Rayyan Pov
Setelah membantu Nayya untuk membukakan bajunya aku keluar kamar, aku tahu Nayya tidak nyaman jika ada aku didekatnya.
"pulang sana!" tiba-tiba saja Adam mengusirku.
"Dam izinkan kakak nginap disini hari ini saja. Ninda masih sakit dan baby juga demam. Kakak gak mungkin ninggalin Nayya buat ngerawat mereka bertiga" pintaku ke Adam.
"Kemaren kemana aja baru sekarang ngomong gak mau ninggalin. Kemaren have fun aja kan sama wanita murahan itu. Udah pulang sana, disini ada bunda, papa dan aku yang bisa jaga Mba Nayya dan anak-anaknya" Adam sepertinya memang sangat membenciku karena telah mengecewakan mba nya.
"Dam, mba mau bicara sama Mas Rayyan sebentar. Boleh tinggalin kita berdua" Nayya datang sambil menggendong bayi kami. Bayi yang sampai sekarang aku belum tahu siapa namanya.
"awas kalau berani nyakitin Mba Nayya lagi!" Adam mengacungkan jari telunjuknya padaku. Adam baru kali ini berani kurang ajar padaku. Ya, memang itu karena kesalahan yang ku perbuat. Aku tidak menyalahkan Adam akan hal ini.
"Nay" aku memanggilnya.
"duduk" aku duduk didepan Nayya.
"aku minta maaf Nay, aku benar-benar minta maaf. Aku gak bermaksud untuk mengkhianati kamu Nay. Aku khilaf Nay, dan aku gelap mata sampai melirik perempuan lain" Nayya diam saja saat aku meminta maaf padanya.
"kamu mau hukum aku boleh Nay, asalkan jangan pernah minta pisah dariku" Nayya langsung menatapku saat aku mengatakan kata pisah.
"jadi, aku salah apa sama kamu?" satu pertanyaan yang Nayya ucapkan.
"Nay kamu gak salah apa-apa Nay. Aku yang bodoh, aku yang berengsek Nay. Aku tidak bersyukur memiliki istri sebaik kamu Nay" aku yang tidak pernah menumpahkan air mata didepan orang malah sekarang berlinang air mata karena merutuki kesalahanku sendiri.
"kamu udah pernah kan rasain gimana rasanya dikhianati dan dicurangi? Tapi kenapa kamu lakuin ke aku dan anak-anak? Bahkan kamu lakuin ke Nanda yang pada saat itu belum lahir. Aku kurang apa selama ini? Aku selalu mengutamakan kamu dan anak-anak disamping keperluanku pribadi. Kamu dan anak-anak selalu menjadi prioritas utamaku. Tapi aku, kamu jadikan cadangan dan bukan prioritas kamu. Aku tahu kamu udah tidur kan sama perempuan itu? Iya kan? Kamu gak perlu bohong lagi Mas! Perempuan itu sudah memberikan bukti kalau kalian pernah tidur. Aku gak masalah kamu mau selingkuhin aku asalkan kamu tetap memberi perhatian ke anak-anak dan tidak maksiat! Aku tahu aku salah, saat itu aku tidak bisa melayani kamu seperti biasanya. Kamu tahu itu karena aku sedang hamil Mas, bukan aku gak mau menunaikan kewajibanku! Kamu bisa-bisanya mencari wanita lain hanya untuk kepuasan nafsumu itu!" Nayya berbicara sambil menggebu-gebu dan baru ku tahu nama bayiku adalah Nanda.
Bayiku sama sekali tidak terusik dengan suara Nayya. Ya, walaupun Nayya marah dan membentakku tapi suara Nayya lembut dan pelan sehingga terkesan seperti sedang tidak membentak.
"Nay aku tahu semua salah aku. Dan aku berani sumpah aku gak pernah tidur dengan perempuan manapun kecuali kamu. Jujur aku memang kecewa sama kamu saat itu karena tiap aku ingin kamu menolak, tapi percaya Nay aku gak tidur dengan perempuan manapun. Bukti apa yang perempuan itu kasih ke kamu itu tidak benar Nay. Aku berani sumpah demi apapun" jelasku.
Air mata Nayya sudah tak terbendung lagi. Bayi yang digendongannya pun mulai gelisah karena suaraku terlalu keras.
"sstt! Sini sama papa" aku mengambil Nanda dari gendongan Nayya.
"maafin papa ya terlalu keras suaranya. Bobok lagi ya" Nanda langsung diam, tetapi mulutnya bergerak seakan mencari sesuatu. Aku tahu pasti dia lapar, aku kembalikan lagi dia ke Nayya yang kelihatannya sudah mulai tenang.
"Susuin dulu Nay, dia lapar sepertinya" Nayya langsung berbalik membelakangiku untuk menyusui Nanda. Nayya sepertinya masih belum nyaman dengan kehadiranku.
"aku akan keluar menemani anak-anak belajar. Sekali lagi aku minta maaf Nay, aku gak pernah tidur dengan perempuan manapun selain kamu. Kamu perlu ingat itu Nay, aku memang selingkuh tapi aku tidak pernah menyentuh perempuan itu" aku keluar ruangan meninggalkan Nayya yang masih menyusui Nanda.
Nayya Pov
Aku baru saja mendengar pengakuan dari Mas Rayyan. Dia bilang memang betul dia selingkuh dan curang dariku, tapi dia tidak tidur dengan perempuan itu. Lalu, kenapa perempuan itu bisa mengirimkan pesan singkat pagi-pagi buta dari nomor Mas Rayyan ke nomorku kalau mereka tidak tidur bersama? Aku sedikit pusing memikirkannya.
"kenapa nangis mba?" bunda datang sambil membawa segelas susu cokelat.
"eh gak papa bun, ini susu buat Nay?" tanyaku.
"iya, ini susu untuk ibu menyusui. Diminum biar kamunya juga sehat terus" aku memandangi bunda. Sudah lebih seminggu sejak lahiran bunda tak pernah memberikanku susu ibu menyusui karena bunda tahu aku tidak suka susu.
"jangan pandang bunda seperti itu. Sini Nanda bunda gendong dulu. Kamu habisin susunya" aku menyerahkan Nanda ke gendongan bunda.
"itu Rayyan yang belikan tadi dan dia juga yang buatkan. Dia bilang kamu terlihat lebih kurus dibanding sebelum hamil dan melahirkan. Dia khawatir sama keadaan kamu" sudah ku duga pasti Mas Rayyan yang membeli susu ini.
"Nay gak suka minum susu bun" jawabku.
"mba, suka gak suka mba harus minum. Ini bukan untuk mba sendiri, sekarang mba udah ada Nanda yang bergantung nutrisi dari mba. Kalau mba makan minumnya sembarang dan gak bernutrisi gimana Nanda bisa tumbuh sehat" aku melirik gelas susu itu dan perlahan meraihnya kemudian menghabiskannya langsung.
"nah kan gitu enak diminum susunya. Nanti kalau kamu sehat Nanda juga sehat" aku diam saja.
"baju-baju mba, Dinda, Ninda dan Nanda sudah dibereskan si mbo. Mba pulang besok pagi ke rumah mba" aku terdiam mendengar ucapan papa yang baru saja datang.
"tapi pa, mba mau pisah sama Mas Rayyan. Mba udah gak bisa jadi istrinya" jawabku.
"pisah kenapa? Karena dia selingkuh? Bukannya dia udah minta maaf dan jujur sama mba tadi? Mba udah gak cinta lagi sama Rayyan? Dan mba mau pisah dari Dinda dan Ninda?" bertubi-tubi pertanyaan yang papa ajukan.
"Dinda sama Ninda ikut mba pa" hanya itu yang ku jawab.
"Dinda dan Ninda anak Rayyan dengan mantan istrinya, bukan anak Rayyan dengan kamu. Kamu gak ada hak untuk bawa mereka tinggal bersamamu. Lain dengan Nanda, dia anak kandung kamu. Kalau kamu mau pisah dari Dinda dan Ninda silakan saja mba, papa udah gak bisa maksa kamu lagi. Dan seandainya nanti Dinda sama Ninda gak akan punya ibu lagi untuk selamanya itu karena keegoisan mba. Rayyan udah bilang ke papa dia gak akan menikah lagi setelah pisah dari mba" aku membulatkan mata mendengar ucapan papa. Apakah benar Mas Rayyan menyesali perbuatannya dan ingin memperbaiki sehingga dia berbicara seperti itu???
Hai teman-teman!!
Terima kasih sudah berkenan membaca ceritaku ini.
Jangan lupa kasih vote dan follow ya hehe
Eh juga kasih masukan dan ide kalau ada hehe
Thank u all!!
I love u 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah