Rayyan Pov
Sekitar jam 5 sore aku bersama Nanda dan Drian ke rumah mama untuk menjemput Nayya. Tadi Nayya sudah mengabarkan kalau dia ke rumah mama.
Setelah Nayya bersiap kami keluar menuju ruang keluarga dimana ada mama, papa, Kak Rehan, Mba Nana dan Rara disana.
Kami berpamitan untuk pulang. Aku melihat mama sangat gembira dengan berita kehamilan Mba Nana. Wajar saja karena sebenarnya Kak Rehan anak kesayangan mama, dan dia menunggu cucu dari Kak Rehan cukup lama. Sekalinya sekarang Mba Nana hamil pasti mama senang banget.
"Ma, pa, Kak, Mba, Ra kita pulang dulu ya" Pamitku.
Aku bersalaman dengan mama dan papa.
"Pa, Nay pulang dulu ya" Nayya mencium tangan papa.
Papa tersenyum sambil mengusap kepala Nayya. Papa sangat menyayangi semua anak dan menantunya.
"Ma, Nay sama Mas Rayyan dan anak-anak pulang dulu" Mama tidak menghiraukan Nayya.
Nayya yang merasa tak dihiraukan langsung berpamitan pada Kak Rehan, Mba Nana dan Rara.
Mama betul-betul mencuekkan Nayya. Tidak hanya itu mama juga mencuekkan anak-anak ku. Saat Nanda dan Drian ingin bersalaman dia tak menengok.
Papa memberi kode untuk segera pulang. Aku akhirnya membawa istri dan anak-anak ku pulang.
"Nenek kenapa sih pa?" Tanya Drian.
"Emang kenapa?" Tanya ku pura-pura tidak tahu.
"Cuek banget sama kita. Biasanya kalau kita mau pulang dipeluk cium. Tadi mau salaman aja nenek buang muka" Sambungnya.
Aku tidak bisa menjawab dan diam saja. Ku lirik Nayya juga diam sambil menatap jalanan.
"Mampir beli sate Madura ya mas" Ucap Nayya setelah sekian lama hening.
Setelah sampai di sate langganan kami, aku dan Nayya turun. Anak-anak ku suruh tunggu didalam mobil saja.
"Maafin sikap mama yang tadi ya ma, mungkin karena terlalu excited dengan kehamilan Mba Nana makanya mama jadi seperti mengabaikan kamu dan anak-anak" Kata ku ke Nayya saat kami menunggu pesanan.
"Gak papa mas." Hanya itu jawaban dari Nayya.
Aku tahu pasti Nayya tersinggung dengan ucapan mama, tapi dia tidak mau mengatakan karena dia mikir itu mama ku.
Selesai membayar pesanan kami langsung pulang ke rumah. Sampai di rumah Nayya mager masak katanya, jadi Bi Ina dan Bu Ira lah yang masak.
Nayya langsung bersih-bersih ke kamar mandi dan kembali lagi ke ruang keluarga untuk makan sate bersama.
Fyi Nayya kalau beli makanan pasti serumah harus dapat. Kalau dulu Mang Ujang dan Bi Ina sekarang tambah Pak Unang dan Bu Ira. Aku suka dengan kebaikan hati Nayya yang seperti ini.
"Susu kotak habis ma" Ucap Drian disela-sela kami makan.
"Nanti malam aja ke minimarket sama kakak apa mba beli ya" Jawab Nayya.
"Pa, laptop kakak eror udah keberatan data" Ucap Dinda.
"Mau dibeliin hardisk nya?" Tanya ku.
"Kalau hardisk nanti percuma, itu juga laptop udah dari SMP. Ganti yang baru aja, laptop itu simpan untuk dipakai kalau butuh aja" Jawab Nayya.
Aku tidak bisa menjawab lagi kalau Nayya sudah berkata.
"Mba sekalian mau laptop?" Tanya Nayya lagi.
"Emang udah boleh?" Tanya Ninda.
"Kalau mau besok pulang sekolah kita beli sekalian punya kakak. Tapi Abang Nanda sama Abang Drian gak dulu ya laptop" Ucap Nayya.
Drian dan Nanda mengangguk paham. Nayya menerapkan sistem didikan yang aku saja susah mencerna. Kadang dia sangat royal ke anak-anak kadang dia sangat mengekang. Tapi anehnya anak-anak nurut dan tidak protes ke dia.
Nayya masih diam dan bersikap dingin semenjak pulang dari rumah mama tadi. Mungkin karena bawaan hamil juga karena sikap mama tadi mempengaruhi sikapnya sekarang.
Nayya Pov
Jujur kalau dikatakan tersinggung aku sangat tersinggung. Mama tidak pernah mengabaikan ku selama ini. Sudah hampir 10 tahun aku menjadi menantunya baru tadi dia mengabaikan ku. Sakit? Iya, apalagi mama seperti menganggap aku tidak ada.
"Ma, uangnya mana?" Dinda menghampiriku yang tengah nonton tv diruang tengah.
"Bentar" Aku beranjak ke kamar mengambil dompet ku. Tapi karena merasa bisa jadi aku putuskan ikut menemani anak-anak ke minimarket.
"Mau kemana ma?" Tanya Mas Rayyan.
"Ke minimarket mas" Jawabku.
Mas Rayyan bangun dan langsung memakai bajunya.
"Aku ikut juga. Bosan di rumah" Ternyata dia sama denganku merasa bosan.
Kami keluar sudah dengan pakaian lengkap. Anak-anak rupanya sudah berdiri berjejer menunggu. Aku tertawa melihat pemandangan ini. Mereka berjajar seperti anak panti menunggu diadopsi.
Aku tambah kepikiran bagaimana kalau anak banyak nanti.
"Kalian kenapa pakai bajunya pada sama semua warnanya sih?" Tanyaku sedikit menahan tawa.
"Iya nih mereka ikut-ikutan baju kakak mah. Jadi kayak anak panti kalo gini mah" Gerutu Dinda.
Ternyata pikirannya sama denganku. Kami tertawa sejenak kemudian memutuskan pergi ke minimarket.
Minimarket
Dinda Pov
Disinilah kami berada sekarang, disebuah minimarket dekat rumah. Sebenarnya tidak masalah sih keluar pakai baju tidur, tapi yang jadi masalah semua adik-adik ku memakai baju tidur dengan warna dan motif rada sama.
Aku sedikit malu, kami berasa anak panti lagi jajan ke minimarket.
"Mau ini kak" Ucap Drian sambil memegang sebuah permen.
"Ambil aja" Ucapku.
"Itu ambil dimana? Abang juga mau" Tanya Nanda ke Drian.
Mereka pergi untuk mengambil kembali permen yang diambil duluan oleh Drian.
Mama dan papa juga berkeliling untuk membeli beberapa makanan ringan. Disini memang hanya tersedia makanan ringan.
Aku memasukkan beberapa wafer dan es krim. Kami diberi ranjang satu orang satu karena sekalian jajan mingguan.
Saat bayar waktunya mama dan papa yang di kasir. Kami menunggu diluar minimarket dan duduk dikursi yang ada disini.
Nayya Pov
Menghilang stres juga akhirnya belanja ini. Aku mengajak anak-anak untuk belanja mingguan. Padahal jadwalnya belum pas seminggu tapi gak papa lah.
Aku membayar belanjaan ku dan Mas Rayyan. Kemudian mengambil satu-satu keranjang belanjaan anak-anak.
Saat sedang mengscan barang belanjaan, terlihat kasir ini rada kebingungan.
"Maaf bapak ibu ini betul rasa anggur?" Ucap si kasir sambil mengangkat barang yang dimaksud.
Aku dan Mas Rayyan sepandangang kaget karena ini bukan barang sembarangan.
Ku panggil anak-anak ke dalam untuk bertanya siapa yang mengambil barang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Короткий рассказMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah