Part 43

1.9K 190 6
                                    

Dinda Pov

Sudah hampir 3 hari mama tidak bangun. Papa juga terlihat sangat kacau, papa juga sering tidak mau makan dan selalu terlihat menangis.

"Ma bangun dong ma. Papa rindu mama, kakak juga rindu, mama, adik-adik semua rindu mama" Kataku sambil memegang tangan mama yang terasa dingin.

"Bentar ya nenek mau lap badan mama udah sore" Bunda nya mama memang hampir setiap hari datang sama dengan mama nya papa.

Mereka bergantian untuk menemaniku atau papa untuk menjaga mama.

Nenek membuka baju mama dan terlihat perut putih mama yang sudah agak membuncit.

Ada rasa kesal dihatiku ketika melihat perut mama. Aku merasa kesal dengan diriku dan juga adik dalam perut mama. Karena kehadirannya mama jadi sakit dan tak bangun-bangun.

"Bisa gak sih kamu jangan diperut mama? Gara-gara kamu mama kita jadi gini" Ucapku ke arah perut mama.

"Eh gak boleh ngomong gitu Dinda. Ini adik kamu loh. Mama juga pasti sedih denger anak gadisnya ngomong gini" Tegur nenek.

Aku hanya diam dan tetap memperhatikan nenek yang masih membersihkan badan mama.

Badan mama tampak putih pucat dan tidak ada tanda-tanda mama akan bangun. Padahal nenek sudah mengelap badan mama dan membolak-balikkannya.

"Assalamualaikum" Om dan tanteku datang bersama pasangan mereka.

"Waalaikumussalam" Jawabku dan nenek.

"Gimana keadaan mba Nayya Bun?" Tanya Tante Rara.

"Masih gini Ra, belum ada tanda-tanda mau bangun. Bunda sedih juga liat kakak kamu setiap hari uring-uringan mikirin Nayya" Jawab nenek.

"Temenin Tante beli makanan diluar yuk" Ajak Tante Nana istrinya om Rehan.

Om Rehan ini kakak dari papa dan Tante Nana itu istirnya sedangkan Tante Rara adiknya papa. Mungkin kalian sudah kenal dengan Tante Rara, tapi belum kenal dengan Om Rehan dan Tante Nana.

Aku ikut menemani Tante Nana keluar untuk membeli makanan.

Nayya Pov

Aku merasa nyaman dikeadaanku sekarang. Aku tahu kalau aku tertidur tapi memang rasa tidur ini nyaman sekali, aku tidak ingin bangun rasanya.

Tiba-tiba ada 1 tangan yang memegang keningku. Aku merasa tangan ini tidak asing. Sentuhannya lembut dan penuh kasih sayang.

"Emm" Aku membuka perlahan mataku dan yang ku lihat pertama kalinya adalah seseorang tapi buram.

"Alhamdulillah Nayya" Suara seseorang yang ku kenal.

"Aku panggil dokter bentar. Kamu telepon Rayyan Ra" Ucap salah seorang.

"Sakit" Itu yang kurasakan saat aku mencoba menggerakkan badan.

"Jangan banyak gerak dulu ya. Mau minum?" Tanya suara itu.

Aku kembali diam dan menstabilkan diriku. Pandanganku mulai jernih dan aku melihat bunda disampingku.

"Bun" Aku mencoba meraih tangan bunda.

"Iya Nay. Mau apa?" Jawab bunda.

"Bayi Nay?" Aku mengkhawatirkan bayi yang ku kandung.

"Alhamdulillah anak kamu baik-baik aja. Udah jangan banyak pikiran ya, biar kamu cepat sembuh terus bisa pulang. Anak-anak udah pada rindu mamanya ini" Kata bunda sambil menahan tangisnya.

"Kita periksa dulu kondisinya ya Nay" Seorang dokter yang ku kenal.

"Bun, Kak Rayyan baru habis mandiin Nanda dan Drian bentar lagi otw sini"  Itu suara Rara yang baru masuk.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang