Part 23

4.8K 326 12
                                    

Nayya Pov

Sudah hampir jam 9 malam tapi Mas Rayyan belum juga pulang, apa dia belum pulang karena mencari buah titipanku? Karena seingatku kalau buah naga tidak perlu menunggu musim untuk mencarinya, tapi kalau duku tidak ada yang jual kalau bukan pada saat musimnya.

"Mama, ini mba ada pr tapi mba lupa tadi kasih tau mana" Ninda menyodorkan buku pelajarannya.

"Kakak jagain Nanda duduk sini ya, mama mau bantuin mba buat pr" Dinda yang sedang tiduran sambil menonton langsung beranjak dan duduk di tempatku.

"Sini mana pr nya" Aku dan Ninda kemudian mulai mengerjakan pr ya satu-satu.

Selang berapa lama, terdengar suara mobil dan aku yakin itu mobil Mas Rayyan. Pr Ninda juga sudah selelai, jadi aku keluar untuk menyambut suamiku pulang kerja.

"Assalamualaikum" Mas Rayyan masuk dengan menenteng tas kerjanya dan satu kantong lain.

"Waalaikumussalam, Mas maaf ya aku ngerepotin" Aku langsung mengambil tas kerjanya dan mencium tangannya.

"Ga papa sayang, kan kamu jarang-jarang minta dibeliin sesuatu kalau mas pulang kerja" Mas Rayyan mengusap kepalaku sambil mencium keningku.

Aku merasakan perasaan yang aneh dan perasaan ini membuat tubuhku panas, aku tidak bisa berlama-lama disentuh Mas Rayyan karena tubuh ini sedang tidak seperti biasanya.

"Jangan cium lagi Mas" Tolakku saat dia sudah memegang daguku dan bersiap mencium bibirku.

"Kenapa?" Tanya Mas Rayyan dengan nada lain. Aku mulai merinding dan badanku menjadi panas.

"Ga tau Mas, badanku rasanya merinding waktu kamu sentuh. Jangan pegang aku dulu Mas, kamu langsung masuk aja mandi sana" Aku berbalik arah dan Mas Rayyan langsung menangkapku.

"Kenapa? Kamu habis makan atau minum apa sebelum ini?" Tanya Mas Rayyan sambil memegang pergelangan tanganku.

"Aku gak minum dan makan apa-apa mas. Tolong lepasin ya mas" Dia tambah mengeratkan pegangan dipergelangan tanganku.

"Yang, aku tau kamu ada memakan atau meminum sesuatu sebelum ini. Mulut kau baunya ga seperti biasa" Jawabnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Aku minum susu campur madu dikulkas" Jawabku.

"Madu? Yang botolnya warna oranye bukan?" Tanya Mas Rayyan dengan wajah sulit diartikan.

"Iya" Mas Rayyan langsung menarikku menuju kamar kami.

"Kamu tunggu sini, ini titipan kamu. Aku bersih-bersih sebentar. Jangan kemana-mana" Aku heran dan menuruti saja permintaannya.

Aku duduk sambil memakan buah duku yang dibelikannya tadi. Tak lama kemudian dia keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian.

"Tumben pakai baju didalem" Kataku dan dia hanya senyum mendekati.

"Yang kamu tau gak apa yang kamu minum tadi bukan madu" Aku melirik ke arahnya sebentar dan kembali menikmati duku.

"Mama papa serius ini. Dengerin dulu, makannya berhenti sebentar" Dia memegang tanganku dan perasaan itu kembali muncul didalam diriku.

"Mm.. Mas geli" Keluar juga kata-kata itu, padahal Mas Rayyan hanya memegang tanganku bukan yang lain.

"Mama Nanda nangis" Belum sempat Mas Rayyan menjelaskan apa yang ku minum Dinda sudah mengetuk dari luar.

"Iya mama ke sana" Aku menarik tanganku dari pegangan Mas Rayyan.

Aku menuju ke kamar anak-anak diikuti Mas Rayyan.

"Eh anak mama kok nangis sih nak. Haus ya, iya? Nen dulu yuk" Baru saja aku ingin membuka kancing bajuku Mas Rayyan langsung melarangnya.

"Ke kamar kita aja nyusuinnya" Aku ikut saja dan berpamitan kepada kedua putriku.

Sampai di kamarku langsung saja aku menyusui Nanda. Tapi baru saja Nanda mulai menyusu, muncul perasaan aneh. Tubuhku panas rasanya dan meminta untuk disentuh.

"Mmm mas hh" Tidak sengaja desahanku keluar.

"Bener dugaanku, aku cari obat untuk meredakannya dulu. Kamu jangan kuat-kuat suaranya, nanti kedengeran yang lain dikira kita macam-macam" Aku langsung keluar menuju ruang penyimpanan obat-obatan dan mencari obat peredanya.

Perasaan apa ini aku tidak tahu, semua tubuhku terasa panas dan ketika Nanda menyusu bertambah perasaan aneh itu lagi.

Rayyan Pov

Aku mencemaskan keadaan Nayya. Pasti dia udah ke minum obat yang diberikan temanku waktu itu. Aku juga lalai kenapa tidak langsung membuangnya.

"Nay, minum ini" Aku menyerahkan obat untuk penenangnya.

Sambil dengan menyusui Nanda, Nayya meminum obatnya. Aku bisa lihat dari ekspresi wajahnya kalau dia masih belum terlalu pulih.

"Aku emangnya kenapa ya mas? Ini udah enakan sih gak kayak tadi" Nayya bertanya padaku setelah dia menidurkan Nanda dibox bayinya.

"Aku minta maaf ya, dalam botol yang kamu minum tadi itu ada obat perangsangnya. Obat itu temenku yang kasih waktu itu pas kamu gak mau aku sentuh. Aku minta maaf karena aku udah cerita masalah rumah tangga kita ke orang lain, dan pada akhirnya orang itu memberikan solusi yang buruk" Aku harus jujur bagaimana pun juga aku tidak akan mau berbohong lagi kepada Nayya.

"Buang dari kulkas nanti ke minum anak-anak" Kata Nayya sambil berlalu keluar kamar.

Aku tahu pasti saat ini Nayya kecewa dan marah padaku. Aku menyesal karena dulu pernah lebih memilih curhat kepada manusia dibandingkan dengan curhat kepada pencipta.

Dinda POV

Aku tadi tidak sengaja lewat depan kamar mama dan papa. Mama keluar dari kamar dengan wajah yang aku bingung mengartikannya.

"Mama" Aku mendekatinya dan duduk disampingnya.

"Kakak kenapa belum tidur? Besok kan sekolah ya" Mama buru-buru menghapus air matanya.

"Kakak tadi haus mau minum jadi ke belakang, terus liat mama keluar dari kamar ya kakak ikuti" Jawabku.

"Oh, udah kan ya minumnya? Balik kamar lagi ya, nanti mba nyariin" Mama menyuruhku untuk kembali, tapi aku rasa mama sedang tidak baik-baik saja.

"Aku disini nemenin mama sebentar boleh ya" Aku memegang tangannya.

"Iya boleh, tapi sebentar saja ya kan besok kakak mau sekolah" Aku kemudian merebahkan kepalaku diatas pahanya.

"Ma, terima kasih ya udah mau merawat kakak dan mba walaupun kami berdua bukan anak kandung mama. Kakak juga minta maaf kalau belum bisa bantu-bantu mama. Kakak cuma bisa ngerepotin mama. Kakak janji, nanti kalau kakak sudah besar kakak akan bahagian mama, papa, mba dan Nanda" Mama yang tadinya mengusap kepalaku langsung berhenti.

"Kakak, harusnya mama yang berterima kasih karena kakak sudah mau menerima mama jadi mamanya kalian. Kakak juga gak boleh bilang kalau kalian bukan anak kandung mama, kalian memang tidak lahir dari rahim mama tapi kalian berdua yang buat mama belajar menjadi ibu yang seutuhnya" Tulus sekali kasih sayang mama padaku dan Ninda. Kami tidak terlahir dari rahimnya tapi dia begitu menyayangi kami sama seperti dia menyayangi Nanda.

"Mama" Aku tidak bisa menahan air mata dan memeluknya sambil menangis.

"Eh udah gede loh kak, kok nangis sih?" Mama mengusap air mataku.

"Mama janji ya gak bakal ninggalin kakak, mba dan Nanda" Aku sangat membutuhkan mama dan sangat menyayangi nya.

"Mama gak akan pergi kecuali kalian yang meninggalkan mama duluan" Kami berpelukan dan mama juga meneteskan air matanya lagi.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang