Part 144

801 111 4
                                    

Nayya Pov

Sebulan sudah Rina tinggal bersama kami di rumah. Selama ini dia tidak pernah buat masalah dan tetap dengan sikap pendiamnya. Tapi hari ini aku marah padanya karena sifat aslinya terbongkar.

Dia diam-diam masuk ke kamar Dinda dan memakai pakaian Dinda tanpa izin padaku ataupun Mas Rayyan.

"Saya izinin kamu tinggal di sini bukan untuk semena-mena ya Rin. Saya menghargai keputusan suami saya dan menghargai orangtua kamu. Kamu jangan kelewatan, selama ini baju saya kamu pakai tanpa pinjam saya diamkan, sampai ada yang robek atau rusak saya diamkan. Tapi kali ini kamu pakai baju-baju anak saya, pakai barang-barang anak saya. Kamu ada pamit gak minjam barang-barang itu ke saya atau suami saya? Saya selama ini diam karena masih mikir kamu ya, saya kasian apa mungkin kamu gak pernah pakai pakaian seperti itu. Saya sudah pernah bilang kan ke kamu, kalau kamu mau baju saya belikan tapi apa? Kamu berakting di depan suami saya seolah kamu gak mau dan sadar posisi. Sekarang kamu mau ngelak apa lagi, ini baju anak saya. Baju yang saya belikan dan baju yang samaan dengan saya dan anak-anak saya" Ucapku memarahinya.

Tapi seperti yang kalian ketahui, kalau suaraku kecil dan aku terbilang tidak pandai marah. Rina hanya berekspresi biasa saja tanpa membalas ucapanku.

"Saya gak mau tau ya, lepas baju ini dan taruh ditempatnya" Aku kemudian meninggalkan dia.

Aku juga masih heran di mana dia dapat kunci kamar Dinda sehingga bisa masuk ke sana.

"Bi, sini bentar saya mau tanya" Bi Ina sedang menjemur pakaian.

"Tanya apa nak?" Ucap Bi Ina.

"Yang kasih kunci kamar Dinda ke Rina siapa? Kunci kamar Dinda yang pegang cuma saya sama bibi kan?" Tanya ku ke Bi Ina.

"Saya gak ada ngasih nak, kuncinya masih ada juga sama saya. Bentar saya ambil" Bi Ina ke kamarnya.

"Maaf ada apa nak?" Bu Ira datang sambil membawa Anin.

"Mama nen" Anin menggapai ku.

"Nanti dulu ya" Ucapku ke Anin. Anin menurut dan berjalan keluar dari dapur.

"Kunci kamar Dinda Bu" Jawabku.

"Owalah itu ibu lupa bilang, si Rina minta kemaren katanya disuruh nak Rayyan" Jawab Bu Ira.

"Kunci yang sama Bi Ina?" Tanyaku.

Bu Ira mengangguk dan tak lama kemudian Bi Ira datang.

"Maaf nak kuncinya ilang" Ucapnya.

"Udah dikasihkan ke Rina Bi. Bu Ira lain kali tanya saya dulu ya kalau mau apa-apa, itu juga kan di kamar Bi Ina kok bisa Bu Ira ambil?" Tanyaku.

"Saya minta ke Mang Ujang nak, maafin ya" Aku tersenyum saja sambil mengangguk.

Aku meninggalkan dapur dan ku lihat Bi Ira dan Bu Ina saling sikut-sikutan.

"Sini kuncinya. Lain kali tolong sopan dan jangan berbohong, ini rumah saya bukan kamu. Terpaksa saya ngomong gini karena kamu sudah bersikap seenaknya di rumah saya" Rina tetap diam dan menyerahkan kunci kamar Dinda.

"Mama dari mana?" Aku bertemu Drian diruang tengah.

"Kamar Kak Rina" Jawabku.

Aku mengajarkan ke anak-anak untuk memanggil Rina dengan sebutan kakak.

"Buat ulah lagi dia?" Tanya Drian.

"Biasa a, ngambil kunci kamar kakak gak ngomong dan pakai pakaian kakak" Jawabku.

Drian diam saja tapi aku tau dia pasti kesal mendengarnya.

Aku kemudian beranjak keluar rumah untuk mencari Anin, tadi dia mau nyusu dan belum jadi ku kasih.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang