Nayya Pov
Satu minggu lagi pernikahan Adam dan Risya akan diadakan. Sampai saat ini aku masih saja merahasiakan dari Mas Rayyan kalau kami sebenarnya belum berpisah secara hukum. Tapi secara agama aku dan dia sudah bukan suami istri karena lebih dari 3 bulan Mas Rayyan tidak memberikan nafkah lahir dan batin.
"Masih mau dilanjut mba?" Tanya bunda.
"Mas Rayyan masih belum menyesal kayaknya Bun" Jawabku.
"Kurang menyesal apalagi dia mba, kamu gak kasian dia di rumah sendirian. Kakinya belum sempurna dibawa jalan. Belum lagi dia sering sakit-sakitan karena telat makan, dan mama dengar dari Mira dia terkena magh. Mba tau kan sebelumnya Rayyan tidak ada penyakit magh?" Aku diam saja mendengar ucapan bunda.
Aku sebenarnya sudah kasihan tapi aku rasa belum cukup hukuman ini untuknya. Dia harus belajar mengontrol diri dan amarahnya.
"Mba mandiin Anin dulu Bun" Aku meninggalkan bunda.
Di rumah ini sudah ramai dengan sanak saudara bunda dan papa yang datang dari berbagai kota. Mereka semua ada yang datang memang 1 bulan sebelum hari h dan ada juga yang baru kemaren atau hari ini tiba.
"Eh Nayya mau mandiin Anin?" Tanya seorang saudara bunda.
"Iya tante mari" Jawabku.
Di dapur suasana agak riweh karena malam nanti ada acara mendoa untuk kelanjutan acara Adam nanti.
"Mandi di kamar atas aja mba, kamar mba aja" Sahut papa ketika aku baru mau masuk kamar mandi dapur.
"Ninda lagi mandi pa, kamar mandi dan juga Nanda sama Drian lagi gantian mandi. Disini aja gak papa" Aku masuk ke kamar mandi dan melepaskan hijabku agar tidak basah saat memandikan Anin.
Selesai Anin mandi semua anak-anak juga turun ke lantai bawah. Mereka berkumpul di ruang keluarga bersama saudara yang lain.
"Nanda ganteng banget sih tan, kemaren ngidam apa sih tante" Celetuk seorang ponakan jauhku.
Nanda yang dibicarakan langsung menengok ke arahku. Aku hanya diam sambil senyum-senyum aja. Nanda kayaknya agak risih dibicarakan.
"Drian juga ganteng banget, cepet gede ya dek" Sahut yang lain.
Drian yang dibicarakan juga diam dan menatapku. Jadilah aku sekarang fokus tatapan Nanda dan Drian.
"Udah jangan melotot ke mama, salah sendiri punya muka kegantengan" Ninda mencairkan suasana.
"Lah kamu juga cantik banget Nin. Iri banget kalian keluarga good looking kayaknya ya" Sekarang giliran sepupu laki-laki ku yang menyahut.
"Yee elu baru nengok Ninda, belum nengok Dinda behh, cantiknya MasyaAllah sampe mau halalin rasanya" Sahut yang satu lagi.
"Heh! Mba belum mau punya mantu. Hahaha" Sahutku.
"Ya elah mba belum mau jadi nenek ya" Mereka balik meledekku.
"Belum cocok juga jadi nenek Vin, malah masih cocok punya bayi" Saudara bunda satu ini entah dari mana munculnya.
"Iya yah masih muda gini masa iya jadi nenek" Jawab yang lain.
Aku hanya diam saja tak menanggapi karena ku pikir mereka ini selalu membahas hal yang itu-itu saja. Sibuk menyuruhku untuk punya anak lagi. Kalau mereka mau bantu hamilnya ya gak papa, ini ngomong aja bisanya.
"Udah dah mama mau ke pasar bentar beli keperluan dapur. Ada yang mau ikut?" Tawarku.
"Abang temenin ya" Nanda berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah