali. Ia marah, memukul stir mobilnya berulangkali sambil mengumpat. Raut wajahnya berubah kecewa namun satu tetesan dari pelupuk matanya membuat Edward tersadar dari emosi sesaatnya. Edward mengerang frustasi dan mengacak rambutnya kasar. Berusaha meredam emosinya dengan menyetel musik klasik dan itu selalu membantu sejak beberapa tahun terakhir.
Perlahan Edward mulai tenang dan kembali mengontrol pikirannya untuk tidak mengingat berbagai hal yang membuat perasaannya menjadi kacau. Mobil yang ia kendarai pun mulai melaju dengan kecepatan yang normal. Namun berpikir mengendarai mobil dalam batas kecepatan yang wajar bisa membuatnya aman saat berada dijalanan, kenyataannya Edward malah menjadi korban dari kecerobohan pengendara lain.
Disaat pikirannya sudah mulai tenang, tiba tiba saja ia merasakan mobilnya dihantam dari arah belakang dan seketika mobil yang ia kendarai terlempar cukup jauh dan berhenti dalam posisi terbalik. Tidak hanya itu, beberapa mobil juga mendapat serangan yang sama dari sebuah truk yang sudah menabrak mobil Edward lebih dulu. Edward sempat membuka matanya dan menyentuh keningnya yang berdarah. Ia berusaha untuk meminta pertolongan namun suaranya seperti tertahan dan tidak mampu mengatakan apapun sampai akhirnya matanya terpejam merasakan sakit disekujur tubuhnya dan terlelap dalam rasa sakit dengan harapan seseorang datang dan mengeluarkan tubuhnya yang terhimpit diantara kursi dan stir mobil yang patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...