Part 172

853 97 4
                                    

Nayya Pov

Hari-hari berjalan seperti biasanya, keadaan rumah dan semuanya aman. Mas Rayyan sudah sembuh dan sudah beraktivitas seperti biasa. Anak juga udah pada gede-gede dan pada sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Aku melamun membayangkan ke masa lalu, masa dimana awal-awal aku menjadi istri Mas Rayyan dan ibu dari Dinda Ninda. Rasanya baru kemaren Dinda dan Ninda SD, sekarang sudah pada kuliah.

Nanda dan Drian juga sudah SMK dan Anin juga sudah paud. Tidak ada lagi yang sibuk gelendotin aku ke sana kemari. Anin saja sudah jarang mau ikut-ikut aku pergi.

"Maaf non ada tamu nyari den Nanda" Bibi membuyarkan lamunanku.

"Suruh tunggu di ruang tamu bi saya panggil Nanda dulu" Jawabku.

"Saya saja non biar sekalian" Jawabnya.

Aku kembali duduk dan menikmati lamunanku yang tertunda tadi.

"Siapa ma yang datang?" Ninda duduk disampingku.

"Temen abang itu kayaknya" Jawabku.

"Oh mungkin kerja kelompok kali ya. Eh abang kenapa ya ma gak mau kerja kelompok di rumah temennya yang lain aja gitu. Selalu di rumah kita dan itu bikin mba gak bisa leyeh-leyeh nonton movie" Ucap Ninda.

"Nonton di kamar aja kan bisa mba" Balasku.

"Di kamar mah bedo masam, di kamar mah layarnya kecil kan kalau di ruang keluarga gede. Nanda juga masa buat tugas di ruang keluarga kita, kan privasi" Ucapnya lagi.

Ada benarnya juga ucapan Ninda, gak seharusnya orang asing masuk ruangan itu.

"Mama bilang ke abang dulu ya" Aku masuk mencari Nanda dan diikuti Ninda.

"Siapa bang?" Tanyaku.

Kebetulan Nanda yang mendatangi ku ke samping.

"Orang tua temen abang, mama temuin dulu ya" Jawabnya.

Agak perasaan takut dari suaranya. Nanda biasanya tidak begini.

Aku langsung ke ruang tamu karena memang sudah memakai hijab jadi bisa langsung menemui nya.

"Assalamualaikum maaf ibu dan bapak saya mama nya Nanda" Aku menyalami kedua orang tua teman Nanda.

"Waalaikumussalam" Jawab si bapak.

Nampak si ibu tidak menjawab dan memasang wajah sinis padaku. Nanda yang tadi berdiri langsung duduk disampingku.

Ku pandangi anak seumuran Nanda yang duduk disamping ibunya. Matanya biru dan bibirnya terlihat ada bekas darah. Sudah pasti ini kelakuan Nanda, tidak mungkin ini anak sampe datang bawa orang tua.

"Langsung aja mas aku udah gak betah di rumah orang ini!" Ketus si ibu nya.

"Mohon maaf ibu tujuan kami berdua kesini mau minta pertanggungjawaban dari anak ibu, Nanda. Nanda ini sudah menghajar anak saya sampai begini. Anak saya bilang dia tidak menggangu Nanda tapi nanti memang seperti itu. Nanda itu anak yang kasar dan tempramen mudah sekali untuk marah dan memukul orang. Anak saya dipukulin sampe mata bengkak dan bibir berdarah. Saya tidak akan nuntut ke jalur hukum tapi saya minta pertanggungjawaban dari anda selaku orang tua Nanda" Aku manggut-manggut saja karena aku tidak yakin anakku yang mulai duluan.

"Abang membenarkan kejadian ini? Apa yang pukul dia sampai begini?" Tanya ku ke Nanda untuk memastikan.

Nanda tidak menjawab tapi dia mengangguk. Tidak ada lagi raut ketakutan yang tadi diwajahnya. Mungkin dia tau kalau aku tidak akan memarahinya.

"Jadi intinya mau minta pertanggungjawaban kan pak Bu?" Tanya ku memastikan lagi.

"Iyalah minta tanggungjawab gak liat ini anak ganteng saya babak belur" Ketus banget ibu ini bicara.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang