Part 8

8.5K 545 0
                                    

Dinda Pov

Pagi ini hujan turun sangat deras, aku dan Ninda sudah memohon ke papa untuk tidak usah sekolah tapi tidak dikabulkan.

"papa kan tau kalau hujan gini nanti kakak sesak napasnya kambuh" bujuk ku ke papa.

"gak ada alasan Dinda, hujannya nanti juga berhenti. Banyak sekali alasan gak mau sekolah" papa lagi-lagi menolaknya.

"ayok berangkat sama mama" Bu Nayya tiba-tiba mengajak kami.

"Nay kamu sakit ngapain pergi ngajar segala?" tanya papa ke Bu Nayya.

"anak-anak minta libur sehari sekolah kamu larang, jadi gak usah larang aku juga" jawab Bu Nayya.

Bu Nayya memegang tanganku dan Ninda dan menarik kami menuju pintu depan.

"Nay mereka itu nanti kebiasaan kalau dikasih izin sekali gak sekolah bisa-bisa nanti keterusan" kata papa.

"kamu punya mata kan ya, ini hujan derasnya memang tak seberapa tapi liat, kilat dan gemuruh dimana-mana, angin juga kencang. Ini kamu suruh anak-anak sekolah. Kalau anak-anak berangkat aku juga berangkat, siapa nanti yang jaga Dinda di sekolahnya kalau dia tiba-tiba sesak napas karena kedinginan. Siapa hah!" Bu Nayya sering kali membela kami bahkan sekarang saat dia sakitpun tetap membela kami.

"ya udah gak usah ada yang berangkat, biar papa aja berangkat kerja. Dinda, Ninda masuk ganti baju" akhirnya papa ngalah.

"makasih ya ma, pa" kata Ninda sebelum ikut denganku ke kamar.

Rayyan Pov

Aku tidak habis pikir dengan Nayya. Dia sering kali membela anak-anak bahkan membela untuk hal yang tidak baik. Aku tau diluar hujan deras, angin kencang dan petir dimana-mana, tapi aku rasa hanya sebentar dan siangnya akan reda.

"Nay kenapa sih belain mereka untuk hal yang gak baik seperti ini?" tanya ku padanya.

"aku lagi malas debat" Nayya berjalan menuju kamar.

Aku tak mau ambil pusing dan juga kalau aku susul nanti akan panjang dan aku bisa telat tiba di rumah sakit.

Nayya Pov

Aku malas berdebat dengan Mas Rayyan masalah seperti ini. Dia egois dengan anak-anaknya sendiri, udah tau hujan deras, angin kencang dan petir masih juga maksa anak-anak berangkat sekolah. Aku tidak masalah kalau misalkan Dinda tidak punya riwayat penyakit alergi dingin hingga sesak napas.

"ganti baju nya mama tunggu diruang keluarga" kata ku pada anak-anak yang masih bercanda bukannya ganti baju.

Mereka sedikit terkejut mungkin karena biasanya aku akan lembut berkata tapi tadi entah kenapa tiba-tiba aku sedikit menaikkan nada bicaraku.

Aku berganti baju rumahan dan ke dapur membuatkan 3 gelas cokelat panas untuk aku, Dinda dan Ninda.

"mama kenapa?" tanya Ninda yang baru saja tiba di ruang keluarga.

"mama gak papa cuma pusing aja" jawabku.

Ninda duduk disampingku dan langsung memeluk ku. Mungkin dia kedinginan karena diluar memang hujan makin deras.

"kakak mana?" tanya ku.

"gak mau ke sini ma, kakak mau di kamar aja katanya" aku melepaskan pelukan Ninda dan berjalan ke kamarnya.

"mama tadi nyuruh apa? Kenapa masih disini?" Dinda diam dan berjalan ke arahku.

"lain kali nurut sesekali sama mama. Nanti kamu sakit bukan kamu aja yang susah dan sedih, mama juga akan sedih" Dinda diam saja melewatiku.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang