Part 78

1.5K 189 9
                                    

Rayyan Pov

Aku pulang ke rumah sekitar jam 5 sore. Nayya belum pulang ke rumah. Dinda juga belum pulang, padahal sudah janji tidak pulang sore.

"Assalamualaikum" Dinda baru saja pulang.

"Waalaikumussalam kenapa lama pulangnya kak?" Tanya ku.

"Tadi naik bus pa, lama nunggu busnya muter-muter dulu" Jelasnya.

"Kenapa naik bus? Temen kakak gak ada yang dijemput?" Tanya ku lagi.

"Kalau ada yang dijemput juga pakai motor pa, mereka gak punya mobil. Jadi kita sepakat naik bus aja rame-rame" Jelasnya.

"Kenapa gak telpon mama atau papa aja biar dijemput?" Tanyaku.

"Ya gak enakan dong sama yang lainnya pa. Lagian kan kakak nyari sensari baru naik bus" Katanya sambil nyengir.

"Udah mandi sana, kalau belum sholat langsung sholat" Dinda mengacungkan jempol dan berlari ke kamarnya.

Tingkahnya masih kayak bocah padahal udah mau 17 tahun umurnya.

Aku ke kamar untuk mandi dan bersih-bersih. Aku tidak menghubungi Nayya, aku hanya menunggu dia pulang saja.

Setelah mandi dan bersih-bersih, aku turun ke bawah untuk bersantai sore didekat kolam.

"Mang sini dulu" Ku panggil Mang Ujang yang lagi bersihkan pohon belimbing.

"Kenapa nak?" Tanya Mang Ujang.

"Tadi ada temenku gak ke sini? Pagi? Tanya ku.

"Iya ada nak, tapi kan Mamang dititin pesan sama Nak Nayya kalau temen Nak Rayyan itu datang kalau gak ada Nak Rayyan jangan dikasih masuk. Tapi tadi saya lagi ke belakang temen Nak Rayyan masuk nyelonong. Udah dilarang sama bibi. Tadi juga kata bibi sempat ribut dipintu garasi, akhirnya temennya Nak Rayyan pulang sambil marah-marah" Jelasnya.

Aku berpikir apa benar Nayya tadi mengatakan yang dikatakan Dina?.

"Oh makasih infonya Mang. Lanjut" Mang Ujang kembali melanjutkan kegiatannya.

Aku masuk ke dalam untuk mencari bibi.

"Bi, aku mau tanya" Kata ku.

Bibi yang lagi mencuci sayur langsung berhenti dan menghadap ke arahku.

"Iya nak ada apa?" Tanya bibi.

"Tadi Nayya berantem sama temen saya yang waktu itu ke sini?" To the point ku langsung.

"Iya tadi ke sini. Bibi udah larang masuk tapi maksa sampe dorong bibi. Akhirnya ketemu sama Nak Nayya. Pas ketemu bibi denger dia teriak-teriak entah ngomong apa. Pas bibi mau samperin liat temen Nak Rayyan kayak habis didorong dan hampir jatuh karena bibi liat dia nahan badannya ke dinding. Udah itu bibi gak berani nguping soalnya Nak Nayya udah marah" Jelasnya.

Makin dengar penjelasan bibi aku jadi yakin Dina tidak berbohong. Tapi apa mungkin Nayya sekasar itu mulutnya?.

"Makasih ni, lanjut ya" Aku meninggalkan dapur.

Aku melangkah menuju kamar untuk menunggu Nayya di kamar saja. Rencananya aku akan bertanya saat menjelang tidur saja. Kalau ku tanya waktu dia baru pulang pasti dia marah.

Nayya Pov

Lumayan lama aku mengobrol di rumah Nia. Hampir saja aku melupakan waktu. Jam 5 sore aku sudah bergerak pulang.

Jarak dari rumah Nia ke rumahku lumayan jauh, karena beda arah kalau dari toko. Jadi aku pulang kembali melewati toko.

"Assalamualaikum" Ku parkirkan mobil dihalaman.

Jujur rumahku yang ini parkirannya hanya muat 2 mobil, sedangkan di rumah ada 3 mobil. Jadi mau tidak mau mobil mana yang paling lambat pulang diparkirkan dihalaman saja.

"Mama" Drian datang tiba-tiba memeluk pinggangku.

"Kenapa?" Tanya ku.

"Mba jahilin aku" Tak lama muncul Ninda yang terlihat girang melihat adiknya kesal karena dijahilin.

"Udah ah mau magrib main jahil-jahilan. Mama mau mandi mau masak" Drian melepas pelukannya dan langsung kembali dikejar Ninda. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.

"Ma, baru pulang ya?" Dinda baru saja turun dan berpapasan denganku ditangga.

"Iya kak tadi mama mampir rumah karyawan jenguk ayahnya" Jawabku.

"Masak yok ma, kakak mau belajar" Ajaknya.

"Mama mandi bentar ya, kakak bantu bibi nyiapin bahan-bahannya aja dulu" Ucapku.

Dinda menurut dan berjalan menuruni beberapa anak tangga lagi.

Aku masuk ke kamar dan menemukan Mas Rayyan lagi bergelut dengan laptopnya.

"Udah pulang ma?" Tanya nya basa-basi.

"Iya mas. Aku mandi dulu ya" Pamitku.

Mas Rayyan tidak menjawab. Dia hanya mengangguk saja.

Selesai mandi aku hanya memakai daster da turun ke lantai bawah untuk masak.

Menu makan malam kali ini cukup simpel. Ayam goreng kriuk sama sambal matah kesukaan anak-anak. Untuk Ninda dan Nanda sengaja aku pisahkan cabenya yang agak dikit. Mereka tidak bisa makan terlalu pedas. Kalau Dinda dan Drian lebih kuat makan pedas.

Sayurnya aku suruh Dinda yang masak. Sayur jagung dan bayam. Aku mengarahkannya untuk mencampur ini itu dan dia yang memasaknya.

"Panggil papa dan adik-adik ya" Kata ku ke Dinda.

Aku dan bibi menyiapkan makanan dimeja makan. Bibi tidak lupa membawa lauknya juga ke rumah belakang untuk dia makan bersama Mang Ujang.

"Ayam!" Teriak Drian.

"Mau paha!" Semangatnya.

"Mba mau paha juga ma" Ku ambilkan juga yang Ninda.

"Abang apa?" Tanyaku ke Nanda.

"Apa aja ma, paha boleh, dada juga boleh" Aku mengambilkan paha juga untuknya.

"Kakak dada yang tadi ma" Dinda sudah memisahkan bagiannya sendiri.

Sedangkan aku dan Mas Rayyan makan apa yang sudah tidak dipilih anak-anak. Aku makan apa aja Sam seperti Nanda, mau paha mau dada sama saja sama-sama ayam.

"Mama jangan banyak cabenya kasian dedeknya" Ucap Mas Rayyan.

Dinda yang duduk tepat disampingku dan Nanda yang duduk disamping Mas Rayyan melirik ke arah kami.

"Dedek?" Tanya Nanda.

"Lah papa sama mama belum kasih tahu ya? Haha" Tawa Mas Rayyan.

"Bentar lagi kita nambah personil baru di rumah. Kita mau nyaingin keluarga halilintar" Ucapnya.

Aku hanya menggeleng mendengar perkataan Mas Rayyan. Siapa juga yang mau hamil dan melahirkan sebanyak itu.

"Jadi bener mama hamil lagi?" Tanya Dinda.

Aku hanya menaikkan alisku.

"Mama jangan sakit-sakitan lagi ya hamil kali ini" Ucap Nanda.

Ninda dan Drian yang tadinya makan tiba-tiba menatap kami. Mereka bingung kenapa kami berbincang.

"Kenapa ma?" Tanya Drian.

"Drian akhirnya nanti ada yang manggil kamu abang juga sama kayak abang" Ucap Nanda.

"Maksudnya?" Tanya Ninda.

"Mama kita pregnant!" Seru Dinda.

"Serius? Nah kan bener dugaan mba. Soalnya mama males banget sekarang kalo di rumah. Kadang mandi aja kalau gak diledekin Drian pulang sekolah mama gak mandi" Sinis Ninda.

Ku pelototin dia dan dia nyengir.

"Ampuh Bu boss" Kata nya.

"Dah lanjut makan ya. Jangan ada yang bicara lagi. Nanti habis ini masuk kamar masing-masing, kerjain tugasnya. Mama sama papa mau bicara" Ku lirik Mas Rayyan yang sudah memasang wajah serius.

Mas Rayyan sebelumnya tidak ada bicara apapun padaku, tiba-tiba ngomong mau bicara denganku.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang