Nayya Pov
Kepalaku sudah mulai baikan karena dibantu pijit oleh Mas Rayyan. Anak-anak sedari tadi tetap duduk ditempatnya tanpa ada yang beranjak.
"Mba, aku pulang dulu ya mau ada tugas kelompok" Pamit Adam.
Aku mengangguk dan dia mendekati ku untuk bersalaman denganku dan Mas Rayyan.
"Kalian pulang bareng om gak?" Tanya Adam ke anak-anak.
Semua kompak menggeleng.
"Pulang dulu aja, istirahat di rumah sekalian liatin Anin sama Bu Ina di rumah. Nanti sore ke sini lagi bawa Anin" Suruh Mas Rayyan.
"Abang mau di sini papa, abang mau jagain mama aja. Nih mba sama aa aja pulang" Jawab Nanda.
"Gak ah abang aja pulang sana bareng om Adam" Sahut Ninda.
"Iya abang aja sono pulang-pulang" Usir Drian.
Mas Rayyan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.
Dia menatapku dan menaikkan alisnya.
"Keras kepala semua anak-anak kamu" Ucapnya padaku.
Aku tersenyum dan mengusap lengannya.
"Mba, abang, aa pulang dulu ya nak liat adek. Masa adeknya ditinggal sama Bu Ina aja. Nanti sore ke sini lagi, kalian juga butuh istirahat sayang" Ucapku.
"Yah mama" Ucap Drian.
"Nurut ya a" Jawabku lagi.
"Mba, ajak adek-adek pulang dulu ya" Ninda diam dan tampak dia sangat kesal dengan ucapanku.
"Mama mah gitu, orang mba mau disini juga jagain mama" Gerutunya.
"Tolong nurut ke mama ya" Aku agak menekankan.
Ninda, Nanda dan Drian terdiam dan tampak agak takut dengan ucapanku. Aku memang sekarang mulai agak tegas pada mereka, tapi bukan berarti kasar.
"Ya udah deh mama tapi kalau ada apa-apa kabarin ya, papa jangan bohongin kita lagi. Awas aja bohong lagi kita tukar papa baru" Ancam Drian ke Mas Rayyan.
Mas Rayyan senyum-senyum saja mendengar ucapan mereka.
"Udah ayok guys, lama syekali ini" Tegur Adam.
Akhirnya mereka berpamitan dan pulang. Tinggal aku dan Mas Rayyan di ruangan ini.
"Nay" Panggil Mas Rayyan.
Aku menoleh ke arahnya dan dia menatap ke arah langit-langit kamar. Posisi dia sekarang berbaring di sebelahku dan untungnya ranjang ini muat.
"Iya?" Jawabku.
"Kita udah berapa tahun ya nikah?" Tiba-tiba dia menanyakan itu.
"Emangnya kenapa?" Tanyaku.
"Aku rasa baru kemaren kita nikah, dan sekarang ngeliat anak-anak udah gede-gede banget jadi berasa tua banget aku" Ucapnya.
"Kan memang udah tua, kalau Dinda nikah muda kamu jadi kakek nih" Jawabku.
"Is jangan dah, Dinda jangan nikah muda biar dia kejar cita-cita dulu" Potongnya.
"Iya mas aku juga maunya gitu. Kamu kenapa tanya hal ini?" Aku bertanya lagi.
"Umur Nanda berapa ya?" Dia kembali menerawang.
"Nanda udah kelas 1 SMP mas, umurnya udah 12. Kenapa sih?" Tanyaku.
"Berarti sudah 13 tahun kita nikah ya" Aku diam.
Ternyata pernikahanku sudah berjalan lebih dari 2 dekade.
"Kenapa emangnya mas?" Tanyaku lagi.
"Dulu kamu nikah sama aku umur kamu berapa?" Tanya nya balik.
"Itung aja sekarang umurku udah mau 35. Aku udah tua ya mas ternyata" Aku baru sadar ternyata aku sudah mau kepala 4 beberapa tahun lagi.
"Hey madam tuaan saya dari anda. Kamu mau bahas tua-tua" Dia menyentil jidatku.
"Kdrt nih" Ucapku sambil mengusap bekas sentilannya.
"Maafin ya" Dielusnya dan diciumnya jidatku yang dia sentil tadi.
"35 itu masih produktif untuk mengandung loh Nay" Aku langsung menatap intens ke arahnya. Apa maksud dari perkataannya ini.
"Maksud kamu?" Tanyaku.
"Nambah anak 1 lagi ya" Astaghfirullah otaknya.
"Mas! Enak aja" Jawabku sewot.
"Kamu masih subur diumur segini Nay, kan biar anak kita genap gitu ada 6. Aku juga masih sehat buat cari uang untuk kalian" Aku hanya geleng-geleng kepala saja.
"Udah ah jangan ngomong gak jelas gitu. Aku udah tua bentar lagi jadi nenek kalau salah satu anak gadis kita nikah" Jawabku.
"Tapi kamu nenek cantik, curang banget muka kamu gak menua sama sekali" Ucapnya.
"Astaghfirullah malah muka kamu itu yang gak ada tanda-tanda tua. Aku ini banyak juga kerutan, nah kamu kenceng gini. Makanya karena gak ikut mikirin anak-anak sih ini" Ucapku.
Dia tertawa dan memelukku.
Rayyan Pov
Alhamdulillah Nayya sudah siuman dan dia sudah bisa diajak ngobrol dan bercanda. Aku juga tadi hanya bercanda saat meminta dia hamil lagi. Gak mungkin aku tega liat dia sibuk ngurusin bayi lagi. Anin saja masih bayi masa harus ada bayi lagi.
"Besok kalau kesehatan kamu tambah baik kita pulang ya. Mau liburan gak?" Tanya ku padanya.
"Liburan? Ngapain?" Tanya nya.
"Ya liburan buat nenangin pikiran kamu, buat bikin kamu happy aja" Jawabku.
"Aku bahagia kalau kamu dan anak-anak ada bersamaku. Aku gak mau kemana-mana, lagian anak-anak juga gak akan ngizinin" Jawabnya.
Aku tersenyum mendengar jawabannya, dia selalu mendahului kepentingan anak-anak daripada dirinya.
"Sayang" Dia menengok.
"Anniversary kita bentar lagi loh, kamu mau kado apa?" Tanya ku.
"Aku gak mau apa-apa mas, aku cuma mau kamu tetap ada buat aku dan anak-anak. Selalu menjadi pelindung kami semua dan menjadi imam terbaik untuk kami semua" Jawabnya.
"Aku akan selalu ada untuk kalian, menjadi pelindung kalian, dan sekaligus imam terbaik untuk kalian. Aku pastikan kita akan berkumpul kembali nanti disurga Allah" Ucapku.
"Aamiin allahumma aamiin. Terima kasih ya" Jawabnya.
"Anniversary nanti kita nginap di villa pegunungan yuk bareng anak-anak. Mau gak?" Tawarku.
Kami jarang sekali liburan karena Nayya selalu menolak untuk pergi liburan.
"Boleh mas, sesekali nyenengin anak-anak" Jawabnya.
Selalu dan selalu anak-anak yang diutamakannya. Betapa sangat malaikatnya istriku ini.
"Anin mau minum susu formula?" Tanya nya tiba-tiba.
Anin memang masih menyusu ke Nayya dan tidak mau susu formula.
"Mana mau dia sayang" Jawabku.
"Lalu? Dia gimana? MPASI aja?" Tanya Nayya.
"Ya asi kamu juga, kemaren-kemaren aku, mama atau bunda yang pernah asi kamu" Jawabku sambil nyengir.
"Iss kamu pasti gak cuma perah doang pasti pake pegang-pegang" Dia memukul dadaku.
"Haha gak lah sayang, aku tau batasan kamu lagi sakit masa iya aku gerepe-gerepe kamu pas lagi sakit" Jawabku.
Dia hanya diam dan kembali tersenyum lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah