Mohon maaf ya sebelumnya untuk yang admin blok atau admin senyapkan. Makanya jangan ngomentar seperti ngejudge. Mengingatkan tidak perlu pakai kata-kata judge. Kalau mau ngomel panjang x lebar chat aja jangan dikolom komentar.
Dan kalau gak suka gak usah baca, daripada komentar tapi nyakitin hati orang. Gak aku maafin ya kamu yang komen kemaren itu.
Untuk yang setia baca, vote dan komen baik, terima kasih banyak ya teman-teman.
Happy reading 🌹
______________________________________
Nayya PovArisan di rumah bunda adalah arisan komplek atau arisan RT. Warga sini kalau ada acara saling tolong menolong beda dengan tetanggaku. Nolong pas makannya doang.
"Ma tadi kamu dikatain ibu-ibu disana" Tiba-tiba Mas Rayyan menghampiriku.
"Ngomongin apa?" Penasaranku.
"Dikira kamu hamil ma, katanya perut sama bokong kamu kayak orang hamil" Jelas Mas Rayyan.
"Hah? Beneran?" Aku langsung mengangkat bajuku agar perut dan bokongku keliatan.
"Rata loh mas. Kalo bokong mah memang dari dulu udah gini" Sinisku.
"Mungkin karna baju kamu ya Ma. Ya udah jangan dipikir lagi deh, ayok keluar bantu bunda" Suruh Mas Rayyan.
Aku keluar kamar dengan sedikit kesal. Bisa-bisanya selangsing ini perutku dibilang hamil. Kalau hamil buncit dong berarti.
"Nay ngerjain apa ini Bun?" Tanyaku ke bunda.
"Potong ini aja gak usah yang berat-berat nanti kecapekan" Sahut seorang ibu-ibu.
"Hehe maaf ya Bu tapi saya gak lagi hamil, jadi gak papa kok kerjain yang berat-berat juga" Berusaha tersenyum.
"Walah tak kirain hamil Nayya. Itu perutnya buncit, bokong dan payudaranya gede. Kan orang hamil gitu biasanya karena hormon" Aku hanya tersenyum kikuk saja.
"Udah tutup pabrik Bu" Cetusku.
Bunda yang mendengar langsung menoleh ke arahku.
"Mba udah steril?" Tanya bunda sedikit berbisik.
Aku menggeleng.
"Belum tutup itu namanya. Hati-hati loh kalau lagi sama Ray kalau gak mau jadi kamu KB atau gak diluar suruh Ray nya" Aku diam saja. Bukan anak kecil lagi aku pasti pahamlah hal gituan. Anak udah 4 juga.
"Oh iya anak-anak ceweknya mana? Gak ikut?" Tanya seorang ibu-ibu lagi.
"Lagi pada keluar beli keperluan sekolahnya Bu" Jawabku.
"Enak ya udah punya anak gadis bisa jadi temen curhat-curhatan di rumah. Bisa jadi temen jalan-jalan juga tuh" Ucap ibu-ibu yang lainnya.
"Alhamdulillah Bu" Kataku.
Banyak lagi pertanyaan dari ibu-ibu disini tentang diriku, Mas Rayyan atau tentang anak-anak. Sepertinya mereka pada kepo dengan keluargaku. Sempat ku bilang ke bunda aku risih tapi bunda bilang jawab yang seperlunya aja.
"Assalamualaikum" Suara orang dari depan.
Aku ke depan untuk melihat siapa yang datang.
"Lah nyusul kalian" Ucapku.
Ternyata yang datang Dinda sama Ninda diantar Mang Ujang.
"Iya nyusul aja ke sini, di rumah juga gak ada kerjaan" Jawab Dinda sambil menyalamiku.
"Kenapa gak keliling aja di mall jalan-jalan?" Tanyaku lagi.
"Mager ma, keburu kangen mama kalau kelamaan pergi" Aku tersipu mendengar ucapan Ninda.
Bisa banget nih anak-anak bikin mamanya mesem-mesem.
"Ada maunya ini kalau muji gini. Mau apa ayo" Kataku.
"Gak ada kok, iya kan kak" Ninda menyenggol lengan Dinda.
"Mau ini aja" Dinda mencium pipiku diikuti Ninda.
Aku kaget dong karena udah lama mereka gak cium aku. Mungkin karena semakin dewasa mereka canggung, tapi sekarang tiba-tiba nyium.
"Eh!" Kagetku.
Mereka cuma nyengir dan masuk barengan ke dalam rumah.
Aku hanya geleng-geleng saja dengan sikap mereka. Keduanya tumbuh menjadi gadis cantik, pintar dan sholihah. Ninda sudah mencapai tinggiku sedangkan Dinda masih setinggi telingaku.
Memang bener kata orang tinggi adek nanti dari kakak, aku dan Adam saja begitu. Mungkin juga karena dia laki-laki jadi lebih tinggi dia.
Tapi Mas Rayyan dan Kak Rehan lebih tinggi Mas Rayyan sih. Padahal sesama laki-laki.
"Anak-anak nyusulin ya ma?" Mas Rayyan datang bersama Drian yang digendongnya.
"Iya mas katanya bosan kalau pulang ke rumah. Ini kenapa digendong?" Tanyaku dan Mas Rayyan menurunkannya pelan ke sofa.
"Demam ma, hangat badannya dan gak mau makan" Ku pegang keningnya dan ternyata memang hangat.
"Udah kamu kasih obat mas?" Tanyaku.
"Udah ma, ini makanya dia tidur karena capek dan reaksi obat mungkin" Jawab Mas Rayyan.
"Bawa kamar aja mas kasian kalau ditidurin disini" Mas Rayyan kembali menggendongnya dan kami ke kamar.
Sampai dikamar Drian ditidurkan ditengah ranjang. Mas Rayyan keluar kamar untuk bergabung dengan papa. Sedangkan aku dikamar menunggui Drian yang demam.
Berulang kali dia mengigau memanggilku atau Mas Rayyan. Drian memang seperti ini kalau demam, dia akan mengigau.
"Jangan sakit lagi anak ganteng mama, mama sedih Drian sakit gini" Ucapku.
Drian membuka matanya dan mengerjapkannya. Aku tersenyum melihatnya.
"Mama mau es krim" Katanya.
"Eh gak boleh, Drian lagi demam jangan dulu ya makan es krim" Jawabku.
Drian diam dan tak meminta lagi. Dia memelukku dan memasukkan kepalanya ke arah dadaku. Ku rasakan panas dari keningnya di dadaku.
"Assalamualaikum ma ini kompresnya" Nanda masuk membawakan air kompresan.
"Siapa yang suruh bang?" Tanyaku.
"Tadi papa minta tolong abang antar ini, papa lagi ngobrol sama kakek diluar" Jawabnya.
"Abang udah makan siang?" Tanyaku lagi.
"Belum ma"
"Minta ke kakak atau mba ya. Mama lagi jagain adek kamu nanti kalau nenek tanya bilang aja mama sama Drian dikamar ya" Nanda mengangguk dan keluar kamar.
Ku kompres kepala Drian dengan sayang dan dia sedikit menggigil. Ku turunkan suhu AC agar ruangan tidak terlalu dingin.
"Tolong teleponin gurunya ya mas minta izin Drian, sama kita malam ini nginap dulu disini kasian kalau dibawa pulang angin-anginan dimobil" Kataku ke Mas Rayyan yang baru masuk ke kamar.
"Iya ma. Ini kenapa sih bisa demam, tadi pergi masih ceria masih sehat sekarang langsung tiba-tiba demam" Katanya sambil mengusap lengan Drian.
"Mungkin demam karena mau tambah umur mas. Kan bentar lagi umurnya nambah" Jawabku.
"Nambah umur apa nambah adik nih" Godanya.
Ku pelototin dia sampai akhirnya dia yang tadi tertawa jadi diam dan meminta maaf.
Keterlaluan Mas Rayyan itu terus yang dibahas dari tadi, kagak gak ada pembahasan lain yang harus dibahas.
"Gak gak jangan marah dong ma, cuma godain dikit aja udah sensi. Lagi haid ya?" Tanya nya.
"Haid apaan tadi malam kamu minta jatah gak liat sendiri!" Cetusku.
Akhirnya Mas Rayyan diam kikuk dan kemudian dia tertawa tidak jelas untuk menyembunyikan malunya.
Bisa-bisanya bilang aku haid padahal tadi malam minta jatah sampe hampir telat sholat subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah