Nayya Pov
Sudah beberapa bulan setelah kejadian dirumah kami. Sekarang aku merasa lebih baik dan juga merasa lebih sehat dari sebelumnya.
Perutku juga sudah sangat membesar, kakiku juga sudah mulai bengkak dan sudah sering pegal-pegal.
"Nak" Bibi datang membawa semangka yang ku pinta tadi.
"Terima kasih bi. Nanda mana bi?" Tanyaku ke bibi.
"Ada lagi main itu nak, biasa kan ya usia segitu lagi aktif-aktif nya mau main" Aku tersenyum saja.
Aku memasukkan sepotong semangka ke mulut. Aku membayangkan betapa ramainya nanti rumah kalau bayi ini sudah lahir.
"Kira-kira Mas Rayyan masih mau nambah anak lagi gak ya? Masa udah 4 gini masih mau lagi" Aku berbicara dengan diriku sendiri.
Rayyan Pov
Alhamdulillah aku sangat senang, sekarang Nayya sudah kembali normal dan anak-anakku bertambah pintar semua.
Hari ini aku menghadiri olimpiade matematika Dinda. Aku datang bersama papa mama, dan papa bunda Nayya. Nayya tidak bisa datang karena kandungannya sudah memasuki usia tua dan kapan saja bisa kontraksi.
"Yeay Alhamdulillah" Teriak Ninda disampingku.
Ya, Dinda memenangkan olimpiade ini dan berhasil mengalahkan beberapa peserta dari sekolah terkenal lain.
"Alhamdulillah, mama pasti bangga banget ini anak cantiknya menang" Kataku ke Dinda yang sudah bersama kami sambil memegang pialanya.
"Langsung pulang ya pa, kakak mau peluk mama" Aku mengangguk dan langsung mengajak semua untuk pulang.
Sampai di rumah ternyata tidak ada orang. Aku bertanya ke Mang Ujang dan katanya Nayya kontraksi dan sekarang dibawa bibi ke rumah sakit.
Buru-buru kami berangkat ke rumah sakit, Nayya pastinya membutuhkan aku dan keluarganya.
Rumah Sakit
"Langsung masuk saja dok, Bu Nayya masih bukaan 6 kita tunggu sampai bukaan sempurna ya" Aku langsung masuk ke dalam dan semua juga masih boleh masuk.
Nayya tersenyum saat melihat kami masuk. Aku tahu Nayya menahan sakit tapi dia tidak mau anak-anak melihatnya kesakitan.
"Nanda sini sama nenek" Bunda memanggil Nanda yang sedang duduk dengan mainannya.
Nanda anak penurut dan memang dia senang sekali kalau bersama para nenek dan kakeknya.
"Gimana?" Tanyaku ke Nayya.
"Apanya yang gimana?" Tanya nya balik.
Aku duduk dikursi samping ranjangnya sambil menggenggam tangan kanannya.
"Udah mulai aktif mulesnya? Apa masih sesekali aja?" Lanjutku lagi.
"Ini lagi sakit mas, mas bisa gak jangan tanya dulu. Tolong ini gordennya geserin biar anak-anak gak liat aku kesakitan" Aku langsung berdiri dan menggeser kain gorden.
"Kenapa ditutup Ray?" Tanya papaku.
"Nay pa" Aku hanya menjawab itu dan mereka semua langsung paham.
Dinda baru saja ingin berjalan ke arahku tapi ditarik mama.
"Udah nanti aja kasih liat pialanya, mama lagi ganti baju bentar" Dinda mengangguk.
Genggaman tangan Nayya makin kuat dan keringatnya juga makin bercucuran. Nayya berusaha sekuat tenaga menahan agar tidak bersuara.
"Bentar aku panggil dokternya" Sebelum keluar ruangan aku mengisyaratkan ke mama dan bunda untuk membawa anak-anak keluar.
"Kita ke taman depan yuk, ada mainan anak-anak sambil kita beli ice cream" Ajak bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah