Empat tahun berlalu Mirella Amanda Gilbert kembali dipertemukan dengan pria yang pernah sangat ia cintai. Edward Williams, pria bermata coklat itu kembali menatapnya dengan begitu tajam dan syarat akan kebencian. Tidak ada lagi kehangatan yang ia rasakan saat mata mereka bertaut. Berkali kali Mirella meyakinkan dirinya kalau seseorang yang kini terlihat kesakitan dengan luka disekujur tubuhnya ini bukanlah Edward suaminya dimasa lalu. Namun penolakan Pria dengan rahang mengeras yang dipenuhi bulu bulu halus disekitarnya itu membuat Mirella yakin kalau pria dihadapannya adalah Edward Williams. Pria yang meninggalkannya tanpa mendengarkan penjelasannya lebih dulu.
"Aku tidak mau ditangani oleh dokter murahan seperti dia!" Serunya ditengah ringisannya menahan sakit. Mirella tertegun. Matanya memanas menahan tangis. Meski begitu ia berusaha untuk tetap dengan ekspresi datarnya. Menghilangkan perasaan sakit hati dan terkejutnya atas penolakan Edward yang begitu kasar.
"Apa ada dokter lain?" Tanya Mirella pada suster disampingnya.
"Tidak ada. Semua dokter sedang sibuk menangani pasien yang lain." Mirella mendesah pasrah dan mulai memeriksa pasiennya.
"Jangan menyentuhku!" Serunya lagi saat Mirella hendak menyentuh tangannya yang mengalami cedera. Mirella mengerjap kaget mendapati Edward yang menepis tangannya dengan cukup kasar.
"Berhentilah bersikap egois. Aku hanya menjalankan tugasku sebagai dokter dan kau hanya perlu bersikap selayaknya pasien yang membutuhkan pertolongan!" Bentak Mirella dengan tegas. Rasanya ia ingin menangis dengan sangat keras saat mendapati perlakuan Edward yang sangat buruk padanya.
"Aku lebih baik mati daripada harus ditangani oleh dokter sepertimu!" Bukannya menurut, Edward semakin memberontak dengan ucapannya yang begitu tajam.
"Bahkan neraka saja belum tentu mau menerima kematianmu jadi berhentilah bersikap sombong dihadapanku." Cibir Mirella dengan sinis.
"Aku tidak peduli. Aku tidak mau ditangani oleh dokter seperti..." belum selesai dengan protesnya, Edward merasakan tangannya ditusuk dengan jarum dan seketika cairan mengalir ketubuhnya, membuatnya lemas sampai akhirnya tidak sadarkan diri.
"Dr.Frans?" Mirella sedikit terkejut dengan keberadaan dokter yang sudah berdiri disamping Edward dengan jarum suntik ditangannya. Dr. Frans juga yang menghubung Mirella untuk turun tangan menangani pasien korban dari kecelakaan beruntun di Avenue De Choisy. Mirella menatap dokter dihadapannya dengan kebingungan. Tidak seperti biasanya Dr. Frans menggunakan obat bius pada pasien secara tiba tiba seperti saat ini.
"Dia terlalu banyak bicara dan kita harus mengobati lukanya secepat mungkin. Fokuslah pada pemeriksaan kaki dan tangannya sementara aku akan mulai memeriksa luka dikepalanya." Seolah mengerti dengan tatapan Mirella, Frans memberikan alasan atas tindakannya.
"Baiklah." Jawab Mirella mengangguk pelan. Mirella sempat terdiam dengan mata yang berbinar. Ia seolah diingatkan kembali pada kecelakaan yang menimpanya dulu. Hampir sama dengan dirinya, Edwardpun mengalami luka dikepala dan juga lengan. Hanya saja kakinya yang tertindih kursi kemudi membuatnya mengalami patahan dan harus ditindak dengan cepat.
"Aku sudah selesai. Bagaimana denganmu? Apa yang kau temukan dan keputusan apa yang akan kau ambil?"
"Sepertinya kaki sebelah kanan pasien mengalami pergeseran atau mungkin patah tulang. kita perlu melakukan rontgen untuk hasil yang lebih pasti. dan setelah itu barulah kita akan mengambil tindakan untuk melakukan operasi bedah atau tanpa bedah."
"Baiklah. Kalau begitu itu adalah tugasmu. Aku sudah selesai dengan tugasku mengingat luka dikepalanya tidak terlalu serius meski tidak bisa dipungkiri kalau darah yang keluar dari lukanya cukup banyak dan kita sedikit mengkhawatirkan hal ini." Jelas Frans dengan tegas.
![](https://img.wattpad.com/cover/199400124-288-k571832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakable HEAVEN
RomanceSequel from JUST HOW TO LOVE AGAIN Aku sudah berjanji untuk tidak pergi darimu tapi kenyataannya kau pergi lebih dulu. Kau berjanji akan membuatku bahagia tapi nyatanya kau malah membuatku merasakan kesedihan yang mendalam dan membuatku terluka. Jik...