part45

3.8K 292 77
                                    

Setelah menghubungi orang kepercayaannya, Ryan membawa secangkir kopi untuk ia suguhkan pada tamu yang sore tadi ia undang secara mendadak. Angela Louisa Horison, wanita pirang yang juga merupakan sahabat kecilnya tengah duduk disofa sudut sambil sesekali mengedarkan pandangan keseluruh penjuru ruangan saat Ryan berjalan mendekat kearahnya.

Teman kecil yang kini beranjak dewasa, selalu berpindah pindah kota bahkan negara sampai membuat keduanya jarang sekali bertemu. Pertemuan terakhirnya adalah empat tahun lalu saat Angela menangani Mirella sebagai pasiennya dirumah sakit tempatnya bekerja. Sementara keduanya baru kembali dipertemukan secara tidak sengaja dibandara saat Ryan menginjakkan kakinya dinegeri kangguru tersebut. Merasa saling membutuhkan, Ryan dan Angela saling bertukar kontak agar bisa memberi kabar satu sama lain dan tadi sore Angela sengaja menemuinya dipantai untuk mempertanyakan gadis kecil yang menarik perhatiannya saat bertemu dibandara. Ryan terlalu buru buru pada saat itu sehingga Angela belum sempat menanyakan apapun padanya. Namun, sepertinya tuhan masih berbaik hati dan memberinya kesempatan untuk mengobati rasa penasarannya pada kehidupan Ryan. Hal ini terbukti dengan undangan Ryan yang membuatnya merasa memiliki kesempatan untuk mendengar ceritanya lebih jauh lagi. Terlebih lagi saat dipantai Ryan seolah memberinya lampu hijau untuk memberitahu kisah hidupnya selama empat tahun terakhir.

"Ini kopimu,"ucap Ryan sembari menyodorkan segelas kopi kesukaan Angela.

"Terimakasih." Balas Angela begitu aroma kopi yang khas memanjakan indera penciumannya.

"Sama sama." Ryan mengambil posisi duduk berhadapan dengan Angela sebelum akhirnya mengikuti langkah wanita dihadapannya yang tengah menikmati kopi buatannya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku saat pertamakali menginjakkan kaki diVilla mewah ini." Enggan membuang waktu meski indera penciumannya menuntut untuk dimanjakan oleh aroma kopi yang menenangkan, Angela memanfaatkan kesempatan untuk menanyakan beberapa hal yang mengganjal pikirannya.

"Yang mana? Aku lupa," ucap Ryan balas bertanya tanpa mengalihkan fokusnya dari gelas berisi kopi tersebut.

"Dimana Mirella? Kenapa aku tidak melihatnya sampai sekarang?" Tanya Angela yang kemudian meletakkan gelasnya diatas meja, membuat Ryan kembali mengikuti langkahnya. Memasang wajah yang begitu serius, Ryan membenarkan posisi duduknya menjadi tegak dan berdehem sebelum membuka suara.

"Dia diParis. Melanjutkan profesinya sebagai dokter dan juga kehidupannya yang tenang sebagai orangtua tunggal,"ucapnya diiringi helaan napas yang tersa mengganjal.

"Dan membiarkan anaknya berlibur dengan pria sepertimu?" Angela mengernyit, bertanya dengan asal dan mencoba untuk tidak turut menegang dengan pembahasan yang membuat Ryan terlihat gusar.

"Hei! Apa maksudmu dengan pria sepertiku?" Tanya Ryan berubah kesal.

"Lupakan!" Serunya dengan kibasan tangan kanannya.

"Tapi kenapa harus diParis?" Angela kembali bertanya, memanjakan rasa keingintahuannya pada kehidupan Mirella sejak empat tahun lalu.

"Sejak berita buruk empat tahun lalu dan pengusiran tuan Alexander pada Mirella juga pemecatannya padaku, aku mengajak Mirella keluar dari London. Awalnya aku berpikir untuk mengajaknya pulang ke Amerika. Namun, Mirella mengalami depresi berat dan seorang dokter menyarankanku untuk membawa Mirella pergi ketempat yang mampu memberinya ketenangan." Jelas Ryan memfokuskan pandangannya pada Angela yang turut mendengarkan setiap ucapannya dengan sangat baik.

"Dokter itu bernama Harris. Dia memiliki anak seorang psikolog yang bekerja sebagai desainer. Sikap Mirella yang terang terangan menolak untuk berkonsultasi pada seorang psikolog membuatku harus berbohong padanya mengenai identitas asli dari anak dokter Harris. Sampai akhirnya ia sembuh, barulah aku memberitahunya mengenai berbagai hal yang belum aku ceritakan dengan sebenarnya." Lanjutnya dengan raut wajah yang begitu serius.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang